NovelToon NovelToon
AKU BUKAN WANITA SHALIHAH

AKU BUKAN WANITA SHALIHAH

Status: sedang berlangsung
Genre:Dosen / Spiritual / Pernikahan Kilat / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Penyesalan Suami
Popularitas:6k
Nilai: 5
Nama Author: ZIZIPEDI

Azam tak pernah menyangka, pernikahan yang ia jalani demi amanah ayahnya akan membawanya pada luka paling dalam. Nayla Azahra—wanita cantik dengan masa lalu kelam—berusaha menjadi istri yang baik, meski hatinya diliputi ketakutan dan penyesalan. Azam mencoba menerima segalanya, hingga satu kebenaran terungkap: Nayla bukan lagi wanita suci.
Rasa hormat dan cinta yang sempat tumbuh berubah menjadi dingin dan hampa. Sementara Nayla, yang tak sanggup menahan tatapan jijik suaminya, memilih pergi. Bukan untuk lari dari kenyataan, melainkan untuk menjemput hidayah di pondok pesantren.

Ini adalah kisah tentang luka, dan pencarian makna taubat. Tentang wanita yang tak lagi ingin dikenal dari masa lalunya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ZIZIPEDI, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Nama yang Disembunyikan

Desas-desus itu bermula dari lorong-lorong kampus.

“Eh, kalian tahu nggak sih, katanya Pak Azam itu udah nikah.”

“Masa sih? Kok selama ini nggak pernah kelihatan siapa istrinya?” sahut salah satu mahasiswi.

“Katanya sih, bukan orang biasa. Tapi misterius banget! Jangan-jangan mahasiswi di kampus ini?”

Kata-kata seperti itu menyebar cepat. Dari kantin ke kelas, dari grup diskusi ke sudut perpustakaan. Tak sedikit mahasiswi yang diam-diam merasa patah hati, sebab dosen muda berwibawa dan rupawan itu ternyata bukan lagi milik umum. Tapi siapa yang beruntung menjadi pendampingnya masih menjadi misteri.

Nayla duduk di bangku belakang kelasnya, menggenggam buku catatannya erat. Ia mendengar semua. Bahkan kadang dengan jelas, namanya mulai ikut disebut dalam bisik-bisik rendah yang menusuk hati.

"Dengar-dengar sih Pak Azan dekat sama Nayla," ujar salah satu mahasiswi yang duduk di kursi.

“Masa iya Nayla? Nggak mungkin lah, kan dia… ya kamu tahu sendiri,” bisik salah satu mahasiswi.

“Aku juga heran,kok bisa ya..? Rasaku dia itu terlalu biasa buat Pak Azam. Nggak cocok.”

Dan Nayla, tetap diam. Tak membela, tak menyangkal. Ia memilih menjauh.

Sejak gosip itu merebak, Nayla mulai menjaga jarak. Saat Azam memasuki ruang kelas, ia tak lagi menyambut pandangannya. Ia menunduk, fokus pada catatan, bahkan memilih duduk di pojok yang tak langsung terlihat. Jika Azam lewat di lorong kampus, Nayla akan memilih memutar arah. Tak pernah lagi ada percakapan pribadi, apalagi tersenyum saat berpapasan. Ia menutup semua celah kemungkinan.

Azam pun merasakan perubahan itu. Pandangan Nayla menjauh, langkahnya makin ringan seolah tak ingin meninggalkan jejak. Namun justru dari situ Azam semakin yakin—Nayla menjaga bukan karena benci, tapi karena cinta yang tahu diri.

Di ruang dosen, Azam termenung. Di tangannya, ada catatan nilai mahasiswa. Tapi pikirannya melayang pada satu nama yang terus dijaga dalam diam.

Nayla Azahra.

Istri yang memilih tak dikenal, agar nama suaminya tak ternoda masa lalunya.

Azam tahu. Ia harus segera menentukan langkah. Karena jika terlalu lama dibiarkan, Nayla akan benar-benar hilang, bukan karena pergi… tapi karena merasa tak pantas tinggal.

Sudah dua pekan Azam memperhatikan perubahan Nayla. Ia tahu, gadis itu tengah berjuang menjaga namanya—nama Azam—dari sorotan yang bisa saja mencoreng. Tapi semakin Nayla menjaga jarak, Azam justru merasa kehilangan arah. Bukan karena ia ingin memiliki Nayla seutuhnya segera, tapi karena ia ingin menjadi tempat pulangnya, bukan luka baru yang harus dihindari.

Dan hari itu, di luar pagar kampus, Azam memutuskan melangkah.

Hujan baru saja reda. Langit sore menyisakan gurat jingga yang hangat. Nayla baru saja selesai dari sebuah kegiatan kajian pekanan yang biasa ia hadiri bersama komunitas kampus. Saat hendak menunggu angkot, seseorang berdiri di sisi kanannya.

“Sudah lama nunggu?” suara berat itu membuat Nayla menoleh cepat. Matanya membulat.

“Pak—Azam…,” suaranya tercekat. Ia buru-buru menunduk. “Saya bisa pulang sendiri.”

“Boleh saya antar?” tanya Azam pelan, namun tegas. “Kita hanya dua orang yang saling tahu kebenaran. Sisanya hanya gosip yang tumbuh dari ketidaktahuan.”

Nayla menggeleng pelan. “Saya tidak ingin membuat keadaan makin buruk, Pak. Saya tahu diri.”

Azam menatapnya, dalam. “Nayla, kamu bukan aib. Masa lalumu bukan kutukanku. Tapi kamu tak bisa terus berlari dari hidupmu. Saya... tidak datang ke sini untuk memaksa, hanya ingin memberi tahu bahwa saya sedang belajar kembali mencintai, dengan cara yang lebih bijak.”

Nayla memejamkan mata sejenak. Angin sore mengibaskan kerudungnya. Matanya berkaca-kaca, tapi ia menahan.

“Kalau benar begitu,” gumamnya, “buktikan dengan kesabaran. Jangan hanya lewat kata, tapi lewat waktu.”

Azam tersenyum lirih. “Saya memang sedang menabung waktu. Jika kamu bersedia membiarkanku menunggu di kejauhan... saya akan tetap di sana.”

Nayla tak menjawab. Ia hanya melangkah ke arah jalan, dan Azam tak menghalangi. Tapi ia tahu, percakapan barusan telah membuka celah kecil—bukan untuk kembali, tapi untuk mulai menjemput kepercayaan yang dulu ditinggalkan.

Sudah beberapa kali Nayla mendapati pesan singkat dari nomor yang begitu ia hafal. Selalu singkat, selalu tenang, namun menghangatkan:

“Tunggu saya sebentar setelah kelas, saya ingin memastikan kamu pulang dengan aman.”

“Saya parkir di seberang, di bawah pohon trembesi, takkan ada yang melihat.”

Awalnya Nayla tak pernah benar-benar menanggapi. Ia tetap berjalan ke halte seperti biasa, membiarkan Azam menunggu tanpa balasan. Tapi sore itu berbeda. Entah mengapa, langkahnya terhenti. Entah mengapa, matanya mencari pohon trembesi yang dimaksudkan Azam. Dan mobil itu memang ada, menyala dalam sunyi.

Tanpa banyak pikir, Nayla melangkah. Meninggalkan halte, meninggalkan keraguan yang selama ini ia peluk. Saat tangannya menyentuh gagang pintu mobil, jantungnya berdebar tak karuan.

Azam membuka kunci pintu dari dalam. Wajahnya teduh, tak menggambarkan kegirangan yang berlebihan, hanya sebuah senyum ringan yang menyambut keteguhan hati Nayla untuk sedikit saja mendekat.

“Assalamu’alaikum,” ujar Nayla pelan saat duduk di kursi penumpang.

Azam menjawab dengan lembut, “Wa’alaikumsalam.”

Tak ada obrolan muluk. Hanya keheningan yang terasa hangat. Azam tak bertanya mengapa Nayla akhirnya masuk ke dalam mobilnya. Nayla pun tak meminta penjelasan kenapa Azam terus mengejar. Keduanya diam, tapi sama-sama tahu bahwa ada sesuatu yang perlahan tumbuh kembali—bukan cinta yang terburu-buru, tapi rasa yang lebih dewasa.

Saat mobil melaju perlahan menuju arah kost Nayla, Azam membuka suara, nyaris seperti bisikan, “Saya tidak akan memaksa. Tapi saya akan terus berada di sini, di sisi yang tak akan meninggalkan kamu. Bukan karena kamu sudah menjadi sempurna, tapi karena saya ingin mencintai kamu dengan cara yang diridai-Nya.”

Nayla menoleh perlahan. Air matanya jatuh, tanpa suara. “Terima kasih... sudah tidak menyerah,” bisiknya.

Dan sore itu, dua hati yang dulu sama-sama terluka mulai menjahit kepingannya kembali—pelan, tapi pasti.

Keesokan harinya, di kantin.

Kantin siang itu cukup ramai. Nayla duduk di pojok bersama Siska dan Radit, membicarakan tugas kelompok sambil sesekali menyendok nasi goreng dari piringnya.

“Tapi kalau kajiannya fokus ke tasawuf klasik, kita harus pakai sumber primer,” ucap Radit, serius.

“Iya, aku udah cari referensinya di perpustakaan,” sahut Nayla sambil membuka catatan kecil di tangannya.

Baru saja ia hendak melanjutkan penjelasan, suara langkah mendekat membuat mereka serempak menoleh. Azam berdiri di hadapan meja mereka, matanya tertuju pada Nayla. Tanpa banyak kata, ia menarik kursi dan duduk tepat di depan Nayla.

Siska dan Radit saling pandang, bingung. Nayla pun membeku.

“Maaf saya ikut duduk di sini...” ucap Azam tenang, suaranya datar tapi tegas. “Kursi lain penuh, saya tidak mengganggu kaluankan..?.”

"Tidak Pak, selahkan duduk"

Radit mengangguk kaku. Siska nyaris tersedak jusnya. Nayla? Ia menunduk, tak bisa menatap.

Azam membuka kotak bekalnya—bekal yang sama yang Nayla letakkan pagi tadi di ruangannya. Perlahan ia menyendok isinya, lalu melirik Nayla sekilas.

“Terima kasih untuk bekalnya, enak,” ujarnya lirih, namun cukup terdengar oleh ketiganya.

Radit melotot. Siska mendesis pelan, “Bekal?”

Nayla langsung batuk kecil, panik menutupi rona pipinya yang memerah.

Azam hanya tersenyum tipis. Tak berkata apa-apa lagi. Tapi keheningan mereka terasa lebih ramai dari keramaian kantin.

1
Julicsjuni Juni
buat Nayla hamil thorr...buat teman hidupnya.. kasian dia
aku juga 15th blm mendapatkan keturunan
Julicsjuni Juni
hati ku,ikhlas ku belum bisa seperti Nayla... astaghfirullah
Iis Megawati
maaf mungkin ada cerita yg kelewat,merekakan dah berpisah berbulan" ga ada nafkah lahir batin dong,dan bukankah itu sudah trmasuk talak 1,yg dmn mereka hrs rujuk/ nikah ulang maaf klo salah/Pray/
Zizi Pedi: Tidak, secara otomatis tidak terhitung cerai dalam hukum Islam hanya karena suami tidak memberikan nafkah lahir dan batin, karena istri yg pergi dari rumah. Perkawinan tetap berlaku hingga ada putusan cerai dari Pengadilan Agama atau jika suami secara sah menceraikan istrinya. Namun, suami yang melalaikan kewajibannya seperti tidak memberikan nafkah lahir dan batin adalah perbuatan yang berdosa dan dapat menjadi alasan bagi istri untuk mengajukan gugatan cerai. Tetapi dalam kasus Azam dan Nayla berbeda, mereka saling mencintai dan tak ada niat untuk bercerai jadi mereka masih sah sebagai suami istri. Dan talak itu yg punya laki2. untuk pertanyaan kk tentang talak 1. Mereka bahkan tidak terhitung talak kk, karena Azan g pernah mengucapkan kata talak. dan untuk rujuk talak 1 Setelah jatuh talak satu, suami dan istri masih bisa rujuk kembali tanpa harus akad ulang selama istri masih dalam masa iddah. Talak satu disebut talak raj'i, yang berarti suami masih berhak merujuk istrinya selama masa iddah. Jika masa iddah telah habis, maka untuk kembali bersama, mereka harus melakukan akad nikah ulang. TAPI SEBAGAI CATATAN (Azam tidak pernah mengucap talak untuk Nayla, jadi mereka masih sah suami istri meski tanpa menikah ulang.)
total 1 replies
R I R I F A
good... semangat up date ny
Zizi Pedi: terima kasih Kk
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!