"Payungmu hilang, langit pun menghujanimu dengan deras, serta angin yang berhembus juga kencang, yang membuat dirimu basah dan kedinginan"
"Ternyata tidak berhenti sampai disitu saja, hujan yang deras serta angin yang berhembus kencang ikut menenggelamkan dirimu dalam banjir yang menerjang"
"Sampai pada akhirnya kamu menghilang dan yang aku temukan hanyalah luka yang mendalam"
~Erika Aura Yoana
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Amil Ma'nawi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Villa
Setelah panggilannya tertutup, Haura melihat ke arah Alvan dan menangis. Sebenarnya sejak tadi saat berbicara dengan Erika, Haura hampir tak bisa menahan air matanya. Karena dia tidak sanggup berbohong pada Erika, tapi mau bagaimana lagi, dia tidak punya pilihan lain.
Haura memeluk perut Alvan sambil terduduk di kursi roda. Alvan hanya mengelus pucuk kepalanya, ia mengerti perasaan Haura bagaimana, tetapi bukankah itu yang dia inginkan? Jadi mau tidak mau Haura harus melakukannya.
Sebenarnya, sejak tadi mereka pergi saat Haura menyadari kalau Erika ada disana. Alvan langsung saja membawa Haura bersembunyi darinya. "Udah gak papa, bukannya ini yang kamu inginkan? Jadi inilah resikonya. Udah jangan nangis, tuh kita udah di panggil" Alvan berjongkok dan menghapus air mata Haura yang sudah membasahi wajahnya.
"Senyum dong, kalo enggak nanti semua toko semangka tutup loh"
"Mana ada"
"Ya makanya senyum" Haura pun tersenyum dan Alvan juga senang melihatnya. Alvan pun mendorong kursi rodanya dan membawanya masuk.
***
Di karenakan besok adalah hari minggu, sore ini Erika kembali menemui Haura dengan pakaian yang sudah rapih. Niatnya Erika akan mengajak Haura pergi berlibur bersama keluarganya. Ia juga telah meminta izin kepada oma untuk membawa Haura pergi.
"Oma kamu udah izinin kok, jadi ayo kita pergi sekarang" Haura beralih menatap oma, yang mana oma langsung mengangguk menandakan bahwa ucapan Erika benar. "Jadi Haura boleh ikut oma? Asyik"
"Yaudah bentar ya, Haura siap-siap dulu" Oma sangat senang melihat Haura yang tampak bahagia saat di berikan izin olehnya. Sekarang Haura sudah siap, dan sebelum pergi oma memberikan beberapa pesan untuknya.
"Kamu jaga diri ya, kalo ada sesuatu yang di rasa cepat minum obat dan oma peringatkan sama kamu, jangan sampai lupa minum obat ya sayang, awas loh"
"Iya oma siap, yaudah Haura pergi dulu, kasian Erika udah nungguin"
"Hati-hati ya" Kini Oma pun melihat kepergian Erika dan Haura menaiki motor. Ada rasa khawatir yang bersemayam di dalam hatinya, namun oma yakin kalau Haura akan baik-baik saja.
***
Malam ini, keluarga Erika menginap di sebuah villa yang berada di pantai tersebut. Dirinya satu kamar dengan Haura, sementara orang tuanya berada di kamar lainnya. Kini mereka berdua sedang persiapan untuk tidur. Seperti Erika yang memakai beberapa skincare nya, sedangkan Haura hanya memperhatikannya, karena dia paling tidak mengerti dengan perskincare an.
"Ini namanya apa?" Saat itu Haura mengambil salah satu skincare milik Erika. "Itu night cream"
"Gunanya buat apa?"
"Gunanya buat melembabkan kulit, terus membantu mengatasi jerawat dan masih banyak lagi"
"Oh,,," Lalu Haura kembali mengambil salah satu skincarenya. "Kalo ini?" Erika melihat sunscreen yang berada di tangan Haura. "Kamu gak tau?" Haura menggeleng. "Masa?" Kemudian ia mengangguk. "Lihatnya aja, Haura baru sekarang"
"Hha, kok bisa? Kamu gak pake skincare?"
"Enggak, soalnya Haura udah cantik" Seketika itu Erika tertawa. Ia tidak sangka kalau Haura akan menjawab seperti itu. "Hahaha,,, iya juga si,,, tapi emang aku gak cantik ya?"
"Cantik, makanya Haura mau sahabatan sama Erika" Erika kembali tertawa. "Hahaa,,, jadi kalo Erika jelek gak mau sahabatan gitu?"
"Iya, soalnya nanti Haura malu bawa bawa orang jelek" Kini keduanya pun tertawa. "Aku gak ekspek loh, kalo kamu tu orangnya kek gini" Ucapnya sambil merapikan semua skincarenya. "Sebenarnya si, Haura lebih dari ini. Erika juga nanti pasti bakalan tau" Setelah itu, mereka berdua merebahkan dirinya dan saling berhadapan.
"Hau?" Haura kembali membuka matanya saat Erika memanggil namanya. "Hmm?"
"Kamu kenapa jarang senyum sama orang-orang, bahkan sebelum kita sedekat ini, kamu tu sombong banget tau gak. Ngomong aja cuma seperlunya, senyum apalagi" Sebelum menjawab pertanyaan dari Erika, Haura merubah posisi tidurnya. Ia jadi ingat dengan masa lalu yang membuatnya menjadi seperti itu.
"Dulu Haura pernah di bully, dan karena itu Haura sampai berpikir, kalau semua orang itu jahat, termasuk orang tua Haura yang sampai saat ini masih belum tau dimana keberadaannya.
Semua orang jahat, kecuali oma, Avan, om dan tante. Terus Haura pikir, untuk apa tersenyum pada orang-orang yang jahat dan tidak memiliki hati. Sampai pada akhirnya Haura memilih untuk tidak tersenyum pada siapapun. Karena Haura takut memberi senyuman pada orang yang salah"
Erika kini tau apa alasan mengapa Haura seperti itu. Erika mengerti, kalau setiap orang itu berbeda dan inilah perbedaan antara Haura dengannya. "Tapi kan Hau, semua orang itu beda-beda, gak semua jahat seperti yang kamu pikirkan"
"Iya, awalnya juga Haura berpikir seperti itu. Tapi, saat Haura di tertawakan satu sekolah, disitulah Haura membuang pikiran positif itu" Haura melihat ke arah Erika yang masih dengan posisi awal.
"Erika ingat? Waktu kelas satu SMP ada anak yang di tertawakan oleh satu sekolah?" Erika berusaha mengingat kembali, dan ya dia mengingatnya. "Iya" Haura tersenyum tipis. "Itu adalah Haura, ya saat itulah Haura berubah pikiran" Erika benar-benar terkejut, ia langsung terbangun dengan mata yang menatap mata Haura.
"Serius?" Haura mengangguk dengan wajah yang terlihat bingung, karena ia melihat ekspresi Erika yang terlihat panik. "Kamu ingat sesuatu? Kalo yang fitnah kamu, itu aku" Erika sangat merasa bersalah, karena dulu yang memfitnahnya sampai Haura di kerumuni satu sekolah adalah ulah dirinya.
"Aku minta maaf Haura, aku gak tau kalo itu kamu" Haura ikut duduk dan tersenyum padanya. "Gak papa, yang penting sekarang Erika udah gak kayak gitu lagi"
"Tapi kan Hau-" Haura menempelkan jari telunjuknya di bibir Erika. "Itu hanya masa lalu, dan sekarang Erika udah jauh lebih baik dari dulu" Sebuah senyuman terlukis di bibir Erika, dan ia pun berhambur memeluk Haura. Ia pikir, Haura akan marah padanya dan tidak ingin bersahabat lagi dengannya. Namun pikirannya salah, ternyata malah sebaliknya. Ia sangat kagum dengan kebaik hatian Haura.
Mereka kini kembali merebahkan tubuhnya. Dan tiba-tiba saja ada yang ingin Haura tanyakan Erika, dengan segera Hayra pun bertanya. "Erika?" Erika menjawabnya dengan mata yang sudah tertutup. "Hmm"
"Kalo Haura pergi ninggalin Erika, gimana?" Haura harap, Erika membuka matanya saat ia bertanya seperti itu. Namun tidak, mata Erika masih tertutup dan ia pun menjawab pertanyaan Haura dengan mata tertutup. "Emang mau pergi kemana?"
"Pergi selamanya" Seketika itu, Erika membuka matanya dan tatapannya bertemu dengan tatapan Haura. "Ck, apa si Hau,,, udah malem malah ngelucu kek gitu. Garing tau gak?" Erika pun merubah posisi tidurnya dengan kini membelakangi Haura. "Haura gak lagi ngelucu"
"Iya terserah kamu aja" Haura menatap punggung Erika dengan tatapan sedih tapi tidak menangis. "Haura serius, dan Haura cuma nanya aja" kemudian Haura juga merubah posisi tidurnya dengan saling membelakangi satu sama lain.
Erika membuka matanya dan berkata. "Ya pastinya aku sedih, dan gak kebayang sedihnya gimana" Hening, tak ada jawaban lagi dari Haura, karena ia sudah terlelap dalam tidurnya.
Bersambung...
Jangan lupa tambahin bintangnya donggg tinggal tekan aja susah amat wkwkwk
yg penting bersatu kan?
wkwkwk
mksdnya, thor????
salken, Thor