Laura Charita tidak tau kalo laki laki mabok yang akan melecehkannya adalah bos di tempat dia baru diterima kerja.
Laura bahkan senpat memukul aset laki laki itu walau agak meleset dan menghantamkan vas bunga ke kepalanya hingga dia pingsan.
Ini cerita Erland Alexander, ya, anak dari Rihana dan Alexander Monoarfa. Juga ada cucu cucu Airlangga Wisesa lainnya
Semoga suka....♡♡
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rahma AR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Fathir Alisha
"Jayden, kamu tau gadis yang pernah jadi mantan sekretaris Erland?" Fathir yang penasaran, malamnya langsung menemui sepupunya di apartemennya.
"Hemm......" Jayden melebarkan pintu apartemennya sambil menggosokkan rambutnya dengan handuk. Dia buru buru mandi, karena mendengar bunyi bel yang ditekan berkali kali.
Dengan santai Fathir melangkah masuk ke dalam, memperhatikan ruangan yang sempat beberapa bulan kosong karena pemiliknya betah berada di luar negeri.
"Tante Daiva dan Om Xavi belum pulang?"
Fathir membuka kulkas dan meneguk isi teh botol medium rasa buah yang ada di sana.
"Belum. Si keras kepala itu berubah jadi manja, minta di temani mami dan papi."
Fathir tersenyum mendengar suara kesal Jayden. Siapa lagi yang disindirnya kalo bukan kembarannya, Jennifer.
"Belum kadaluarsa, kan?" tanyanya setelah menghabiskan lebih dari setengah botol.
"Itu teh setahun yang lalu," sahut Jayden sambil berlalu.
"Apa?" Reflek Fathir melihat tanggal kadaluarsanya.
Tapi kemudian tawanya menguar, karena berhasil dibohongin Jayden.
"Maksud kamu gadis yang ngga boleh aku dekati itu?" Fix, Jayden keceplosan. Tapi dia membiarkannya saja, ngga berniat meralatnya.
"Sampai segitunya," kekeh Fathir sambil mendekati Jayden yang sedang menuju walk in closetnya.
Menyandar di dinding di dekatnya sambil melihat sepupunya yang.sedang memilih kaos oblongnya.
Jayden tadi bertelan jang dada dengan hanya mengenakan handuknya.
"Kita membicarakan perempuan yang sama, kan?" kekeh Jayden menimpali tawa Fathir.
"Sepertinya."
"Ada apa?"
"Tadi kami bertemu di rumah sakit. Rupanya dia cucu Opa Arif Risnanda dari Kejora Desain."
"Ngapain kalian ke rumah sakit?" Siapa yang sakit?" Jayden menatap penuh selidik.
Sehat sehat aja.
"Bukan aku yang sakit," sangkal Fathir seolah tau apa yang sedang dipikirkan Jayden.
"Jadi siapa?"
"Maura dari Kejora Desain. Gadis itu kata Nathalia pingsan setelah melakukan presentasi ulang. Nathalia, Adelia dan Erland sampai ikut ke rumah sakit."
"Maura?" senyum sinis terukir di wajah Jayden.
"Kamu kenal?" Fathir tau kalo jam terbangnya kurang tinggi dibandingkan dengan Jayden dan Abiyan.
"Begitulah."
"Konotasinya negatif ya." Fathir tersenyum miring.
"Yes."
"Nah, si Erland sepertinya naksir dengan gadis itu. Kelihatan sekali capernya. Eh, apa benar kamu dilarang Erland mendekati gadis itu," kekeh Fathir setelah mengungkapkan tuduhannya.
"Begitulah," tawa Jayden.
"Hebat kamu bisa merahasiakannya dari kita kita," puji Fathir salut. Padahal seingatnya Jayden sama embernya mulutnya dengan Abiyan.
"Kamu tau, Erland seperti sengaja memperlihatkan ketertarikannya pada gadis itu. Mentang mentang orang tuanya ada di sana," jelas Fathir dengan tawa mengejek.
Dia pun teringat Alisha. Dirinya pun sama capernya dengan Erland.
"Jadi dia tinggal menunggu restu om dan tante aja."
"Kira kira begitu.
Kali ini tawa keduanya pun pecah.
*
*
*
Alisha yang sedang sibuk sibuknya di ruangan Maura, karena dia terpaksa menghandle projek sepupunya yang menyebalkan itu.
Untungnya timnya dan tim baru yang dibentuk Maura bisa bekerja sama.
TOK TOK TOK
'°Ada apa, Kak Julia?" tanyanya saar melihat Kak Julia melongokkan wajahnya.
"Ada yang mau ketemu. Ganteng banget," senyumnya jahil.
"Siapa, sih?" Alisha jadi penasaran.
Kak Julia melebarkan pintunya.
Alisha tertegun melihat siapa yang datang.
"Silakan masuk." Kemudian Kak Julia mengedipkan sebelah matanya pada Alisha yang masih bengong melihat tamunya.
Memang ganteng banget. Anak anak desain, tadi juga tersihir melihatnya.
"Hai, kakinya sudah sembuh?" sapa Fathir begitu Kak Julia sudah menutup pintu ruangan Alisha.
"Udah." Alisha berusaha tampil cuek dan tenang di tengah gempuran degup jantungnya.
"Syukurlah. Art kamu hebat juga, ya," puji Fathir dengan senyum menawannya.
"Begitulah. Silakan duduk."
"Thank's. Sesekali aku juga ingin dipijat," ucap Fathir sambil mendudukkan bokongnya di kursi.
"Kamu terkilir?"
Perasaan sehat sehat aja, batin Alisha.
"Iya. Sakit banget juga," balas Fathir penuh rahasia.
"Memangnya apa yang sakit?" Alisha membalas tatapan teduh laki laki itu. Kepo juga.
"Hatiku," senyum Fathir membuat Alisha seperti terlempar jauh ke luar angkasa.
Jantungnya berdegup keras di bawah tatapan lekat laki laki itu.
Dia apaan, sih. Hampir saja Alisha tersipu.
"Bisa ngga, ya." Sumpah, baru kali ini Fathir bersikap lebay pada seorang perempuan. Tapi kata kata itu meluncur sendiri dari bibirnya.
"Bibik ku itu khusus mijat bagian luar tubuh, bukan yang berada di dalam," agak judes Alisha membalas. Sengaja untuk menyembunyikan getar getar hebat dalam hatinya.
"Ooh..... Sayang sekali. Kalo kamu, bisa?" senyum Fathir agak melebar dan sayangnya membuatnya semakin menarik di mata Alisha, yamg kini malah membulatkan matanya akibat godaan Fathir.
*
*
*
Mama Maura menatap suaminya penuh permohonan.
"Tolong kenalkan aku pada orang tua Erland. Aku ingin membicarakan hubungan putri kita dengan putra mereka."
Papa Maura menghela nafas panjang. Istrinya selalu mengalami halu tingkat tinggi.
"Hubungan mereka hanya rekan bisnis."
"Kalo hanya rekan bisnis ngga mungkin sampai sekhawatir itu dengan keadaan Maura. Sampai ikut ke rumah sakit segala," sangkal istrinya cepat. Hatinya mulai kesal. Padahal dia membicarakan pendamping untuk putri mereka. Tapi respon suaminya di luar harapannya.
"Dia ingin bertemu Laura." Melihat sikap Erland di hari itu, dia sudah yakin kalo laki laki yang diinginkan istri dan putrnya, sudah punya pilihan lain.
"LAURA?!" seru istrinya sangat terkejut. Kemarahan mulai mengisi ruang dadanya. Emosinya langsung memuncak.
Nama itu lagi.
"Ya." sahut suaminya tenang. Kepalanya kembali merunduk membaca file file yang ada di atas mejanya.
"Kamu tau dari mana?!" sentak istrinya lagi.
"Kelihatan sangat jelas."
"Nggak! Nggak bisa!" Hampir saja dia berteriak lagi.
"Masih banyak laki laki yang lain buat Maura."
"Kamu membiarkannya? Maura putri kita! Kenapa kamu ngga pernah mendukungnya? Bahkan berada di sisinya pun kamu nggak.mau?!" Mama Maura tampak geregetan dengan sikap tenang suaminya.
"Bukannya kamu yang selalu menjauhkan dia dariku? Kamu tau, Maura sudah banyak mendapat pengaruh buruk darimu."
Mata mama Maura berkilat menatap suaminya.
"KAMU MENYALAHKANKU?" Dia akhirnya berteriak juga.
"Ya. Semua salahmu," sahut papa Maura kalem tapi sangat tegas.
Tubuh Mama Maura bergetar. Kemudian dengan amarahnya yang menggelegak, dia melempar semua map map dan apa pun yang ada di atas meja suaminya.
Papa Maura hanya diam saja, berusaha menahan diri agar emosinya ngga ikutan naik juga.
"AKU DAN PUTRI KITA MEMBENCIMU!" Setelahnya dia pun berjalan keluar meninggalkan ruangan suaminya yang dipenuhi kertas yang berserakan di lantai.
Langkahnya panjang panjang menuju lift. Tangannya menekan nomer di ponselnya dan langsung tersambung.
"Ada apa tante?" terdengar suara laki laki muda menyahut.
"Aku membutuhkanmu."
"Datanglah ke apartemenku, tante seksi."
"Minumlah obat agar kamu bisa bertahan lama." Berondong tampannya selalu kewalahan menghadapinya di atas tempat tidur.
Mungkin karena dia hyper?
Berondongnya tergelak.
"As you wish, baby."
Mama Maura mengembangkan senyum manisnya.
DinDut Itu Pacarku Mampir