Aulia, gadis sederhana yang baru saja bekerja sebagai office girl di kantor megah milik CEO ternama yang dikenal kaku dan sulit didekati, tiba-tiba menjadi pesuruh pribadinya hanya karena kopi buatan Aulia.
Hayalannya menjadi karyawan yang baik dan tenang hancur seketika akibat bosnya yang tukang suruh-suruh hal yang tidak-tidak semakin membuatnya jengkel.
Sifatnya yang ceria dan kelewat batas menjadi bulan-bulanan bosnya. Akankah ia mampu bertahan demi uang yang berlimpah? Atau...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alensvy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mati Kelaparan
...****************...
Tak lama, Aulia menyadari sesuatu. Ekspresinya langsung berubah.
Aulia berdiri depan meja Aldiano dengan tangan bersedekap dan bibirnya manyun. Tatapannya penuh dengan kemarahan tertahan saat ia menatap piring kosong di hadapan bosnya.
Aldiano seolah tidak peduli dengan tatapan tajam itu dan hanya menyadarkan tubuhnya ke kursi dan menyesap air putihnya dengan tenang.
"Pak Bos, saya cuma mau memastikan sesuatu nih." ujar Aulia akhirnya.
Aldiano mengangkat alis dan menatapnya datar.
"Apa?"
Aulia menunjuk piring kosong di atas meja.
"Itu.. Habis ya?"
Aldiano menoleh sekilas ke piringnya lalu mengangguk santai. "Ya."
"Habis semua?"
"Kau lihat, bagaimana?"
Aulia menarik napas panjang mencoba tetap tenang. Tapi detik berikutnya, ia meletakkan kedua tangannya di pinggang dengan kesal.
"Pak! Saya kan belum makan."
"Dan?" Jawab Aldiano semakin membuat Aulia tercengang.
"Dan bapak makan semuanya tanpa nawarin saya satu gigitan pun?! Padahal tadi saya udah bilang kalau saya belum makan!" keluh Aulia hampir ingin menjitak bosnya sendiri.
"Tadikan ku bilang, masak sekalian untuk dirimu." balasnya sambil menatap Aulia dengan ekspresi tanpa dosa.
Aulia membuka mulut lalu menutupnya lagi. Ia benar-benar tidak menyangka akan mendapat jawaban seperti it.
"Tapi kan saya yang masak. Masa saya gak kebagian?! Ini namanya perampasan makanan secara tidak berperikemanusiaan, Pak!" protesnya.
"Kau bisa masak lagi." ucapnya dingin.
Aulia mendengus. "Bisa sih, tapi masalahnya saya udah lapar dari tadi. Saya udah bela-belain gak makan di kantin demi masak buat bapak dan sekarang malah nggak dapet apa-apa?"
Aldiano menatapnya beberapa detik sebelum akhirnya menghela napas panjang seolah sedang berhadapan dengan seorang anak kecil yang merengek minta permen.
Lalu, tanpa berkata apa-apa, ia membuka dompetnya dan mengambil sebuah kartu hitam mengkilap. Dengan gerakan santai, ia menyodorkan kartu itu ke Aulia.
"Ambil ini. Pergilah makan sesuatu."
"Ini apa?"
"Kartu akses kantin eksekutif. Makanlah sesukamu. Aku sudah selesai."
Mata Aulia membelalak. "Seriusan, Pak?"
Aldiano mengangguk singkat.
Aulia menatap kartu itu lalu menatap Aldiano lagu untuk pertama kalinya, dia merasa kalah dalam perdebatan.
Tapi.. Makan di kantin eksekutif? Wah, itu kesempatan langka!
Dengan cepat, ia meraih kartu itu dan tersenyum lebar.
"Oke deh, Pak Bos. Saya anggap ini sebagai kompensasi atas makanan saya yang sudah bapak habiskan tanpa izin!"
Aldiano tidak menjawab, ia hanya kembali fokus ke laptopnya.
Tanpa membuang waktu, Aulia berbalik dan keluar daru ruangan dengan semangat. Dalam hati, dia bersumpah. Lain kali, sebelum ngasih makanan ke Aldiano, dia harus menyisihkan jatahnya lebih dulu.
...****************...
Namun, begitu Aulia masuk ke kantin eksekutif, ia langsung merasa ada yang aneh.
Ruangan ini jelas berbeda dari kantin biasa. Meja-meja besar dengan desain elegan, pencahayaan mewah dan aroma makanan mahal yang menggoda.
Beberapa pegawai dengan pakaian rapi duduk santai menikmati makan siang mereka dengan tenang.
Tapi yang membuat Aulia risih adalah tatapan-tatapan itu.
Sejak langkah pertamanya, banyak yang melirik ke arahnya. Bukan dengan rasa penasaran biasa melainkan tatap yang penuh penilaian. Seakan keberadaannya di tempat ini adalah sebuah kesalahan.
Beberapa orang bahkan berbisik-bisik sambil meliriknya dari ujung kepala hingga kaki.
Mendadak rasa lapar yang tadi menggebu menghilang begitu saja.
"Bodo amat. Mending balikin aja ini kartu ke Pak Bos." gumamnya kesal nyaris berbisik.
.
.
.
Next👉🏻