*
"Tidak ada asap jika tidak ada api."
Elena Putri Angelica, gadis biasa yang ingin sekali memberi keadilan bagi Bundanya. Cacian, hinaan, makian dari semua orang terhadap Sang Bunda akan ia lemparkan pada orang yang pantas mendapatkannya.
"Aku tidak seperti Bunda yang bermurah hati memaafkan dia. Aku bukan orang baik." Tegas Elena.
"Katakan, aku Villain!"
=-=-=-=-=
Jangan lupa LIKE, COMMENT, dan VOTE yaaa Gengss...
Love You~
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Amha Amalia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Villain Chapter 6
*
Dalam ruangan dengan bau obat obatan yang cukup menyengat, Elena mendapatkan perawatan sedangkan Satya dan Keyra berdiri disampingnya sembari memperhatikan bagaimana dokter lelaki itu membalut luka di pergelangan kaki Elena.
"Apa lukanya sangat serius?" Tanya Keyra begitu penasaran, sejak dalam perjalanan pikirannya sangat kacau. Ia masih syock dengan kejadian tadi saat Elena menolongnya.
"Tidak ada yang perlu di khawatirkan, lukanya hanya cidera ringan dan akan pulih dalam beberapa minggu." Jelas dokter laki laki itu.
"Beberapa minggu?" Tanya Elena terkejut
"Iya." Jawab sang Dokter lagi, ia kembali membuka suara saat melihat pasiennya menampilkan ekspresi terkejut "Namun bisa lebih cepat lagi jika anda terus mengontrol kondisinya dan juga sering di latih untuk berjalan. Mungkin paling lambat satu bulan saja."
Elena sedikit mencebik, satu bulan juga tetap bukan waktu yang singkat. Ia tentu memikirkan bagaimana kuliahnya? Pekerjaannya? Siapa yang akan menbantu Bundanya? Ia sangat tidak ingin merepotkan orang lain.
"Jadi harus di rawat Dok?" Tanya Satya yang sejak tadi terdiam menatap Elena prihatin.
"Rawat jalan bisa, tapi tetap pulangnya nanti besok untuk perawatan lebih maksimal."
Mendengar penuturan dokter lagi dan lagi Elena hanya bisa menghela nafasnya. Ia ingin cepat pulang, ia tidak bisa meninggalkan Bundanya sendirian. Tapi jika ia menolak di rawat semalam, pasti sahabatnya yang keras kepala itu akan memaksanya untuk menurut. Memang pemaksa, tapi herannya Elena seolah tak bisa menolak.
"Lakukan yang terbaik Dok." Pinta Keyra
"Saya pasti akan melakukan yang terbaik." Jawab Dokter itu lalu berhenti sejenak "Kalau begitu saya pamit undur diri."
"Terimakasih." Ucap Elena begitupun Keyra dan Satya dan sedikit menundukkan kepala sebagai rasa terimakasih.
"Sama sama." Dokter juga membalasnya dengan sedikit menunduk, kemudian dia melangkahkan kakinya pergi keluar ruangan.
"Dengar kan apa kata dokter tadi, harus dalam perawatan. Jadi harus nurut biar cepat sembuh." Seru Satya memperingati Elena, ia sangat tahu betul jika Elena pasti tidak betah jika harus bermalam di rumah sakit.
Elena berdecak "Iya bawel." Kesalnya membuat Satya terkekeh kecil "Ohya, Apa Bunda tahu?" tanyanya teringat Bundanya, ia tentu tidak ingin Bundanya khawatir.
"Aku sudah memberitahunya dan ku rasa tante sedang dalam perjalanan menuju kesini." Jawab Satya apa adanya.
Bugh!
"Ouhh sh*t." Satya meringis kesakitan saat tiba tiba Elena memukul lengannya dengan tenaga samson, sedangkan Keyra menatapnya terkejut. "Kenapa memukulku?" Kesalnya tak mengerti.
"Kenapa malah memberitahu Bunda Ha?! Kamu tahu Bunda itu over protektif sama aku, jadi dia pasti saat ini sangat mengkhawatirkanku. Lalu kamu bilang apa? Bunda sedang menuju kesini? Oh my God Satya, ini sudah malam. Bagaimana jika Bunda kenapa-kenapa di jalan Ha?! Apa kamu tidak berpikir sejauh itu? Ingin sekali ku cincang otakmu itu. Huuhh..." Geram Elena seketika menunjukkan bakat rapnya yang selama ini terpendam.
Satya terdiam membeku, ia juga sependapat dengan Elena. Ini sudah malam, apa ada angkutan umum malam hari?! Pikirannya mendadak kacau.
Keyra yang sejak tadi melihatnya hanya bisa menahan tawa melihat bagaimana cowok tampan yang terlihat dingin di luar, bisa di buat tak berkutik di depan seorang cewek yang Keyra pikir mereka berdua berpacaran.
"Apa kau menertawaiku?" Tatapan Satya menyelidik pada Keyra, dia tak suka di tertawakan.
"Ti-tidak." Keyra mengalihkan pandangan berusaha menahan tawa, meski dalam hati ia masih tertawa keras.
Satya tak menghiraukannya lagi, ia kembali menatap Elena dengan tatapan merasa bersalah "Apa ku jemput saja?" Tawarnya, tak ingin Elena merasa cemas pada Bundanya.
Elena menghela nafas panjang "Tidak usah, jika Bunda sedang dalam perjalanan pasti tidak lama lagi Bunda sampai." Tolaknya halus dengan harapan semuanya akan baik-baik saja.
Satya mengangguk, dia tidak ingin banyak bicara lagi karena takut membuat suasana hati Elena makin kacau.
"Ekhem... Btw, kita belum berkenalan." Ucap Keyra jujur karena sejak tadi dia belum mengetahui nama orang yang menolongnya.
Mungkin beberapa kali baik Elena maupun Satya sama-sama menyebut nama masing-masing, namun akan lebih afdol jika berkenalan langsung. Pikir Keyra yang akhirnya memberanikan diri untuk mengajak kenalan.
"Aku Keyra May Natasha, panggil saja Keyra." Ucapnya sembari mengulurkan tangan pada Elena.
Elena membalas uluran tangannya "Elena Putri Angelica, Panggil Elena."
"Salam kenal." Keyra tersenyum lalu melepas jabatan tangannya, ia kembali mengulurkan tangan pada Satya "Keyra, kamu?" Tanyanya.
"Satya." Singkat, padat dan jelas tanpa membalas jabatan tangannya.
Keyra merasa canggung sendiri, Elena yang memperhatikan tingkah Satya langsung menyenggol lengannya agar mau menjabat tangan Keyra.
"Apa? Bukan muhrim." Tutur Satya dengan santainya.
Elena menganga tak percaya, sedangkan Keyra menanggapinya dengan senyuman tipis lalu menarik uluran tangannya kembali. Jujur saja, dia sedikit malu karena perkenalannya tidak di balas dengan baik oleh Satya. Padahal dia sudah berusaha sebaik mungkin.
"Maklumi yaa, dia memang begitu sama orang baru. Dia introvert." Ucap Elena mendapat anggukan mengerti dari Keyra "Ini lebih mending, karena lebih baik dia pemalu seperti ini. Biasanya kan malu maluin." Lanjutnya dengan tampang tanpa dosa.
Keyra terkekeh, sedangkan Satya seketika wajahnya memerah, dia tak terima ucapan Elena, dia ingin protes namun mulutnya langsung di tutup tangan Elena sebelum dia sempat berbicara. Matanya mendelik ke sahabatnya itu, sedangkan yang tatap malah tersenyum mematikan. Alhasil, Satya pun hanya bisa mengalah daripada memancing Singa betina di depannya ini.
"Kalian sangat romantis." Ucap Keyra secara tiba tiba.
"Hah?!" Elena dan Satya sontak saling lirik satu sama lain. Elena yang tersadar segera menarik tangan yang tadinya masih menutup mulut Satya, sedang Satya sendiri langsung mengalihkan pandangan, tangannya menggaruk tengkuknya yang tak gatal, telinganya memerah menandakan dia sedang salah tingkah.
"Jangan mikir yang tidak tidak." Elena mencoba menjelaskan tentang hubungannya dengan Satya.
Namun belum sempat melanjutkan ucapannya, seseorang memasuki ruangan mereka dan membuat mereka semua menoleh ke arahnya.
Mata Elena menatapnya intens, hatinya terasa panas dan detak jantungnya kembali tak terkontrol.
"Papah kesini?" Pertanyaan Keyra pada lelaki yang baru masuk tadi mampu membuyarkan tatapan Elena.
"Papah ingin memastikan keadaanmu." Jawab Faizal menatap putrinya intens.
Keyra menatapnya terkejut dan tak percaya "Papah khawatir sama aku?"
"Jelas papah khawatir, kamu anak papah satu satunya dan papah tidak ingin kamu terluka sedikitpun." Ujar Faizal sembari mengelus rambut anaknya dengan penuh kelembutan, bahkan tatapan matanya penuh kehangatan membuat Keyra merasa terharu. Ia tidak menyangka jika ayahnya sangat menyayanginya.
Semua gerak gerik mereka tak luput dari pandangan gadis yang sedang duduk di brankar pasien, dialah Elena. Sorot matanya berubah menjadi tajam seakan mampu menusuk ke jantung lawan, hatinya berisik ingin mengatakan sesuatu namun ia menahan sebisa mungkin.
"Kita pulang sekarang." Ajak Faizal pada Keyra.
"Pah, Keyra mau temenin dia disini." Tolak Keyra menatap Elena.
Faizal pun menolehkan wajahnya, ia menatap Elena. Beberapa saat tatapan mereka bertemu, dia merasa ada sesuatu yang mengganjal di hatinya namun entah itu apa. Ia tidak suka memikirkan hal tidak penting jadi sebisa mungkin ia mengabaikannya.
"Kamu yang menolong putriku?" Tanya Faizal masih menatap Elena.
"Iya." Balasnya sangat singkat.
"Terimakasih sudah menolongnya." Ucapnya dengan datar tanpa ekspresi sedikitpun, ia mengeluarkan sesuati dari saku jasnya lalu memberikan kepada Elena "Ini untukmu."
Elena tentu tahu apa isi dari amplop coklat dan di sodorkan Faizal padanya "Tidak perlu, saya ikhlas menolongnya."
Faizal terkekeh merasa lucu, di tatapnya Elena dari atas sampai bawah yang mengenakan pakaian pelayan "Saya tidak suka memiliki hutang pada orang asing, anggap ini sebagai tanda balas budi keluarga saya. Saya tahu, biaya rumah sakit ini mahal dan kamu akan kesulitan membayarnya."
"Pah--..." Keyra ingin menghentikan ucapan papahnya
"Kenapa? Yang papah ucapkan benar kan?" Potongnya dengan cepat, ia lalu kembali menatap Elena "Orang tak punya jika menyelamatkan orang kaya pasti karena ada maunya, yaitu Uang. Jadi papah rasa, gadis ini juga ingin uang darimu. Lalu apa salahnya jika papah kasih uang? Mungkin dia sangat membutuhkan untuk makan sehari hari.".
Elena sontak saja terkekeh miris, segitu hina kah dirinya? Sampai berbuat baik pun justru di anggap pemerasan.
Tak hanya Elena, tapi Satya dan Keyra juga tak menyangka jika Faizal akan mengatakan hal yang bisa menyakiti perasaan orang lain. Ucapannya itu sangat merendahkan harga diri Elena, padahal Elena sudah berbaik hati namun malah mendapat penghinaan.
"Jangan diam saja, ambil uang ini. Jika masih kurang, katakan saja maka akan saya berikan." Ujar Faizal dengan nada angkuhnya.
"Ini untuk saya?" Elena menerima amplop itu membuat Faizal tersenyum puas.
"Heh... Sudah saya duga, kamu memang matre." Faizal terkekeh sinis, dia merasa tebakannya sangat benar.
"Terimakasih." Ucap Elena tersenyum penuh arti sambil mengeluarkan semua uang di amplop itu dan--...
Srek!
Mata mereka semua seketika melotot tak percaya dengan apa yang di lakukan Elena. Elena merobek semua uang itu menjadi beberapa bagian.
"Kau--..." Faizal sangat geram melihatnya.
"Kenapa? Bukankah ini sudah menjadi uang saya? Terserah saya mau melakukan apapun pada uang ini." Ucap Elena masih dengan senyuman mematikannya lalu dia menerbangkan semua robekan uang itu sampai berhamburan ke lantai tepat di kaki Faizal.
"Lihat! Betapa kayanya saya sampai tak ragu untuk menghamburkan uang sebanyak ini." Elena menyunggingkan seringai devilnya.
Dapat di lihat Elena dengan jelas, bagaimana perubahan raut wajah orang di depannya ini. Orang yang datang tak di undang, orang yang dengan wajah tanpa bersalahnya berani menghinanya.
Jika saja Elena memiliki lampu Jin, maka ia akan memintanya tanpa ragu untuk melempar orangtua ini ke kawah Gunung Merapi.
.
~Bersambung~
*-*-*-*-*-*-*-*-*-*
Jangan lupa LIKE, COMMENT dan VOTE Yaa Gengsss....
Love You~