"Aku istrimu, Aditya! Bukan dia!" Aurelia menatap suaminya yang berdiri di ambang pintu, tangan masih menggenggam jemari Karina. Hatinya robek. Lima tahun pernikahan dihancurkan dalam sekejap.
Aditya mendesah. "Aku mencintainya, Aurel. Kau harus mengerti."
Mengerti? Bagaimana mungkin? Rumah tangga yang ia bangun dengan cinta kini menjadi puing. Karina tersenyum menang, seolah Aurelia hanya bayang-bayang masa lalu.
Tapi Aurelia bukan wanita lemah. Jika Aditya pikir ia akan meratap dan menerima, ia salah besar. Pengkhianatan ini harus dibayar—dengan cara yang tak akan pernah mereka duga.
Jangan lupa like, komentar, subscribe ya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy JF, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 4 – DUNIA YANG BERBALIK
Aurelia bersandar santai di kursinya, menikmati pemandangan yang tersaji di hadapannya.
Karina berdiri di depan meja Aditya, wajahnya merah padam, matanya berkilat penuh emosi, sementara Aditya duduk dengan ekspresi geram, rahangnya mengeras dan tangannya mengepal di atas meja.
Pertengkaran mereka baru saja dimulai, tapi bagi Aurelia, ini seperti menonton pertunjukan yang sudah lama ingin ia saksikan.
“Jadi, sekarang aku ini apa? Setelah semua yang aku korbankan untukmu, Aditya?” Karina menyilangkan tangan di dadanya, nada suaranya naik beberapa oktaf.
Aditya mendengus. “Kau bicara seolah aku berhutang sesuatu padamu.”
Karina tertawa pendek, penuh kepahitan. “Jangan pura-pura bodoh! Aku meninggalkan segalanya untukmu. Aku mempertaruhkan segalanya untuk menjadi wanita dalam hidupmu! Dan sekarang? Kau ingin mengabaikanku begitu saja?”
Aurelia mengangkat alisnya, menatap keduanya dengan senyum kecil.
Lucu sekali melihat Karina dalam posisi ini.
Dulu, dialah yang berdiri di posisi Karina, mempertanyakan cinta Aditya, meminta penjelasan atas semua yang tidak masuk akal.
Tapi kini dunia telah berbalik.
Sekarang giliran Karina yang merasakan betapa menyakitkannya menjadi seseorang yang dikhianati.
Aditya mengusap wajahnya dengan frustrasi. “Jangan membuat ini lebih sulit dari yang sudah ada, Karina.”
“Sulit?” Karina menatapnya tajam. “Kau pikir aku peduli kalau ini sulit untukmu? Kau tidak pernah berpikir bagaimana perasaanku, Aditya! Kau hanya menggunakan aku dan setelah kau bosan, kau ingin membuangku begitu saja?”
Aurelia menyandarkan dagunya ke telapak tangan, menikmati setiap kata yang keluar dari mulut Karina.
Betapa ironis.
Dulu, wanita itu begitu angkuh, begitu percaya diri bahwa ia adalah pilihan terbaik Aditya.
Dan sekarang?
Dia hanya bagian dari daftar panjang wanita yang pernah Aditya khianati.
Aditya berdiri, suaranya mulai penuh ketegangan. “Aku tidak pernah memintamu untuk meninggalkan segalanya demi aku, Karina. Itu keputusanmu sendiri.”
Karina membanting tangan ke meja. “Jadi kau menyalahkan aku sekarang?!”
Aurelia tak bisa menahan diri untuk tidak tertawa kecil.
Karina menoleh tajam ke arahnya. “Apa yang kau tertawakan?”
Aurelia mengangkat bahu. “Aku hanya berpikir, betapa menariknya melihat seseorang yang dulu begitu percaya diri, akhirnya merasakan seperti apa rasanya dikhianati.”
Karina mengepalkan tangannya. “Kau pikir ini lucu?”
Aurelia menatapnya dengan tenang. “Sangat.”
Karina menegang, wajahnya semakin merah.
Sementara Aditya menatap Aurelia dengan ekspresi tajam, seolah ia mencoba menebak apa yang ada di dalam pikirannya.
Aurelia berdiri, melangkah pelan ke arah Karina.
“Kau tahu, Karina?” katanya, nada suaranya lembut, tapi menusuk. “Lima tahun yang lalu, aku juga berdiri di posisimu. Bertanya-tanya kenapa pria yang kucintai berubah. Bertanya-tanya di mana letak kesalahanku. Bertanya-tanya apakah aku kurang baik, kurang menarik, kurang sempurna untuknya.”
Karina menegang, tapi Aurelia melanjutkan.
“Tapi sekarang, aku menyadari satu hal. Bukan aku yang kurang baik. Bukan aku yang kurang sempurna. Tapi memang Aditya yang tidak pernah cukup.”
Aditya mendengus. “Jangan bertindak seolah kau tahu segalanya, Aurelia.”
Aurelia menoleh padanya, tersenyum tipis. “Aku tahu lebih dari yang kau pikirkan, Aditya. Dan sekarang Karina juga tahu.”
Karina memalingkan wajahnya, seolah tak ingin mendengar kebenaran yang menyakitkan itu.
Tapi sebelum ada yang bisa bicara lagi, pintu ruang kantor terbuka.
Semua kepala menoleh ke arah pintu.
Dan di sana, berdiri seorang wanita yang mereka tidak duga akan muncul.
Perutnya besar, hampir mencapai bulan terakhir kehamilan.
Matanya menatap lurus ke arah Aditya.
“Aditya,” suaranya bergetar. “Aku mencarimu.”
Ruangan menjadi hening.
Aditya tampak terkejut, Karina membeku, dan Aurelia…
Aurelia hanya tersenyum.
Karena ini baru permulaan dari kehancuran Aditya.
Ruangan yang tadinya penuh dengan ledakan emosi kini mendadak sunyi.
Semua mata tertuju pada wanita yang berdiri di ambang pintu, perutnya membuncit besar, wajahnya pucat tapi tatapannya tajam ke arah Aditya.
Karina menegang, menatap wanita itu dengan penuh kecurigaan.
Aditya tampak kehilangan kata-kata. Rahangnya mengatup rapat, dan untuk pertama kalinya sejak pertengkaran tadi, ia terlihat panik.
Aurelia melirik Aditya sekilas sebelum kembali mengalihkan perhatiannya pada wanita itu.
Wanita hamil ini bukan hanya sekadar orang asing.
Dia jelas memiliki urusan dengan Aditya.
Dan ini akan menjadi sangat menarik.
Karina akhirnya membuka mulut, suaranya penuh kecurigaan.
“Siapa kau?”
Wanita itu meliriknya sekilas, lalu menatap kembali Aditya.
“Aku pikir kau sudah memberitahu mereka, Aditya,” ucapnya dengan nada lembut, tapi menusuk.
Aditya tampak semakin tegang. Ia melirik Aurelia, lalu Karina, sebelum akhirnya menatap wanita itu.
“Ini bukan tempat yang tepat untuk membicarakan ini, Viona,” gumamnya.
Viona.
Aurelia mengulang nama itu dalam pikirannya.
Karina mengerutkan kening. “Membicarakan apa? Aditya, siapa dia?”
Aditya tidak langsung menjawab. Ia menghela napas panjang sebelum akhirnya berkata pelan, “Dia… dia—”
“Aku selingkuhannya.”
Suara Viona menggema di ruangan, tajam, tanpa ragu.
Karina tersentak seolah baru saja ditampar keras.
Aurelia menahan senyum. Ini bahkan lebih buruk dari yang ia duga.
Aditya meremas wajahnya, frustrasi. “Viona, tidak sekarang.”
“Kalau bukan sekarang, kapan?” Viona balas menatapnya dengan tatapan penuh luka dan kemarahan. “Aku sudah cukup lama menunggu, Aditya. Kau tidak bisa terus menghindar dariku.”
Karina menatap Aditya, wajahnya semakin memucat. “Selingkuhan?” katanya dengan suara nyaris berbisik. “Lagi?”
Aurelia memiringkan kepalanya sedikit. “Sepertinya aku bukan satu-satunya wanita yang pernah merasakan pengkhianatan ini.”
Viona mengalihkan pandangannya pada Aurelia. “Jadi kau… mantan istrinya?”
Aurelia tersenyum tipis. “Bukan, masih istrinya. Lima tahun bersamanya, dan aku bisa bilang, kau tidak akan mendapatkan apa pun selain luka.”
Viona mengepalkan tangannya. “Aku juga berpikir begitu. Tapi tidak dengan ini-” sambil menunjuk ke arah perutnya.
Aditya menatap Viona dengan putus asa. “Viona, aku akan menyelesaikan ini, tapi tidak sekarang.”
“Tentu saja tidak sekarang, karena kau tidak akan pernah menyelesaikan apa pun.” Aurelia menatapnya tajam. “Kau hanya akan terus berbohong, terus menghindar, dan berharap semua orang menerima kebohonganmu tanpa pertanyaan.”
Aditya membalas tatapan Aurelia dengan ekspresi penuh kemarahan. “Kau pikir kau suci, Aurelia?”
Aurelia terkekeh kecil. “Suci? Oh, tidak, Aditya. Aku hanya cukup pintar untuk tahu kapan harus berhenti menjadi bodoh.”
Karina masih diam, matanya terfokus pada Viona.
“Kau… hamil?” Suaranya terdengar rapuh.
Viona mengangguk. “Delapan bulan.”
Karina mundur selangkah, seolah tidak percaya dengan apa yang didengarnya. “Berarti… kau bersamanya saat dia bersamaku?”
Viona menghela napas panjang. “Aku bertemu dengannya hampir setahun yang lalu. Awalnya aku pikir dia pria baik, tapi kemudian…” Viona melirik ke arah Aurelia. “Aku mulai menyadari pola yang sama. Kebohongan yang sama. Janji yang sama. Hanya berbeda wanita.”
Karina tampak kehilangan kata-kata. Selama ini dia berpikir dia adalah satu-satunya dalam hidup Aditya setelah Aurelia pergi.
Ternyata dia hanyalah bagian lain dari lingkaran kebohongan pria itu.
Aditya menatap Viona, suaranya lebih rendah, nyaris memohon. “Kita bisa bicara nanti. Jangan lakukan ini di sini.”
Viona menatapnya dingin. “Aku di sini karena aku tidak punya pilihan lain. Aku butuh kepastian, Aditya.”
Aurelia menghela napas, menatap Karina yang kini berdiri terpaku di tempatnya, tampak begitu hancur.
“Bagaimana rasanya, Karina?” katanya pelan. “Saat kau akhirnya menyadari bahwa pria yang kau bela mati-matian ternyata tidak pernah benar-benar memilihmu?”
Karina menoleh padanya, matanya penuh kebencian.
Tapi Aurelia tidak peduli.
Ini adalah bagian dari keadilan yang selama ini ia tunggu.
Viona menatap Aditya. “Aku tidak peduli apa pun alasanmu. Aku hanya ingin kepastian untuk anakku. Kau tidak bisa terus menghindar.”
Aurelia tersenyum kecil. “Selamat menikmati, Aditya. Dunia yang dulu kau atur kini berbalik melawanmu.”
Dan untuk pertama kalinya, Aditya tampak benar-benar ketakutan.
Bersambung
kadang dituliskan "Aurelnya pergi meninggalkan ruangan tsb dengan Anggun"
Namun.. berlanjut, kalau Aurel masih ada kembali diruangan tsb 😁😁🙏