Kisah ini bukanlah tentang perasaan yang timbul karena adanya ketertarikan pada seseorang, melainkan tentang adanya perasaan yang diawali dari kebencian, lebih tepatnya adalah balas dendam.
Semuanya dimulai dari Devano Alian Laxbara, seorang pemimpin geng motor besar sekaligus pengendali teknologi. Dia memiliki sikap dingin, tegas, dan wajah yang nyaris sempurna. Siapa sangka, seorang Vano yang tak ingin terjerumus ke dalam percintaan kini seketika berubah saat bertemu Azzura Hasnal Alexander, gadis yang dikenal ramah dan ceria, namun ternyata menyimpan banyak rahasia dalam dirinya. Ia sengaja mendekati Vano dengan alasan balas dendam melalui pembunuh bayaran. Seiring berjalannya waktu, ia malah terlanjur jatuh cinta berkali-kali sehingga ia lupa dengan rencana balas dendamnya, yang pada akhirnya ia masuk ke dalam perangkapnya sendiri.
Vano yang curiga akhirnya mengetahui bahwa Zura, yang selama ini ia prioritaskan, ternyata ingin menghancurkannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LidaAlhasyim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
JATUH SAKIT
Kini Zura berada di pemakaman ayahnya, sejak tadi gadis itu tak hentinya menangis dan mencurahkan isi hatinya, walaupun ia tau ayahnya tidak mendengarnya sama sekali.
Waktu berlalu begitu cepat, sudah dua minggu berlalu setelah kejadian di gedung itu.
Sekelabat bayangan wajah Vano yang saat itu penuh amarah ketika mengetahui dirinya bersekongkol dengan Zalgar.
"Maafkan Zura yah, selama ini Zura udah salah paham ke Vano!" hatinya semakin renyuh saat menyebut nama Vano.
"Sekarang Vano udah benci Zura, Hiks.. Hiks!"
Hujan deras kini membasahi seluruh tubuh gadis itu. Entah mengapa ia yang dulunya benci hujan, karena hujan datang tepat saat kematian ayahnya, kini malah menikmati kesejukan itu sendiri.
Langit mulai gelap akibat gumpalan awan. Merasa cuaca yang begitu buruk, Zura pun memutuskan untuk pulang.
Saat berjalan ke arah mobilnya, gadis itu tiba-tiba merasa pusing dan tak bisa menahan keseimbangan tubuhnya. Sebelum dirinya terjatuh, seseorang sudah lebih dulu menahannya, seorang itu juga memapah Zura masuk kedalam mobil gadis itu. Sejenak ia memperhatikan Zura yang menutup matanya , ia sudah tak sadarkan diri. Pasti gadis itu sakit karena terlalu lama di guyur hujan, di tambah beban pikirannya tentang Vano.
"Kalo Vano gak ada di sisi lo, gue yang bakal ngejagain lo sampai kalian baikan lagi!"
◦•●◉✿ 𝑣𝑎𝑛𝑜𝑟𝑎 ✿◉●•◦
"Dek, ambilin gue minum."
Arlino yang sejak tadi sibuk memegang ponsel, kini menyempatkan diri untuk mengambil kan Vano minum.
Sudah dua minggu waktu berlalu setelah ia keluar dari rumah sakit, tetapi Vano tetap merasa kesakitan di sekujur tubuhnya.
Walau begitu, ia tetap bersyukur karena Clary dan Arlino segera di selamatkan oleh Sasya dan Akmal malam itu.
Setelah Arlino membawakan minum, cowok itu juga membersihkan kamar Vano yang berantakan akibat ulahnya sendiri. Untuk sementara ini, kamar Vano adalah kamarnya juga, ia harus siaga untuk merawat abangnya itu.
Sedangkan di sisi lain, Clary hendak membukakan pintu ruang utama. Sepertinya ia kedatangan banyak tamu.
"ASSALAMU'ALAIKUM! VANO."
"ASSALAMU'ALAIKUM BUNDA! "
" ASSALAMU'ALAIKUM BABY VANO! "
"ASSALAMU'ALAIKUM CALON SUA-----" Clary sontak terkejut melihat banyaknya gadis- gadis cantik yang datang. Satu persatu Para gadis itu menyalami tangan Clary dengan penuh sopan.
Tak lama dari itu, Sasya, Rangga, Akmal, Bara dan Ariyan pun tiba. Mereka juga ikut terkejut saat melihat siswi dan alumni SMA Galaxa ada disana. Terkecuali Rangga, cowok itu lah dalang dari semua ini. Ia memberikan informasi bahwa mereka boleh menjenguk Vano asalkan mereka mau membayar sekitar lima ratus ribu perorang. 𝙈𝙖𝙖𝙛 𝙮𝙖 𝙑𝙖𝙣, 𝙞𝙣𝙞 𝙙𝙚𝙢𝙞 𝙞𝙨𝙞 𝙙𝙤𝙢𝙥𝙚𝙩 𝙜𝙪𝙚, 𝙝𝙞-𝙝𝙞-𝙝𝙞!
"Tante, kita kesini mau jenguk Vano," ucap wira dengan penuh kegirangan. Wira juga termasuk teman sekelasnya Vano, sebagai bendahara.
"Oh boleh, bentar ya, tante panggilin Vano dulu."
Sebenarnya, Clary melakukan itu dengan berat hati, tapi mau bagaimana, mereka rela datang ramai-ramai sambil membawa oleh-oleh dengan perasaan gembira.
Ariyan dan Akmal yang akan membantu Vano untuk menuruni tangga menuju ruang tamu yang telah di penuhi oleh para gadis itu.
Sedangkan Sasya, ia cukup greget dan kesal melihat para gadis itu yang tak datang pada waktu yang tepat. Alhasil, Vano yang masih sakit terpaksa harus turun untuk menghargai mereka.
"GWS ya Van, kita datang kesini buat jenguk lo, kita juga kangen banget pas lo lewat di depan kelas kita, pas lo main basket, pas lo nongkrong di warteg Bang Edah, pas lo kebelakang sekolah, pas lo ke Wc, dan yang terakhir yang paling kita kangenin ketika lo ganti baju di loker," ucap Zea tanpa tahu malu, gadis itu juga kelas dua belas, tapi berbeda kelas dengan Vano.
Clary dan Arlino saling bertatapan, apakah Vano seberpengaruh itu di sekolah. Sampai- sampai, ketika ganti baju pun dirinya akan di tunggu-tunggu.
Sedangkan Vano, membalasnya dengan senyum dan tawa kecil khasnya. hal itu juga membuat mereka baper.
"Makasih buat kalian semua!"
Vano tersenyum lagi, sambil menahan sakit di sekujur tubuh nya.
𝙔𝙖 𝙖𝙡𝙡𝙖𝙝, 𝙠𝙖𝙥𝙖𝙣 𝙠𝙚𝙡𝙖𝙧𝙣𝙮𝙖?
◦•●◉✿ 𝑣𝑎𝑛𝑜𝑟𝑎 ✿◉●•◦
"Bagaimana Dok?" Arza bertanya ke dokter dengan raut khawatir. Saat ini wanita itu menyuruh dokter datang kesini untuk mengecek keadaan Zura.
"Suhu tubuhnya tidak terlalu panas, mungkin besok sudah bisa beraktivitas, tetapi putri ibu juga harus mengurangi beban pikiran nya, jika tidak, maka akan bersifat fatal!" dokter menjelaskan kronologi dari keadaan Zura. Tubuh gadis itu akhir- akhir ini terasa lemas dan mudah pingsan.
"Baik dok, terimakasih."
"Yasudah, saya pamit dulu bu." Dokter itu langsung pulang setelah pamit kepada Arza.
Arza menatap sendu putrinya yang terbaring.
Ia segera pulang dari luar kota, ketika Zura mengabarinya tentang kesehatannya yang mulai kurang. Soal kejadian Zura terpaksa harus menghianati vano, itu sudah ia ketahui karena gadis itu lah yang menceritakan semuanya. Walaupun hal itu terjadi, Arza dan bundanya Vano tetap baik- baik saja. Namun, saat ini keduanya tidak bisa ikut campur karena ini tentang perasaan masing-masing.
Arza juga sangat khawatir, tapi ia tidak bisa berurusan dengan Lion yang justru akan membahayakan nyawa putrinya.
Biarlah kedua remaja itu menenangkan diri mereka dengan penuh ke dewasaan untuk lebih kuat dan saling memaafkan dan mengikhlaskan apa yang telah terjadi.
Jika dibayangkan, sangat sayang jika dua remaja itu tidak akan pernah sembuh dari luka mereka.
"Vano! "
Arza tersentak mendengar Zura mengigau nama Vano. Bundanya sangat mengerti, jika putrinya itu amat mencintai Vano.
◦•●◉✿ 𝑣𝑎𝑛𝑜𝑟𝑎 ✿◉●•◦