Di dunia kultivasi Cangxuan, Han Wuqing bereinkarnasi dari bumi ke dunia kultivasi abadi yang penuh kekuatan dan ketidakadilan.
Setelah berkultivasi selama 10 tahun dengan susah payah, tanpa dukungan apapun. Akhirnya cheat system muncul mewajibkan dia membuat sektenya sendiri.
System aneh yang mengizinkannya memanggil kesadaran orang orang dari bumi, seolah dunia adalah game virtual reality.
Orang-orang dari bumi mengira ini hanya permainan. Mereka menyebutnya "VR immortal".
Mereka pikir Han Wuqing NPC...
Mereka pikir ini hanya ilusi...
Tapi didunia ini— Dialah pendirinya, dialah tuhan mereka. Sekteku Aturanku
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dwalkii, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Awal Dunia Ilusi
"Sebelum semua terasa seperti rutinitas malam, sebelum para murid mulai membicarakan 'grind dungeon' seperti hal biasa... mari kita kembali sejenak. Ke malam ketika benih dunia ilusi pertama kali dibuka, dan keheningan bawah tanah berubah menjadi medan ujian pertama."
Langit di atas Sekte Yuandao malam itu diselimuti awan tipis, Kesunyian merambat perlahan, seolah seluruh wilayah Seribu gunung membeku dalam keheningan. Para pemain—yang kini mulai menyebut diri mereka sebagai murid, baru saja menuntaskan kegiatan harian: berburu beast, atau sekadar bersantai dan berbincang di pasar kecil yang mereka bangun sendiri.
Di dalam aula utama, keramaian kecil masih terdengar. Suara obrolan bercampur dengan canda ringan dan gesekan kaki pada lantai batu. Puluhan pemain berkumpul malam itu, duduk di tangga dan pinggiran aula, sebagian bersandar pada tiang, sebagian lagi mengutak-atik panel sistem pribadi masing-masing.
Hingga—KRUKK-KRRAAAK—
Suara batu bergerak bergema perlahan dari empat sudut aula dan seluruh aula bergetar ringan. Semua kepala spontan menoleh ke lantai.
Empat bagian sudut lantai aula bergerak. Batu-batu yang tampak kokoh bergeser dengan suara bergesek pelan, membentuk empat buah tangga batu spiral yang menurun ke bawah tanah. Lentera qi menyala otomatis di sepanjang sisi tangga—mengikuti lekukannya dan memancar cahaya biru keperakan yang dingin dan halus.
Dan ketika beberapa pemain berdiri untuk melihat lebih dekat—
Aura yang aneh menyambut dari bawah. Aura dingin, sunyi, namun dalam... seolah di bawah sana tersembunyi sesuatu yang berbeda dari dunia nyata.
Sistem berbunyi:
[Dungeon Dunia Ilusi kini telah diaktifkan.]
Sesaat kemudian, Han Wuqing melangkah masuk melalui pintu samping aula. Jubah hitamnya bergoyang pelan, ekspresinya datar dan langkahnya ringan. Ia berdiri di tengah aula, menatap sekeliling, dan berbicara tanpa perlu meninggikan suara:
“Empat tangga itu akan membawamu ke satu tempat.”
“Sebuah ruang bawah tanah, seluas aula ini… namun lebih tua. Lebih sunyi.”
“Dan di tengahnya… sesuatu yang akan menguji seberapa kuat kehendak kalian.”
Para pemain saling berpandangan, penasaran.
Beberapa dari mereka, yang cepat tanggap, mulai menuruni salah satu tangga spiral dengan langkah hati-hati.
Dan ketika mereka sampai di lantai bawah tanah—mereka semua terdiam.
Di bawah aula utama Sekte Yuandao, terbentang ruang luas berlantai batu spiritual—luasnya sebanding dengan aula utama. Dinding-dindingnya dihiasi ukiran formasi kuno yang menyala redup seperti napas naga tidur. Lentera qi menggantung dari langit-langit, memancarkan cahaya lembut.
Dan di tengah ruangan itu—berdiri sebuah portal tunggal.
Tingginya hampir tiga meter, lebarnya seperti empat pintu besar digabung menjadi satu. Bingkai peraknya dihiasi pola urat-urat yang mengalir seperti sungai, dan bagian dalamnya adalah pusaran hitam-ungu pekat yang bergerak perlahan seperti pusaran tinta dalam air.
Aura ruang terdistorsi mengalir dari permukaannya. Sesekali kilatan biru kecil menari di tepian pusaran, lalu hilang.
Beberapa pemain yang melihat dari tangga atas langsung berbisik.
“Portal? Ini portal dungeon kan?”
“Bro... ini vibenya seperti anime itu, sumpah.”
“Eh... kita bisa masuk bareng gak?”
Han Wuqing yang masih berdiri di atas aula utama menjawab mereka—tanpa perlu mendengar pertanyaan mereka secara jelas.
“Dungeon ini bersifat instance pribadi—kalian akan masuk secara individu ke dunia ilusi yang kutenun berdasarkan kesadaran kalian. Tak ada giliran. Tak ada rebutan.”
“Dan ini hanya akan terbuka pada malam hari.”
Ia menurunkan tangannya perlahan.
“Siang hari adalah waktunya berburu. Waktunya menjadi berguna bagi sekte. Tapi malam hari ada 'dungeon' ini untuk kalian mengisi waktu luang”
Pemain-pemain mulai mendekat, satu per satu. Beberapa menyalakan log pribadi dan yang lain membaca notifikasi sistem yang kini muncul:
[Anda telah mengakses Dunia Ilusi Tempur – Level Mortal Realm]
[Isi dungeon: 10 lantai]
[Hadiah boss hanya muncul untuk pembunuhan pertama]
[Sisa run hanya akan memberikan EXP & poin kontribusi]
Sorak kecil terdengar.
“Jadi kalau kita lambat... hadiahnya diambil orang?”
“Classic MMO move... ayo rebutan bos pertama!”
Namun meskipun semangat mereka tinggi, sebagian tetap menatap ke portal itu dengan kewaspadaan. Aura tekanan dari pusaran hitam itu bukan sekadar efek visual—itu seperti panggilan. Atau... ujian.
“Ayo, siapa duluan?” tanya [Ironshade]
“Aku.” Suara tenang itu datang dari [Daoslayer], yang sudah berdiri di depan portal, pedang di punggung dan pandangan tajam ke dalam pusaran itu.
Ia menarik napas pelan, menatap pantulan dirinya sendiri dalam warna ungu kehitaman di portal.
“Kita semua mulai dari lantai dasar. Tapi siapa tahu... mungkin malam ini, aku bisa menjejak lebih dari satu.”
Dan ia melangkah masuk—tanpa ragu.
Portal menyerap tubuhnya dalam sekejap, lalu kembali tenang seperti semula. Lantai bawah tanah itu hening kembali, hanya diisi napas antisipasi dari mereka yang menunggu giliran mereka tiba.
Keheningan itu dipecahkan oleh suara ringan di sisi tangga.
[Fireframe] menyilangkan tangan, mengangguk pelan. “Oke... dia masuk. Taruhan berapa lama dia bertahan?”
[CallMeZilong]—yang duduk di tangga dekat portal sambil menggoyang-goyangkan kaki—menjawab, “Bro Slayer? Aku yakin minimal tembus lantai dua. dia bukan tipe yang hanya bisa pamer.”
Fireframe terkekeh. “Heh... kita lihat nanti. Kalau dia gagal, aku ambil giliran duluan.”
Tawa kecil terdengar. Tapi di antara semua suara itu, ada sesuatu yang diam-diam berubah—ekspektasi.
Langkah Daoslayer menembus pusaran hitam ungu itu. Sensasi dingin menyentuh kulitnya, bukan seperti suhu, tapi seperti dilihat... oleh sesuatu. Tubuhnya seperti dililit bayangan sebelum gravitasi hilang.
Lalu...
THUMP.
Ia mendarat pelan di atas batu keras. Napasnya tertahan.
Udara sekitarnya dingin dan lembap. Cahaya lentera qi redup menggantung dari langit-langit batu berlumut. Koridor panjang membentang ke depan—tembok-temboknya tua dan kasar, seperti reruntuhan bawah tanah.
[Dungeon — Lantai 1: Mortal Tier | Instance Pribadi Diaktifkan]
Daoslayer menyipitkan mata. Kakinya melangkah pelan, menyusuri koridor.
Ketika ia berjalan pelan dengan hati hati, langkah nya menginjak batu yang terlalu halus—dan suara klik kecil terdengar.
“Sh—”
BRUKK!
Sebagian lantai runtuh di bawah kakinya. Refleks Daoslayer meloncat mundur, kakinya hampir tergelincir, tapi ia berhasil bertahan di tepi lubang.
Di bawahnya... jurang sempit dengan paku mengahadap ke atas.
Ia menghela napas. “Oke. Dungeon ini serius.”
Baru dua langkah ke depan, suara keretak kecil terdengar dari dinding.
Serangga Batu muncul, tubuh seukuran anjing dewasa dengan cangkang sekeras batu giok. Matanya bersinar merah.
“Pemanasan dulu, ya.”
Ia menebas cepat ke samping—serangga itu terbelah dua, lenyap jadi debu cahaya.
[Beast dikalahkan – +3 EXP]
Koridor berikutnya tampak biasa—hingga dinding menyemburkan anak panah beruntun. Daoslayer segera berguling ke samping. Satu anak panah menyambar lengan bajunya, membuatnya mengumpat pelan.
“Ketua sekte benar-benar ingin kami mati di sini...”
Di ujung koridor, seekor Kelinci Tanduk Tunggal melesat dari bayang-bayang. Gerakannya cepat, seperti kilatan putih.
Daoslayer menjejak, menghindar, menebas sekali—gagal. Kedua—meleset. Ketiga kalinya, kelinci itu menabrak dinding, terpental balik, dan...
SREET.
Ia mengayunkan pedangnya dari bawah, menebas tubuh mungil itu ke udara. Kilatan cahaya memancar.
[Beast dikalahkan – +4 EXP]
Di koridor selanjutnya, kabut hijau mulai merayap dari lantai. Wangi daun segar menusuk hidung.
“Aroma...? Racun ilusi?”
Matanya berkunang. Dunia sedikit bergoyang. Ia menahan napas, menunduk, bergerak serendah mungkin.
Tapi... ada sesuatu melata di kabut.
SSSKRRAA!
Ular Daun Hijau menyerang dari samping, lidahnya menjulur, tubuhnya licin dan nyaris transparan.
Ia menebas. Gagal. Ular itu melilit pedangnya.
Ia menggertakkan gigi, menghantamkan pedangnya ke lantai. Ular itu terhempas. Sekali tebas—tepat ke bagian kepala. Meledak menjadi cahaya biru.
[Beast dikalahkan – +5 EXP]
[Jalur ke Lantai 2 Terbuka]
Tangga batu spiral muncul di ujung lorong. Angin lembut berhembus dari atas—dari lantai dua.
Daoslayer berdiri, menyeka keringat tipis di pelipisnya.
“Lantai satu... selesai.” Ia tersenyum tipis.
“Dan ini masih awal.”
sekteku aturanku. Jadi keinget manhua Invincible at the start/CoolGuy/ Keren, thor! SEMANGAT!