Namanya Diandra Ayu Lestari, seorang perempuan yang begitu mencintai dan mempercayai suaminya sepenuh hati. Baginya, cinta adalah pondasi rumah tangga, dan persahabatan adalah keluarga kedua. Ia memiliki seorang sahabat yang sudah seperti saudara sendiri, tempat berbagi rahasia, tawa, dan air mata. Namun, sebaik apa pun ia menjaga, kenyataannya tetap sama, orang lain bukanlah darah daging.
Hidupnya runtuh ketika ia dikhianati oleh dua orang yang paling ia percayai, suaminya, dan sahabat yang selama ini ia anggap saudara.
Di tengah keterpurukannya ia bertemu ayah tunggal yang mampu membuatnya bangkit perlahan-lahan.
Apakah Diandra siap membuka lembaran baru, atau masa lalunya akan terus menghantui langkahnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Susanti 31, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Apa dia tahu suaminya menikah lagi?
Diandra, wanita itu mondar-mandir layaknya setrikaan. Di tangannya ada benda pipih yang terus memanggil tetapi tidak kunjung tersambung.
"Apa mas Ramon sudah tidur?" lirih Diandra dengan ekor matanya melirik jam dinding yang menunjukkan angka sepuluh malam.
Putus asa terus menghubungi suami dan sahabatnya sejak pagi, Diandra memilih untuk istirahat. Namun, baru saja akan memejamkan mata, panggilan masuk di ponselnya. Ia tersenyum lebar tahu itu dari sang suami.
"Mas dari mana saja sampai baru angkat telepon? Aku sudah menghubungi sejak pagi karena khawatir," ujarnya. Kini Ramon sedang melakukan panggilan Video.
"Mas sangat sibuk sejak pagi sampai lupa memegang ponsel, ini baru sampai di kamar."
"Aku khawatir."
"Khawatir kenapa Sayang?"
"Aku takut terjadi sesuatu sama mas, soalnya bingkai foto pernikahan kita terjatuh dan rusak."
"Astaga Sayang, masa percaya hal seperti itu sih. Mungkin saja memang bingkainya mau jatuh. Mas baik-baik saja."
"Syukurlah." Diandra bernapas lega. "Ya sudah mas istirahat saja, pasti capek banget."
"Iya Sayangku."
Tepat setelah panggilan terputus, wanita yang menemani Ramon sejak tadi di kamar langsung berbaring di samping pria itu dan memeluknya dengan mesra.
"Kenapa sih Diandra hobi banget menganggu waktu berdua kita," gerutu Olivia yang kini telah sah menjadi istri kedua Ramon.
"Sabar Via."
"Mas juga mesra banget, aku jadi cemburu."
"Yang pentingkan raga aku di sini bersamamu Via."
***
Hari begitu cepat berlalu, tidak terasa Diandra sudah ditinggal selama 4 hari oleh suami dan mertuanya dengan kesibukan masing-masing. Meski begitu ia tidak terlalu merasa sepi, selain Ramon tidak pernah absen memberinya kabar di malam hari, dia mempunyai pekerjaan yang menyenangkan.
Bertemu banyak anak-anak di sekolah adalah kebahagia tersendiri untuk Diandra, terlebih pada salah satu anak laki-laki yang kini duduk di sampingnya dengan botol minum di tangan.
Sudah hampir setengah jam mereka duduk menunggu jemputan Abian, tetapi belum ada yang datang.
"Ibu bisa telepon ayah Bian?" tanya Diandra.
Selain kasihan pada Abian ia juga ada janji temu dengan seseorang. Diandra sebenarnya ingin membelikan sesuatu untuk Abian, tetapi takut ayah anak kecil itu marah.
"Boleh bu gulu."
Langsung saja Diandra masuk grup kelas untuk mengambil kontak ayah Abian dan meneleponnya.
"Maaf bu, saya terjebak macet sehingga tidak bisa datang tepat waktu. Tolong bantu saya kali ini."
"Tidak apa-apa, tapi boleh saya membawa Abian ke suatu tempat? Mungkin anda bisa menjemput Bian di sana."
"Untuk itu saya tidak berani mengambil keputusan Bu."
"Ini ayah Bian kan?"
"Bukan Bu, saya Hansen. Asisten pribadi pak Gerald yang selalu menjemput Abian."
Diandra mengangguk-anggukan kepalanya seolah mengerti. "Kalau begitu bisa saya meminta kontak ayah Bian?"
"Bisa."
Tidak berselang lama setelah panggilan terputus pesan dari Hansen pun masuk. Tanpa membuang waktu ia menelepon ayah Abian.
"Siapa?"
"Saya Diandra, wali kelas Abian. Maaf menganggu waktunya."
"Dengan bu guru menelepon sudah pasti orang saya belum menjemput Bian."
"Katanya terjebak macet Pak dan saya ada urusan beberapa menit lagi. Bisa saja membawa Abian ikut serta? Alamatnya akan saya kirimkan, anda bisa menjemputnya di sana."
"Bisa, dan maaf merepotkan anda."
"Tidak sama sekali. Uhm apakah ada makanan tertentu yang tidak boleh Abian makan?"
"Putra saya alergi gandum."
"Baiklah, terimakasih."
"Ayah dimana bu gulu?"
"Ayah masih kerja. Bian mau ikut ibu kan? Nanti sekalian bertemu ayah."
"Mau bu gulu." Abian mengangguk antusias.
Kaki kecilnya melangkah sambil memegang botol minum memasuki mobil Diandra.
"Bu gulu Bian lapal."
"Baiklah anak baik, kita mampir makan dulu."
***
"Begini nih kalau punya asisten tidak berguna," gerutu Gerald sembari berjalan keluar dari gedung perusahaannya. "Menjemput Abian saja harus saya yang melakukannya."
"Macet Pak."
"Kalau tahu macet berangkatnya lebih cepat. Untung ibu guru Bian baik."
"Iya selain baik dia juga cantik, Pak. Sayangnya sudah punya suami."
"Saya tidak bertanya," jawab Gerald dengan nada kesal.
"Besok-besok jangan telat jemputnya."
"Kalau pun telat itu karena bapak yang ngasih pekerjaan segunung," jawab Hansen dalam hati.
Kedua pria yang hampir tidak pernah akur tersebut dalam perjalanan bertemu Diandra sesuai alamat yang diberikan.
"Ayah!" Abian melambaikan tangannya melihat ayahnya dari kejauhan. Anak kecil itu bersama gurunya istirahat di bagian luar indoapril dengan berbagai cemilan sehat.
"Sekali lagi saya minta maaf karena merepotkan bu guru."
"Santai saja pak, saya malah senang bisa jalan-jalan sama Bian. Dia anak yang lucu dan mengemaskan." Diandra tersenyum.
"Kalau begitu saya pulang dulu." Diandra beranjak dari duduknya, mengambil bingkai sedikit besar yang ia sandarkan pada tembok. "Dadah Bian."
"Dadah bu gulu." Abian melambaikan tangannya.
"Itu nyangkut ...." Belum selesai Hansen bicara, pembungkus bingkai foto berwarna coklat itu robek dan memperlihatkan foto pernikahan Diandra dan Ramon.
"Tidak apa-apa, lagian sampai di rumah dibuka juga," sahut Diandra.
"Kalian masih bersama?" pertanyaan itu keluar dari mulut Gerald tanpa difilter lebih dulu.
"Maksud bapak?"
"Pria yang ada di foto itu, kalian masih bersama?"
"Hm, dia suami saya Pak. Kenapa?"
"Hanya bertanya. Ayo Bian." Gerald mengendong Bian dan segera meninggalkan Diandra.
Alasan kenapa Gerald bertanya demikian sebab pria dalam foto itu mirip dengan pria yang ia lihat di hotel saat perjalanan bisnis. Dan yap pagi harinya mendapati pria itu menikah dengan seorang wanita.
"Apa dia tahu bahwa suaminya menikah lagi?"
.
.
.
.
Gerald ada baiknya kamu nggak usah campuri rumah tangga orang deh🤭
ni manusia oon apa terlalu pintar ya🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣