"Aku ingin bercerai karena aku sudah tahu maksud busuk mu! Tidak ada hubungannya dengan Rose! Aku tidak pernah mencintaimu sejak awal. Kau telah merampas posisi Rose sebagai istriku!"
"Selama aku tidak menandatangani surat cerai, itu tetap dianggap selingkuh! Dia tetaplah perusak rumah tangga!"
Setiap kali Daisy melawan ucapan Lucifer, yang dia dapatkan adalah kekerasan. Meskipun begitu dengan bodohnya dia masih mencintai suaminya itu.
"Karena kamu sangat ingin mati, aku akan mengabulkannya!"
Kesalahpahaman, penghianatan, kebohongan. Siapa yang benar dan siapa yang salah. Hati nurani yang terbutakan. Janji masalalu yang terlupakan. Dan rasa sakit yang menjadi jawaban.
Apakah kebenaran akan terungkap?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon little turtle 13, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kau Seharusnya Tidak Melewati Batas!
Wajah Lucifer muram dan menakutkan, dia tiba-tiba menjambak rambut Daisy dan memaksanya untuk menatapnya.
"Aku ingin bercerai karena aku sudah tahu maksud busuk mu! Tidak ada hubungannya dengan Rose!"
"Aku tidak pernah mencintaimu sejak awal. Aku dan Rose kembali bersama tidak ada hubungannya denganmu. Aku peringatkan padamu, jika kau berani mengeluh pada Ibuku tentang hubunganku dengan Rose, aku akan membuatmu membayar harga yang tragis!"
Setelah berkata demikian, Lucifer melepaskannya, lalu berjalan keluar pintu dengan helaian rambut rontok dari tangannya.
Daisy duduk dan menatap lantai dengan tercengang, keengganan dan keluhan yang tak terlukiskan tiba-tiba merayap di dalam hatinya. Melihat Lucifer pergi lagi, dia berteriak.
"Argghhh!!"
"Memangnya kenapa?! Memangnya kenapa kalau kalian kembali bersama? Selama aku tidak menandatangani surat cerai, itu tetap dianggap selingkuh, selingkuh!"
"Dia tetaplah perusak rumah tangga! Itu sama buruknya dengan tuduhan buruk yang kau katakan padaku! Bahkan dia lebih buruh!"
Lucifer menghentikan langkahnya, berbalik dan berjalan kembali mendekati Daisy. Dia menatap tajam Daisy yang mulai panik itu.
"Dia tidak bisa disamakan denganmu!" bentak Lucifer yang kemudian menendang Daisy hingga meringkuk.
Tendangan lainnya dia berikan di bagian perut hingga Daisy merintih kesakitan dan untuk waktu yang lama dia tidak dapat bergerak. Hanya napas yang beberapa detik sekali yang terdengar. Seolah napas itu akan segera hilang.
Lucifer menyalakan rokoknya, menghisapnya beberapa kali lalu berjongkok menatap wajah kesakitan Daisy. Dan lagi-lagi Lucifer menjambak rambut Daisy.
"Karena kamu sangat ingin mati, aku akan mengabulkannya. Kamu seharusnya tidak melewati batasku!"
"Kau tau apa yang ingin ku lakukan setelah mengetahui semua kebenarannya?"
"Mengubur mu hidup-hidup!"
Daisy memegangi perutnya dan meringis kesakitan, tetapi masih mencibir dengan kaku.
"Aku masih istri sah mu sebelum perceraian itu ku setujui!"
"Dan aku sangat yakin Ibu mu tidak akan pernah membiarkan perceraian ini terjadi.."
"Kau.."
Napas Daisy semakin tak terkontrol.
"Pada akhirnya kau juga akan menyesal-" ucap terakhir Daisy sebelum akhirnya tak sadarkan diri.
...****************...
Saat membuka mata, Daisy sudah berada di Rumah Sakit. Rasa sakit di perutnya membuatnya hampir pingsan lagi.
"Nona Daisy~" isak tangis dari Bibi Marlin memenuhi ruang kamar.
"Tidak tahukah anda bagaimana paniknya saya saat kembali dan mendapati anda tergeletak di lantai?"
Daisy mengingat-ingat kembali apa yang telah terjadi. Ingatan yang kembali muncul itu membuat hatinya kembali perih.
'Jadi dia membiarkan ku begitu saja? Dia benar-benar tak peduli jika aku mati.' batin Daisy.
Paman Calix dan Bibi Marlin memberi tahu Daisy bahwa dia telah koma selama 3 hari setelah menjalani operasi. Dokter mengatakan bahwa dia mengalami cidera pada organ dalam perutnya.
"Maaf harus mengatakan ini dengan lancang.." ucap Bibi Marlin dengan sungkan.
Daisy tersenyum lembut, lalu berkata, "Tidak apa, Bibi bisa mengatakannya.."
"Saya sempat melihat Tuan Muda saat saya kembali dari rumah belakang.."
"Apakah mungkin Tuan Muda yang telah melakukan semua ini?"
Daisy hanya terdiam mendengar pertanyaan dari Bibi Marlin. Dia hanya tersenyum pahit. Semuanya terdiam ketika terdengar suara pintu terbuka dan wajah Lucifer terlihat. Paman Calix dan Bibi Marlin segera keluar dari kamar itu untuk memberi ruang.
Wajah pucat di tempat tidur dengan infus di tangannya membuat Lucifer merasa sangat tidak nyaman.
"Ibu ku ada di sini, sebaiknya kamu tidak membicarakannya!" ucap Lucifer.
Dan sesaat kemudian pintu terbuka, sosok wanita paruh baya yang terlihat anggun dan cantik itu masuk dengan tempramental.
Wanita itu menatap tajam Lucifer. Melihat hal itu membuat Daisy sulit untuk membuat kontak mata dengan wanita itu.
Wanita itu mendekat ke ranjang Rumah Sakit dan memegang pipi Daisy. Lalu bertanya dengan ekspresi sedih. "Sisi, apakah masih terasa sakit? Apa kamu ingin Mama memukulnya kembali untukmu?"
Daisy membelalakkan matanya, tidak menyangka bahwa beliau sudah mengetahuinya. Sonia, Ibu Lucifer itu masih menunggu jawaban Daisy dengan wajah khawatir.
Daisy menggerakkan tubuhnya, di bantu oleh Sonia dia duduk dan bersandar di bantal.
"Tidak apa-apa, Ma, tidak sakit. Hanya terasa mengerikan saja. Mama tidak perlu repot-repot datang ke sini hanya untukku.." ucap Daisy dengan lembut dan senyum lemah.
"Kemari kau Lucifer!" seru Sonia.
Dengan malas Lucifer berjalan mendekat, namun belum sempat berkata apa-apa untuk membela diri, Sonia sudah menamparnya. Setelah tamparan itu mendarat di wajahnya, Lucifer menghadap Daisy dan memelototi nya dengan penuh amarah.