Xiao An wanita karir yang tengah menjalani kehidupannya tanpa hambatan. Tidak sengaja masuk ke dunia novel yang baru saja ia baca. Di novel dia menjadi Nona pertama Han Yu karakter antagonis, putri dari kediaman perdana menteri keuangan Han. Keluarganya sangat kaya dan hidup bergelimang harta. Kedua orangtuanya sangat mencintai putrinya memberikan semua yang di butuhkan. Sebab itu Nona pertama Han Yu sangat manja, pemarah, juga memandang rendah kalangan bawah. Kekejammnya terhadap pelayan membuatnya di takuti semua orang.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sri Wulandari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pencarian selanjutnya
Han Yu bangkit, "Tunggu. Li An, ambilkan aku bunga bercahaya."
"Baik." Pelayan Li An langsung bangkit mengambil bunga bercahaya dari kamarnya. Dia kembali dengan membawa bunga itu. "Nona pertama."
Han Yu mengambil bunga bercahaya menciumnya beberapa kali. "Ini bau yang kita cari. Li An, coba cium."
Pelayan Li An juga mencium bunga bercahaya yang ada di tangan Nona mudanya. "Benar. Ini bau yang sama."
Senyuman Han Yu terlihat samar tapi juga menyiratkan banyak hal. "Mungkin bau ini memiliki kekuatan magis atau sebuah racun yang samar. Dapat membuat kesadaran seseorang terganggu untuk sementara waktu. Tidak bisa membedakan kenyataan dan hayalan. Kematian pemuda itu juga ada kaitannya dengan sang Dewi keberkahan. Aku menjadi semakin ingin melihatnya sendiri. Seperti apa wujud sang Dewi keberkahan itu. Dia bahkan dapat membuat keajaiban hanya mengandalkan kedua tangan fananya." Gadis itu berjalan menuju kearah jendela. Matahari senja terlihat sangat indah di saat awan berkumpul membuat warna tersendiri.
"Nona muda. Jika anda menyusut masalah ini terlalu jauh. Saya takut akan ada banyak bahaya yang harus Nona pertama hadapi." Pelayan Li An menatap gadis dengan pandangan mata sedikit berbeda. Ada keraguan di sorot matanya. Namun hatinya seperti sedang bergejolak menginginkan sebuah jawaban yang sangat ia nantikan.
"Aku sudah berjalan sejauh ini. Bagaimana mungkin berhenti begitu saja? Bahkan jika aku harus mempertahankan nyawa untuk yang kesekian kalinya. Tetap saja aku menginginkan jawaban itu. Jawaban tentang bagaimana dunia ini bekerja. Agar aku dapat menentukan tetap tinggal atau tetap mencari jalan untuk kembali." Kabut tebal seperti menutupi cahaya dari sorot mata Han Yu.
"Nona muda, saya tidak mengerti dengan yang anda bicarakan." Pelayan Li An menatap penuh kebinggungan.
Senyuman tipis terlintas di wajah gadis itu. "Li An, kamu tidak perlu mengerti. Aku di tarik ke dunia ini mungkin saja memiliki arti tersendiri entah itu untuk diri ku. Atau mungkin untuk dunia ini." Membalikkan tubuhnya melangkah keluar dari kamar.
"Nona muda, anda ingin pergi kemana?"
"Li An, kita cari orang yang bisa mengerti racun. Sudah tidak ada waktu lagi untuk memulai semuanya dengan perlahan." Rintik hutan perlahan turun mengikuti setiap langkah tegas Han Yu.
Semakin lama hujan juga tidak kunjung reda. Bahkan setiap butir air yang jatuh membuat dentuman kuat di atas kereta kuda yang melaju. "Ciahhhh..." Kereta mengarah keluar dari Ibu Kota. Sekitar lima jam perjalanan kereta akhirnya berhenti tepat di salah satu gubuk yang ada di pinggiran sebuah kota.
"Kamu yakin ini tempatnya?" Han Yu turun dari kereta.
Pelayan Li An berjalan di belakang Nona pertamanya. "Beberapa orang yang saya tanya saat ada di tengah kota. Mengarahkan kita ketempat ini."
Tokkk...
Pelayan Li An mengetuk pintu gerbang kecil terbuat dari kayu sebatas leher orang dewasa. "Permisi. Apa ada orang di dalam?" Dia terus berusaha untuk memanggil. Tapi tidak ada orang yang menjawab atau sekedar keluar untuk melihat tamu yang datang.
Dari arah lain seorang pria dengan membawa hewan buruan dan busur panah berjalan mendekat. "Apa kalian mencari Tabib racun?" ujarnya.
Pelayan Li An mendekat. "Benar."
"Sudah dua tahun terakhir dia tidak lagi tinggal di sini. Lebih baik kalian kembali. Mungkin saja dia tidak akan pernah kembali lagi. Kediaman ini saat ini di tinggali putra angkatnya. Biasanya di jam seperti ini putra angkatnya naik keatas gunung. Dan kembali malam hari." Setelah mengatakan semua yang ia ketahui. Pria itu berjalan pergi meninggalkan mereka bedua.
"Tuan terima kasih," ujar Pelayan Li An.
Han Yu menganggukkan kepalanya dengan senyuman saat di lewati pria pemburu. "Li An, kita tunggu saja sampai dia kembali." Gadis itu naik kembali ke atas kereta.
"Baik." Pelayan Li An juga masuk ke dalam kereta.
Setelah menunggu hingga tengah malam pria berusia tiga puluh tahunan berjalan kembali dari dalam hutan. Empat ayam hutan sudah ada di genggaman tangannya. Busur panah juga tergantung di punggungnya.
"Nona pertama, dia sudah datang." ujar kusir yang ada di depan kereta.
Pelayan Li An bergegas untuk segera turun terlebih dulu baru membantu Nona pertamanya. Han Yu berjalan mendekat, "Tuan." Memberikan salamnya. "Saya ingin meminta bantuan anda."
"Bantuan? Nona, anda mungkin salah orang. Saya hanya pemburu tidak bisa membantu." pria itu berjalan pergi masuk ke dalam rumah.
Han Yu mengejarnya, "Saya hanya ingin tahu tempat tinggal ayah angkat anda saat ini."
Langkah pria itu terhenti tepat di depan pintu rumah. Dia membalik tubuhnya, "Saya tidak tahu kemana ayah angkat ku pergi. Dia juga tidak pernah memberitahuku kemana dirinya akan pergi." Masuk ke dalam rumah.
"Nona pertama, bagaimana jika kita kembali. Tuan besar dan Nyonya pasti sudah sangat khawatir," ujar Pelayan Li An.
"Kita sudah datang dan mencari. Setelah ada petunjuk aku tidak bisa menyerah begitu saja. Tunggu sebentar lagi," Han Yu masuk kembali ke dalam kereta. Dia menyandarkan tubuhnya yang sudah cukup lelah menunggu seharian.
Pelayan Li An mengambil selimut tebal dari dalam salah satu kotak penyimpanan di belakang kereta. Dia masuk kembali setelah mendapatkan tiga selimut tebal.
Rintik hutan turun meksipun musim hujan masih belum datang.
"Tuan, sedikit masukkan tubuh mu ke dalam kereta agar air hujan tidak menyentuh mu. Jika kamu sakit kita juga akan kesulitan untuk kembali," ujar Han Yu merasa tidak enak kepada kusir yang masih diam di luar. "Tidak masalah. Di dalam kereta tidak hanya ada aku tapi juga ada Li An. Kamu juga bisa masuk."
"Tapi Nona pertama, nama anda bisa di pertaruhan hanya karena saya masuk ke dalam untuk berteduh." Kusir itu masih tidak bersedia.
"Sedari awal nama ku juga sudah buruk. Tidak akan berpengaruh," saut Han Yu yang masih berusaha untuk meyakinkan. Setelah beberapa saat, Kusir itu bersedia sedikit memasukkan tubuhnya ke dalam kereta.
Hujan deras di malam itu berlangsung selama empat jam lebih. Bahkan hampir memasuki waktu pagi. Tepat di jam lima pagi Han Yu memutuskan untuk turun dari kereta. Dia bersama pelayannya Li An mengetuk pintu beberapa kali. Hingga pemilik rumah membukakan pintunya. Setelah penantian yang cukup lama. Han Yu dan pelayannya di persilahkan masuk dengan pintu tetap terbuka. Kusir bahkan berdiam di depan pintu ikut menjaga.
"Nona, saya benar-benar tidak tahu ayah angka pergi kemana. Sejak dua tahun lalu setelah ada orang-orang dari Ibu Kota mencarinya. Saya tidak pernah lagi mendengar kabar dari Ayah angkat. Saya juga sedang mencari keberadaannya," ujar Pria itu dengan kesedihan di dalam pandangan matanya.
"Orang-orang dari Ibu Kota?" Han Yu memikirkan banyak kemungkinan.
"Benar. Ada sepuluh orang mengawal ayah angkat dan mereka membawanya pergi. Setelah hari itu saya juga tidak bisa menemukannya lagi. Hanya satu pesan yang dia katakan. Jika dirinya tidak kembali setelah dua sampai empat hari. Ayah angkat bilang jika saya tidak boleh mencarinya. Atau menanyakan kepada siapa pun kemana dia pergi," jelas pria itu menekan kesedihan di hatinya.