NovelToon NovelToon
Ibu Pengganti Anak Sponsor Ku

Ibu Pengganti Anak Sponsor Ku

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Duda / CEO / Ibu Pengganti / Pengasuh / Chicklit
Popularitas:3.1k
Nilai: 5
Nama Author: Alensvy

"Aku ingin kau menjadi orang yang menyusuinya."

Sienna menatap pria di hadapannya dengan mata membelalak, yakin bahwa ia pasti salah dengar. “Maaf, apa?”

Arsen Ludwig, pria yang baru diperkenalkan sebagai sponsor klub ice skatingnya, menatapnya tanpa ekspresi, seolah yang baru saja ia katakan adalah hal paling wajar di dunia.
“Anakku, Nathan. Dia menolak dot bayi. Satu-satunya cara agar dia mau minum susu adalah langsung dari sumbernya.”

Jantung Sienna berdebar kencang.
“Aku bukan seorang ibu. Aku bahkan belum pernah hamil. Bagaimana bisa—”

“Aku tahu,” potong Arsen cepat. “Tapi kau hanya perlu memberikan dadamu. Bukan menyusuinya secara alami, hanya membiarkan dia merasa nyaman.”

Ini adalah permintaan paling aneh yang pernah ia terima. Namun, mengapa ia tidak langsung menolaknya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alensvy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 6

...****************...

Aku mengutuk diriku sendiri.

Kenapa sih aku gampang banget terbawa emosi? Kenapa harus punya hati yang kelewat lembut?

Aku mengusap wajah, frustasi sendiri. Seharusnya aku bisa nolak. Seharusnya aku bisa pura-pura nggak peduli dan lanjut hidup seperti biasa. Tapi… nyatanya aku nggak bisa.

Sial.

Aku melirik Nathan lagi. Wajah mungilnya udah tenang, tertidur damai di gendongan Arsen. Aku menarik napas panjang sebelum akhirnya membuka mulut.

"Oke," ujarku, setengah pasrah. "Aku bakal bantu."

Arsen langsung menatapku. Ekspresinya susah dijelaskan. Mungkin dia kaget aku setuju secepat ini. Atau mungkin… dia emang berharap aku bakal bilang begitu.

"Tapi," lanjutku cepat sebelum dia sempat ngomong, "aku nggak bisa selalu ada buat kalian. Aku atlet figure skating, latihanku bukan sesuatu yang bisa ditinggal gitu aja."

Aku menatapnya serius. Biar dia benar-benar paham posisiku.

"Aku bakal bantu kalau Nathan emang butuh aku, tapi aku juga punya impianku sendiri," tambahku lagi. "Jadi jangan pernah nuntut lebih."

Arsen terdiam sejenak, lalu mengangguk pelan. "Aku ngerti."

Aku mengembuskan napas lega. "Bagus, kalau gitu."

Di satu sisi, aku merasa sedikit lebih tenang karena udah bikin keputusan. Tapi di sisi lain, aku nggak tahu ini keputusan yang bener atau malah bakal bikin hidupku makin rumit.

Ya Tuhan… semoga aja aku nggak bakal nyesel.

...****************...

Kami akhirnya bertukar nomor ponsel.

Sumpah, aku masih nggak percaya gimana bisa aku sampai di titik ini. Aku benar-benar kayak nyemplung ke situasi yang absurd, tapi ya sudahlah, nasi sudah jadi bubur. Arsen menyimpan nomorku, aku juga menyimpan nomornya. Fix, aku resmi masuk ke dalam drama hidup orang lain.

Setelah itu, aku langsung cabut dari rumah sakit. Coach udah nunggu di lobi, tangannya bersedekap sambil menatapku dengan ekspresi penuh tanya.

"Kau baik-baik aja?" tanyanya begitu aku sampai di dekatnya.

Aku menghembuskan napas panjang. "Jujur, aku juga nggak tahu."

Dia mengangkat sebelah alis, jelas masih penasaran, tapi untungnya nggak maksa buat tahu. Kami langsung keluar dan nyetop taksi. Begitu duduk di kursi belakang, aku langsung nyender dan merem sebentar. Rasanya kayak habis ikut ujian hidup.

"Aku harap ini nggak bakal ngganggu latihanku," gumamku setengah sadar.

Coach melirikku sebentar. "Kalau sampai iya, aku bakal seret kau kembali ke arena es, ngerti?" nada suaranya datar, tapi aku tahu dia serius.

Aku mendesah sambil nyengir tipis. "Baik, baik. Aku ngerti."

Begitu sampai di arena latihan, aku buru-buru keluar dari taksi, bayar ongkosnya, lalu masuk ke dalam. Oke, sekarang fokus. Drama hidup orang lain bisa disingkirkan dulu. Saatnya kembali ke impian yang udah aku bangun dari nol.

...****************...

Aku berdiri di bawah pancuran air hangat, membiarkan tubuhku rileks setelah hari yang melelahkan. Uap memenuhi kamar mandi, menciptakan suasana nyaman yang biasanya bisa bikin aku tenang.

Tapi malam ini, ada yang aneh.

Saat aku menunduk, mataku langsung tertuju pada dadaku. Lebih tepatnya… put*ngku yang membengkak sedikit.

Aku membelalak. "Hah?"

Refleks, aku mengangkat tangan, menyentuhnya pelan. Rasanya agak ngilu. Bukan sakit banget sih, tapi jelas ada perbedaan dari biasanya.

Aku mengacak rambutku yang basah dengan frustasi. "Belum punya anak aja udah ngerasain beginian. Haduh…"

Aku bersandar ke dinding kamar mandi, membiarkan air terus mengalir membasahi tubuhku.

Kenapa aku jadi begini sih? Ini gara-gara Nathan? Karena dia nyedot terlalu kuat tadi? Atau… ah, aku nggak mau mikir yang aneh-aneh.

Aku menarik napas panjang. Oke, Sienna, tenang. Ini cuma efek sementara. Nggak mungkin tiba-tiba ada yang berubah drastis dalam tubuhku hanya karena hal itu… kan?

Selesai mandi dan pakai baju tidur tali satu, aku langsung menuju ruang tamu.

Aku duduk di sofa dengan santai, kaki naik ke meja kecil di depanku sambil menikmati ayam goreng panas yang baru aja datang. TV di depanku menyala, menampilkan drama yang sebenarnya nggak terlalu aku ikuti, tapi lumayan buat hiburan malam ini.

Aku menggigit potongan ayam, menikmati sensasi renyah dan gurihnya di lidah. "Ah, surga," gumamku puas.

Baru aja aku mau menyantap suapan berikutnya, ponselku bergetar di samping. Aku melirik sekilas. Nama Arsen Ludwig tertera di layar.

Aku menghela napas panjang. “Kenapa lagi sih…”

Setengah malas, aku tetap mengangkatnya. "Halo?"

Di seberang sana, suara Arsen terdengar lebih lelah dari biasanya. "Sienna, aku butuh bantuanmu lagi."

Aku langsung mengernyit. “Jangan bilang Nathan nangis lagi.”

Dan benar aja, di latar belakang aku bisa mendengar tangisan bayi yang nyaring.

“Dia nggak mau berhenti,” ujar Arsen frustasi. “Tadi udah dikasih dot, digendong, dinyanyiin… tetap aja nggak mau diam.”

Aku menengadah, menatap langit-langit apartemenku dengan pasrah. “Arsen, ini sudah malam. Aku juga mau istirahat.”

“Aku tahu, tapi—”

“Nggak ada tapi. Aku sudah di rumah, sudah nyaman, dan aku nggak berniat keluar lagi.”

Arsen terdiam beberapa detik, sebelum akhirnya bersuara lagi dengan nada lebih lembut. "Kalau begitu… boleh aku datang ke apartemenmu?"

Aku menahan napas. "Hah?"

"Aku dan Nathan akan datang ke sana. Aku nggak mau merepotkanmu dengan menyuruhmu keluar, jadi biar kami yang ke tempatmu."

Aku melirik ayam gorengku yang masih tersisa, lalu TV yang masih menyala. Malas banget rasanya harus repot-repot ngurusin bayi lagi.

Tapi di seberang sana, tangisan Nathan semakin kencang. Arsen juga nggak terdengar baik-baik saja.

Aku menutup mata sebentar, lalu mengembuskan napas. "Terserah, deh. Datang aja."

“Terima kasih, Sienna,” suara Arsen

...****************...

Aku membuka pintu dengan malas, masih dengan piyama tidur dan rambut diikat asal. Di depan pintu, berdiri Arsen dengan wajah lelah, satu tangan menggendong Nathan yang menangis, sementara tangan satunya lagi membawa tas besar berisi perlengkapan bayi.

Dia sempat terdiam beberapa detik saat melihatku.

Aku menaikkan alis. "Kenapa?"

Arsen menggeleng cepat. "Nggak, nggak apa-apa."

Aku mendecak, membiarkan dia masuk dan duduk di ruang tamu. Baru aja aku mau ngomel karena mereka datang larut malam begini, suara tangisan Nathan makin nyaring sampai bikin kepalaku pening.

Tanpa banyak bicara, aku mengulurkan tangan, mengambil Nathan dari gendongan Arsen. Bayi mungil itu masih menangis, wajahnya memerah. Aku menghela napas, sudah mulai terbiasa dengan rutinitas ini.

Sambil duduk di sofa, aku menurunkan sedikit baju tidurku, mengeluarkan salah satu bongkahanku, lalu menempelkan bibir mungil Nathan ke sana.

Dan seperti sudah terbiasa, dia langsung tenang, mengisap dengan lahap.

Aku menatap Arsen tajam. "Kau harus mulai mencari solusi lain buat ini."

Arsen mengusap wajahnya. "Aku tahu. Tapi untuk sekarang…" Dia melirik Nathan yang sudah diam. "Ini satu-satunya cara."

Aku mendesah pelan, menatap bayi yang ada dalam pelukanku. “Dasar bocah manja,” gumamku.

.

.

.

.

Next 👉🏻

1
Semangat
lanjut thor
Alen's Vy: Iyaa ntar sore yakk
total 1 replies
Alen's Vy
Bagusss
Anonymous
Yang baca juga shock ko sienna, ga kamu doang/Facepalm//Awkward/
Semangat
jahat bgt. untung putus ya thor
Alen's Vy: Iya ih, untung aja.
total 1 replies
Semangat
modus duda ini pasti.
Semangat
luar biasa
Semangat
Hahahaa Thor😭😭
Alen's Vy: Sstt🤫🤣
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!