Farah meninggal karena dibunuh. Namun itu bukanlah akhir kehidupannya. Farah diberi kesempatan untuk hidup kembali sebagai siswi bernama Rasti. Siswi yang tidak lain adalah murid di sekolah suaminya bekerja.
Nama suami Farah adalah Yuda. Sudah memiliki dua anak. Hidup Yuda sangat terpuruk setelah kematian Farah. Hal itu membuat Farah berusaha kembali lagi kepada suaminya. Dia juga harus menghadapi masalah yang di alami pemilik tubuhnya. Yaitu menghadapi orang-orang yang sering membuli dan meremehkan Rasti. Sebagai orang yang pernah bekerja menjadi pengacara, Farah mampu membuat Rasti jadi gadis kuat.
Apakah Farah bisa membuat suami dan anak-anaknya mau menerimanya? Mengingat dia sekarang adalah gadis berusia 17 tahun. Lalu bagaimana nasib Rasti yang selalu diremehkan karena bodoh dan berbadan gemuk?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desau, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 6 - Terkurung
Rasti baru selesai buang air kecil. Dia kaget saat tidak bisa membuka pintu bilik toiletnya.
"Loh. Kenapa nggak bisa dibuka?" gumam Rasti yang mulai dirundung rasa panik.
"Halo?! Ada orang di luar nggak? Bisa tolong bukain pintunya?" seru Rasti dengan suara lantang. Di depan pintunya sendiri ada Fatma dan kawan-kawan. Mereka sengaja diam dan berusaha menahan tawa.
"Hei! Tolong bukain pintunya!" pekik Rasti sembari menggedor pintu.
Bel pertanda masuk kelas berbunyi. Saat itulah Fatma angkat suara.
"Khusus hari ini, kau belajar bareng closet aja ya. Btw kuda nil emang suka tempat yang lembap kan?" ujar Fatma. Dia cekikikan bersama dua temannya.
"Fatma?" Rasti mengepalkan tinju di kedua tangan. "Buka pintunya nggak?! Awas saja! Aku akan laporkan ini sama guru!" ancamnya.
"Idih! Sok-sokan mengancam lagi. Dimana-mana semua orang itu lebih suka yang good looking. Kesalahan apapun yang aku lakukan, palingan cuman dapat hukuman menyapu. Ditambah prestasiku lebih banyak dibandingkanmu," balas Fatma yang terdengar semakin menyebalkan.
"Tolong! Fatma dan teman-temannya mengurungku di toilet!" Rasti tidak mau meladeni ucapan Fatma. Dia terus menggedor pintu berulang kali.
"Hahaha! Kuda nil makin ngamuk nih ye. Coba deh buka sendiri. Badanmu kan gede," ujar Elita. Dia dan yang lain kembali cekikikan.
"Kuda nil, kuda nil. Kalian tuh trio nenek lampir!" cibir Rasti. Untuk yang kesekian kalinya, dia mencoba membuka pintu.
Rasti terdiam. Sebab dia tidak lagi mendengar suara Fatma dan kawan-kawan. Pertanda mereka sudah pergi meninggalkannya.
"Begitu ya kelakuan anak zaman sekarang!" keluh Rasti. Dia menendang pintu dengan perasaan kesal.
Rasti lelah. Dia duduk ke atas closet. Lagi pula sudah tidak terdengar ada suara orang di toilet. Kemungkinan Rasti memang sendirian di sana.
Akibat lelah, Rasti mengantuk. Tanpa sadar dia tertidur. Dirinya terbangun ketika ada seorang siswi yang membuka pintu.
"Di sini ternyata kau!" seru siswi berambut pendek setengkuk itu. Namanya adalah Ifa. Gadis yang dikenal tomboy. Ia juga diketahui termasuk dalam gabungan preman sekolah. Ifa sering terlibat masalah dengan Yoga sang ketua osis.
Ifa segera mengguncang badan Rasti. Membangunkan gadis itu dari tidur.
"Eh! Bangun! Bu Olive mengira kau bolos tahu nggak," kata Ifa. Dia berhenti menyentuh badan Rasti karena merasa jijik. Bagaimana tidak? Tubuh Rasti bermandikan keringat yang cukup banyak. Itu memang hal alami yang sering terjadi pada orang gemuk.
Ifa langsung mengelap tangannya ke rok abu-abunya. Berusaha menghilangkan keringat Rasti yang tadi sudah tidak sengaja dirinya sentuh.
Rasti terbangun. Dia mengerjapkan mata berulang kali. Sampai penglihatannya benar-benar jelas.
"Apa?..." lirih Rasti yang nampak linglung. Dia akhirnya dapat melihat Ifa. Gadis tomboy tersebut terlihat berkacak pinggang.
"Kau di sini sengaja mengunci diri sendiri atau dikunciin sih?" tukas Ifa.
"Dikunciin! Fatma dan teman-temannya yang melakukan ini. Terima kasih sudah membuka pintunya," sahut Rasti seraya berdiri. Dia keluar dari bilik toilet.
"Ah! Mereka lagi. Fatma dan dua temannya itu lebih pantas dibilang preman dari pada aku dan teman-temanku. Kau tahu sendiri kan kebiasaan Fatma dan gengnya adalah membuli. Sedangkan aku dan The Satria nggak pernah sekali pun membuli murid lain. Apa membolos dan merokok itu lebih buruk dibanding menyakiti orang lain?" Ifa mengeluh panjang lebar.
Dahi Rasti berkerut. "Kau nggak salah. Fatma dan teman-temannya memang pantas disebut preman," sahutnya.
"Tuh kan! Kau adalah orang pertama yang sependapat dengan--"
"Tapi bukan berarti kau dan teman-temanmu tidak pantas disebut preman. Membolos dan merokok di sekolah itu juga kebiasaan buruk," potong Rasti. Dia memutar tubuhnya menghadap cermin.
"Dasar tidak tahu terima kasih! Kau sama saja seperti yang lain!" komentar Ifa cemberut. Dia merajuk dan beranjak meninggalkan Rasti di toilet. Ifa tak lupa membawa tasnya. Kemungkinan dia akan membolos lagi.
Rasti tidak menggubris komentar Ifa. Dia terpaku menyaksikan penampilannya di cermin. Fisik yang ditempati jiwanya benar-benar terlihat tidak terawat.
Ati ati yah ,jgn ampe kena jebakan betmen 😁