Follow akun ig author ya : @fuji_ps25
S1:
Mencintai sahabat sendiri. Itulah yang dialami oleh Alfaizan Gifari Rahman, lelaki muda tampan yang memiliki sifat acuh dan berwibawa. Ia mencintai sahabatnya sendiri selama bertahun-tahun, namun tak berani mengungkapkan perasaannya itu. Dan kesalahpahaman terjadi hingga membuat Faizan membenci sahabatnya itu, Arista Kanaya Rahima.
Suatu hari Mereka dijodohkan oleh orang tua mereka yang juga berteman baik. Faizan yang masih diliputi sakit hati bersikeras menolak dengan alasan membenci Naya. Namun, akhirnya Faizan menerima karena paksaan dari keluarganya.
Setelah menikah sikap Faizan benar-benar menguji kesabaran Naya. Lelaki itu membuktikan ancamannya.
S2:
Ketika sandiwara membuat dua insan harus terikat dengan ikatan sakral tanpa adanya cinta. Lantas bagaimana kehidupan Gilang dan Laila setelah mereka benar-benar menikah?
Akankah tumbuh cinta diantara keduanya?
Bagaimana kisah selengkapnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Silvi fuji ps, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 5
Happy reading teman-teman...
Semoga suka sama ceritanya...
Sudah seminggu berlalu semenjak pertengkaran Naya dan Faizan di mobil. Kini Naya tengah menatap sendu Alma yang masih setia dengan tidurnya.
Sepuluh hari, bukan waktu yang sebentar. Dan selama itu, Naya tak henti-hentinya datang mengunjungi Alma setiap 2 kali sehari.
"Al, kamu nggak bosan apa, tidur terus? Kamu nggak kangen sama Bu guru? Bu guru kangen banget main sama Alma." lirih Naya mengajak Alma mengobrol.
Masih sama, tak ada respon dari gadis kecil itu. Matanya tetap terpejam.
"Alma sayang. Sebentar lagi kamu akan jadi anaknya Bu guru. Kamu akan tinggal sama Bu guru. Dan Bu guru bakal jaga kamu terus." Naya tak bisa lagi menahan air matanya.
"Mulai sekarang kamu boleh panggil Bunda, Mama, atau Ibu. Tapi, lebih bagusan Bunda, ya. Mulai sekarang Alma panggil Bu guru Bunda."
******
Di ruang keluarga kediaman Hardi, semua yang berada di sana terlihat tegang. Termasuk Faizan. Mungkin saat ini, wajahnya lah yang paling terlihat tegang diantara semua orang.
"ini bukan karena kepentingan pribadi Papa. Tapi, Papa hanya mau membuka mata dan hati kamu, supaya kamu bisa meruntuhkan ego kamu itu." Pak Hardi terlihat mulai emosi.
"Papa sudah bosan melihat kalian terus musuhan seperti sekarang. Apalagi kamu, Zan. Naya sudah minta maaf sama kamu. Tapi, kenapa kamu masih mendiamkannya? Kalian itu sudah bersama dari kecil. Harusnya kamu bisa memaafkan Naya. Kalian kan sudah biasa saling menjaga perasaan masing-masing." tegas Pak Hardi.
Faizan memejamkan mata menahan kekesalannya mendengar setiap perkataan sang Papa. Bagaimana ia bisa berdamai dengan Naya, sementara Hasbi masih saja mendekati gadis itu.
"sekarang kamu pikirkan sendiri bagaimana hubungan keluarga kita kedepannya." akhir kata Pak Hardi sebelum beranjak meninggalkan ruang keluarga.
Bu Fara kemudian menyusul suaminya yang sudah berlalu ke taman samping. Ia hanya melirik Faizan sesaat.
Sementara Hana, wanita itu memandang sang adik dengan tatapan yang sulit diartikan.
"Zan. Mbak tau sebenarnya gimana perasaan kamu ke Naya." sahutnya.
Faizan menatapnya. "udah lah, mbak. Nggak ada yang ngerti perasaan aku."
"Zan. Kamu cinta kan sama Naya? Kalo iya, kejar dia. Bilang sama dia, jangan diam aja. Masalah kalian nggak akan selesai kalo cuma diam-diam begini." Hana mencoba tetap mengendalikan emosinya.
"aku nggak tau, mbak. Yang jelas aku masih kecewa sama dia." terangnya.
"kamu kecewa? Tapi, Naya lebih kecewa sama sikap kamu. Dan Mama, Papa, Mas Alif dan mbak juga kecewa karena kamu bersikap kekanakan seperti ini."
Faizan mengusap kasar wajahnya. Ia kesal karena selalu disalahkan.
"oke. Jadi mau mbak sekarang apa?" tanyanya datar.
Hana terdiam menatapnya intens. "mbak mau aku nikah sama dia? Oke. Aku bakal nikahin tuh cewek. Kapan maunya? Aku bakal lakuin" Tegas Faizan dengan suara meninggi.
Setelah itu Faizan berlalu begitu saja. Ia menyambar kunci mobilnya diatas meja. Hana yang melihat respon sang adik tadi, jantungnya berpacu cepat.
Saat berusaha menormalkan detak jantungnya, Hana kembali dikejutkan dengan kemunculan Papa dan Mamanya dari pintu samping secara tiba-tiba.
"ihh, Papa Mama ngagetin." sungutnya.
"itu beneran tadi?"tanya sang Mama antusias yang diangguki Hana.
"yeeeaa, Akhirnya Naya akan jadi menantu Mama. yess, Mama udah lama banget pengen Naya nikah sama adik kamu. Akhirnya kesampaian juga. Semoga aja beneran jadi." ucap wanita paruh baya itu tak henti sumringah.
"kamu hebat banget, Han. Sebentar aja udah bisa bikin adik kamu nurutin keinginan kita." kali ini Pak Hardi yang berbicara.
"duhh, Pah. Hana hampir jantungan liat Faizan marah kaya tadi. Baru kali ini Hana liat Faizan semarah itu. Untung jantung Hana selamat." jawab Naya sambil mengurut dada.
.
.
Naya menatap Faizan tajam. Emosinya sedang tidak dalam keadaan baik. Sudah 2 hari ia susah tidur karena memikirkan masalah pengajuan adopsi Alma yang tak diterima karena Naya belum menikah.
Ia sendiri sedang memikirkan cara agar Alma bisa segera ia adopsi. Namun, kini lelaki dihadapannya malah masuk tanpa permisi ke ruangannya di Cafetaria.
"nggak punya sopan santun banget ya, Mas." ucap Naya sarkastis.
Faizan balas menatapnya tajam. "lo kasih apa nyokap gue sampe segitunya mau gue nikahin lo?"
"maksud lo apa?" Naya tak terima.
"udah lah Naya. Lo gak usah berlagak nggak tau. Lo dengar ya, gue bakal nikahin lo minggu depan. Dan lo liat aja, hidup lo nggak akan tenang setelah nikah nanti." ujar Faizan yang terdengar seperti ancaman untuk Naya.
Naya melotot tak percaya. Ia tak terima dengan apa yang dilakukan Faizan.
"gue nggak mau ya nikah sama lo. Dan gue juga nggak pernah minta sama nyokap lo buat nikah sama lo. Kegeeran banget."
Faizan menggebrak meja karena marah dan itu membuat Naya benar-benar terkejut.
"gue nggak main-main ya Arista Kanaya Rahima. Lo siap-siap aja, minggu depan kita bakal nikah. Ingat itu." Tandasnya yang kemudian berlalu.
"Faizan.. Faizan.." Naya berusaha menghentikan Faizan. Namun tak digubris sama sekali oleh laki-laki itu.
Naya benar-benar geram. Ia tak sekuat itu untuk melawan keras kepala lelaki yang dicintainya itu. Namun, harus ia bersikap seperti tadi agar Faizan tak menginjak-nginjaknya.
Tapi, tetap saja. Air mata juga yang akan menjadi akhir dari pertengkarannya dengan Faizan.
.
.
Bu Fara dan Bu Santi tengah mengobrol membicarakan mengenai pakaian yang akan mereka pakai saat pernikahan Naya dan Faizan. Di hadapan mereka ada beberapa katalog fashion dari butik langganan mereka.
Sementara Naya dan Faizan tengah melakukan fiting baju pengantin di Hidayah butik. Wajah dingin diperlihatkan oleh Faizan. Namun, Naya berusaha menyembunyikan kenyataan yang terjadi diantara mereka.
Naya bersikap seakan mereka adalah pasangan bahagia.
"Mbak Naya silahkan coba dulu beberapa pilhan gaunnya. Nanti biar bisa dinilai sama Mas nya." pinta salah satu pelayan di butik itu yang bernama Rania.
"iya, mbak. Oh iya, Mbak Nia saya mau hijabnya disini juga, bisa nggak mbak?" tanya Naya.
"bisa mbak. Nanti kita lihat."
"oke mbak."
Naya pun mencoba satu persatu gaun pengantin muslimah yang tersedia. Ada 4 pilihannya tadi. Saat mencoba yang pertama, Faizan terlihat sedikit terpana. Namun, ia berusaha bersipak biasa saja.
Begitu pun seterusnya. Hal itu tak luput dari perhatian seorang lelaki yang tengah duduk di sofa sembari menggendong balita. Lelaki itu sepertinya mengerti dengan sikap Faizan.
Faizan tersentak saat lelaki itu tiba-tiba bersuara disampingnya.
"calon istrinya, mas?" Tanya lelaki itu.
Faizan terlihat ragu menjawab, namun akhirnya mengangguk.
"Saya Gian, suami Rania."
Faizan tersenyum. "Saya Faizan."
******