Panglima perang Lei Guiying menyusun rencana menyusup menjadi pengantin wanita agar dapat melumpuhkan musuhnya. Namun siapa sangka aliansi pernikahan yang seharusnya menuju negara Menghua. Justru tertukar dan harus menikah di negara Dingxi sebagai Nona Muda pertama dari kediaman Menteri yang ada di negara Menghua.
Lei Guiying menikah menjadi selir pangeran kesembilan. Begitu banyak intrik dan sekema besar terus terikat. Membuat gadis itu harus terus bertahan menjadi seorang pengantin aliansi dari negara lain.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sri Wulandari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Melakukan doa di kuil luar kota
Empat hari terakhir, Shui Long Yin selalu saja tidur di kamar istrinya. Dan pergi di jam enam pagi. Lei Guiying selalu berusaha untuk menekan kekesalan di hatinya. Dia tidak bisa mengusir atau membuat suaminya pergi. Atau merubah pemikiran pria itu agar melupakan niatnya untuk tidur di kamarnya.
Gadis itu bangkit perlahan lalu masuk ke dalam kamar mandi. Gaun tidur dengan dua lapisan di lepas satu demi satu. Baru Lei Guiying membiarkan tubuhnya masuk ke dalam bak mandi. Kepulan asap hangat memenuhi ruangan kamar mandi. Membuat udara menjadi jauh lebih hangat. Musim dingin yang akan datang membuat cuaca jauh lebih dingin. Terkadang di malam hari gadis itu akan terbangun mencari selimut yang telah menjauh dari tubuhnya.
Sesekali Lei Guiying menyelamkan tubuhnya masuk kedalam air. Dan naik kembali ke permukaan setelah beberapa detik. Sekitar lima belas menit berendam air hangat mulai dingin. Gadis itu bangkit dari dalam bak mandi. Mengambil kain bersih untuk membersihkan air yang masih tertinggal di tubuhnya. Gaun berwarna putih salju dengan sedikit tambahan warna merah muda di ujung bawah gaun. Menambah keanggunan dari gadis muda itu.
Lei Guiying keluar dari kamar mandi dan duduk tenang di depan cermin besar. "Zue er, setelah kamu menata rambut ku. Siapkan kereta, aku ingin pergi berdoa di kuil yang ada di luar Ibu Kota."
"Baik." Pelayan Zue er merapikan rambut halus Selir Li dengan kehati-hatian. Menata menjadi ikatan indah dengan geraian rambut di lapisan dalam. "Selir Li, sudah siap. Saya akan menyiapkan kereta yang anda inginkan." Wanita itu keluar dari ruangan kamar.
"Baik." Lei Guiying bangkit dari tempat duduknya. Dia duduk di kursi yang ada di tengah ruangan. Di atas meja sudah ada empat menu makanan berbeda. Dari daging ayam, domba dan sayuran. Semua makanan tercium sangat harum juga mengiurkan. Gadis muda itu memakan sarapan yang telah di siapkan.
Setelah pertemuan di pesta waktu itu. Kecantikan dari Selir pangeran kesembilan menjadi perbincangan banyak orang. Warga kota terus saja memuji kecantikan dari Selir Li. Meski ada sedikit kecerobohan yang gadis muda itu lakukan di saat pesta. Tetap saja tidak mengindahkan kecantikan yang terlukis di wajah tegas dan anggun itu.
Sekitar sepuluh menit berlalu, Pelayan Zue er datang. "Selir Li semua sudah siap."
Lei Guiying meminum beberapa tenggak air di dalam gelas lalu bangkit. "Kita pergi sekarang."
"Baik."
Gadis muda itu berjalan pergi menuju gerbang kediaman di mana kereta sudah menunggu. Setelah dia masuk bersama pelayannya. Kereta melaju perlahan menuju keluar Ibu Kota. Perjalanan memakan waktu setidaknya empat jam. Hingga mereka sampai di sebuah kuil cukup ramai di datangi Nyonya muda kediaman. Atau para Nona muda bangsawan yang memiliki niat berdoa agar segera mendapatkan jodoh.
Pelayan Zue er turun terlebih dulu baru di ikuti Selir Li. "Selir Li, hati-hati."
Lei Guiying keluar dari kereta lalu berjalan menaiki tangga yang menjulang tinggi menuju ke atas bukit. Ratusan anak tangga harus di lewati agar dapat sampai ke atas puncak. Tempat kuil suci berisi kokoh.
"Aku tidak sanggup lagi. Ini terlalu tinggi. Ibu aku tidak mau pergi lagi." Gadis muda menarik tangannya diam di tempat.
"Tidak usah banyak alasan. Kita datang untuk mendapatkan keberkahan dari dewa. Agar kamu segera mendapatkan jodoh." Seorang Nyonya kediaman menarik tangan anaknya lebih kuat. Mengajaknya untuk tetap pada pendiriannya.
Mereka berjalan kembali berada tepat di hadapan Lei Guiying. Gadis muda itu berjalan santai meski sudah menaiki sebagian tangga yang berjumlah ratusan.
Pelayannya Zue er juga terlihat tidak merasa lelah. Wanita itu dapat mengimbangi langkahnya bersama Selir Li. Di saat dia menatap gadis muda di depannya. Wajahnya tersenyum tenang.
Setelah sampai di bukit atas. Lei Guiying langsung bergantian menunggu giliran untuk berdoa. Sekitar lima belas menit dia mendapatkan kesempatan untuk masuk ke dalam kuil. Tepat di saat dia masuk tubuhnya bersenggolan dengan seorang nyonya muda. "Maaf," ujarnya berhenti beberapa saat lalu berjalan masuk kembali.
Nyonya muda itu hanya mengangguk mengerti dan berjalan pergi.
Selama sepuluh menit Lei Guiying berdoa di dalam kuil lalu keluar setelahnya. Di luar pelayannya sudah menunggu dengan payung. Benar saja tidak selang lama hujan turun begitu saja. Udara di atas bukit juga berubah menjadi semakin dingin. Pelayan Zue er membeli dua payung agar mereka tidak perlu berbagi. Sehingga baju tidak akan terlalu basah kuyup. "Selir Li apa kita akan bermalam di sini?"
"Tidak perlu. Langsung kembali saja," ujar Lei Guiying berjalan perlahan menuruni tangga.
"Baik." Pelayan Zue er selalu berada tepat di belakang gadis muda itu.
Namun belum sempat mereka turun di tangga paling bawah. Kumpulan orang-orang dengan membawa benda tajam dari golok, pisau, pedang juga kapak. Mencegah semua orang yang berniat untuk turun.
"Aaaa..."
"Ibu."
"Ada ibu jangan takut."
"Nona."
"Kakak."
Semua wanita dari kalangan bangsawan dan orang biasa langsung berkumpul ketakutan. Pelayan Zue er juga dengan sigap menghadang di depan Selir Li.
"Naik keatas. Cepat."
"Naik. Hahahh... Kakak wanita-wanita muda ini terlihat sangat mengiurkan," ujar salah seorang pria dengan tubuh gempal. Bekas sayatan pedang masih terlihat di lengan kirinya.
Semua wanita itu hanya bisa menuruti keinginan dari para bandit gunung. Begitu juga dengan Lei Guiying yang langsung menarik tangan pelayannya agar mengikuti keinginan mereka. Lebih dari delapan puluh bandit gunung turun untuk merampas barang berharga yang di gunakan para wanita bangsawan. Mereka juga terlihat beringas dan penuh tatapan buas.
"Berkumpul. Jangan ada yang bersuara." Ketua bandit menghadangkan kapak di tangannya. Dia terlihat terpesona dengan keindahan tubuh seorang gadis muda. Tangan kasarnya menarik lengan gadis itu cukup kuat.
"Ibu... Aaaa, jangan..." Gadis itu meronta. Berteriak kuat ketakutan.
"Putri ku. Aku mohon jangan sakiti putri ku." Nyonya salah satu kediaman berlutut memohon ampun. Agar putrinya di lepaskan. "Aku membawa banyak perhiasan. Aku mohon jangan sakiti putri ku." Dia melepaskan semua barang berharga di setiap bagian tubuhnya. Dari kalung, gelang, cincin, anting-anting bahkan gantungan giok langka.
"Hahaha..." Salah satu bandit mengambil dengan girang semua perhiasan yang telah di berikan.
Bos bandit juga melepaskan gadis muda itu.
"Selir Li, aku akan melindungi mu." Pelayan Zue er selalu mendekap tubuh Selir Li dengan kuat. Bahkan membuat gadis di dalam pelukannya cukup tersiksa.
Lei Guiying menepuk pelan lengan pelayannya. "Tidak apa-apa. Sebentar lagi pasti ada yang akan menyelamatkan kita."
Tetap saja perkataan Selir Li tidak bisa membuat Pelayan Zue er tenang. Justru wanita itu semakin waspada. Menatap kesegala arah takut kecantikan Selir Li menjadi perhatian para bandit.