Alana Adhisty dan Darel Arya adalah dua siswa terpintar di SMA Angkasa yang selalu bersaing untuk menjadi yang terbaik. Alana, gadis ambisius yang tak pernah kalah, merasa dunianya jungkir balik ketika Darel akhirnya merebut posisi peringkat satu darinya. Persaingan mereka semakin memanas ketika keduanya dipaksa bekerja sama dalam sebuah proyek sekolah.
Di balik gengsi dan sikap saling menantang, Alana mulai menyadari bahwa ada sesuatu yang berbeda dalam hubungannya dengan Darel. Apakah ini masih tentang persaingan, atau ada perasaan lain yang diam-diam tumbuh di antara mereka?
Saat gengsi bertarung dengan cinta, siapa yang akan menang?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon my pinkys, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pertemuan yang tertunda
Pagi hari di mansion keluarga Atharrazka terasa lebih tenang dari biasanya. Sinar matahari menembus tirai jendela kamar Darel, menciptakan cahaya lembut yang menyelimuti ruangan.
Di atas tempat tidur, Alana masih terbaring lemah. Wajahnya terlihat pucat, napasnya pelan, dan keningnya masih terasa hangat saat Liliana menyentuhnya dengan penuh perhatian.Sementara Darel sedang ada di walk in closed bersiap untuk pergi ke sekolah.
Liliana duduk di tepi ranjang, mengganti kompres di dahi Alana dengan hati-hati. “Sayang, apa masih merasa pusing?” tanyanya lembut.
Alana membuka matanya perlahan, menatap Liliana dengan tatapan samar. “Sedikit, Mommy…” suaranya terdengar lemah.
Liliana tersenyum hangat. “Kalo masih pusing istirahat saja dulu,.Biar nanti cepet sembuh. Minum obat nya dulu ya sayang.”
Mommy Liliana membantu Alana duduk dengan hati-hati, lalu menyodorkan segelas air dan obat. Alana menelan obat itu dengan susah payah sebelum kembali bersandar pada bantal.
Darel sudah keluar dari walk in closed, menatap mereka dengan ekspresi khawatir. Tapi sayangnya, dia harus segera pergi ke sekolah.
“Mom,Darel titip Alana.Kalau ada apa-apa,hubungi Darel,” kata Darel dengan nada tegas.
Liliana tersenyum dan mengangguk. “Tenang saja,boy. Mommy akan menjaganya.”
Darel menatap Alana sebentar sebelum mendekatinya, menyentuh pipinya dengan lembut. “Istirahatlah. Aku akan segera pulang.”
Alana tersenyum tipis. “Hati-hati di jalan, Darel…”
Setelah itu, Darel pun pergi. Liliana tetap di kamar, menemani Alana yang kembali tertidur.
___
Siang harinya, Liliana sedang bersantai duduk di ruang tamu lalu ada seorang pelayan datang menghampirinya.
“Nyonya, ada tamu yang ingin bertemu,” kata pelayan itu sopan.
Liliana mengernyit. “Siapa?”
“Sahabat lama Nyonya. Nyonya Eleanor Vesper.”
Liliana terkejut mendengar nama itu. “Eleanor?” gumamnya, sebelum segera bangkit dan berjalan ke ruang tamu.
Begitu masuk ke sana, Liliana terpaku melihat sosok wanita elegan dengan rambut panjang bergelombang dan mata indah yang penuh kelembutan.
“Eleanor…” Liliana hampir tidak percaya. Sudah bertahun-tahun sejak terakhir kali mereka bertemu.
Eleanor tersenyum tipis. “Liliana…”
Tanpa ragu, Liliana langsung memeluk sahabat lamanya. “Sudah lama sekali… Aku tidak menyangka kau akan datang hari ini,” katanya dengan suara sedikit bergetar.
Eleanor menghela napas. “Aku juga tidak menyangka bisa kembali ke kota ini.Yah,sudah lama aku tak pulang”
Mereka duduk bersama, berbincang tentang masa lalu, tentang bagaimana hidup membawa mereka ke jalan yang berbeda.
“Tapi Eleanor, kenapa tiba-tiba kamu kembali? bukannya kamu menyuruh perusahaan di london” tanya Liliana penasaran.
Eleanor terdiam sejenak sebelum menjawab, “Ah,untuk perusahaan saat ini Aku titip kan pada sepupu ku dan kembali nya aku ke Indonesia karna aku mencari seseorang… seseorang yang sangat penting bagiku.”
Liliana mengerutkan kening. “Siapa?”
Eleanor tersenyum samar, matanya terlihat sedih. “Putriku…”
Liliana terkejut mendengar itu. “Kau punya putri?”
Eleanor mengangguk pelan. “Ya, aku putri, aku terpaksa meninggalkannya bertahun-tahun yang lalu karna Adrian. Sekarang, aku hanya ingin menemukannya kembali.”
Liliana bisa merasakan kesedihan mendalam di mata sahabatnya. Dia ingin bertanya lebih jauh, tetapi sebelum itu terjadi, seorang pelayan datang menghampiri.
“Nyonya, Nona Alana terbangun dan mencarimu.”
Liliana langsung berdiri. “Eleanor, maafkan aku. Aku harus pergi sebentar.”
Eleanor tersenyum kecil. “Tentu, Liliana.”
Liliana pun meninggalkan ruang tamu tanpa tahu bahwa wanita yang sedang duduk di hadapannya adalah ibu kandung Alana.
Dan hari itu, pertemuan yang seharusnya terjadi pun terlewat begitu saja…
___
Setelah pelayan itu memberitahu Mommy Liliana kalau Alana terbangun, Liliana segera menuju kamar Darel. Begitu masuk, ia melihat Alana yang masih tampak lemah, duduk bersandar di tempat tidur dengan mata yang sedikit bengkak.
“Sayang, bagaimana perasaan kamu sekarang?” tanya Liliana lembut, duduk di tepi ranjang dan merapikan selimut Alana.
Alana mengerjap pelan. “Sedikit lebih baik, Mommy…”
Liliana tersenyum lega. “Syukurlah. Kalau ada yang kamu butuhkan, katakan saja pada Mommy, ya?”
Alana mengangguk kecil. Saat itulah, ia melihat tatapan Liliana yang sedikit ragu, seperti ingin mengatakan sesuatu.
“Mommy, ada apa?”
Liliana menghela napas. “Tadi… Mommy kedatangan tamu.”
Alana menatapnya bingung. “Tamu?”
Liliana mengangguk. “Sahabat lama Mommy. Namanya Eleanor Vesper.”
Saat mendengar nama itu, Alana merasa dadanya berdebar tanpa alasan. Seolah ada sesuatu yang familiar dari nama tersebut.
“Eleanor Vesper?” gumamnya pelan.
Liliana mengangguk. “Iya. Kami berteman sejak lama, tapi sudah bertahun-tahun tidak bertemu. Dia datang mencariku hari ini…”
Alana menggigit bibirnya. “Mommy pasti tadi sedang melepas rindu dengan sahabat lama Mommy ya? maaf Alana jadi mengganggu waktu Mommy "
"Tidak apa-apa sayang"
Liliana tersenyum samar. “Kami hanya berbincang sebentar. Dia bilang sedang mencari seseorang yang penting baginya.”
Alana mengernyit. “Siapa?”
Liliana terdiam sejenak sebelum akhirnya berkata, “Putrinya.”
Alana langsung membeku di tempat.
Putri?
Apakah mungkin…
Sebelum ia bisa berpikir lebih jauh, seorang pelayan mengetuk pintu dan masuk.
“Nyonya, tamu Anda sudah pergi.”
Liliana mengangguk, lalu menoleh ke arah Alana. “Sayang, Mommy akan pergi sebentar untuk mengurus sesuatu. Kau bisa istirahat, ya?”
Alana hanya mengangguk pelan.
Setelah Liliana keluar dari kamar, Alana menggigit bibirnya dengan kuat. Pikirannya dipenuhi dengan satu pertanyaan besar.
Apakah Eleanor Vesper adalah ibunya?
___
Sementara itu, Darel baru saja selesai dengan kelas terakhirnya di sekolah.
Begitu keluar dari gerbang, ia langsung menuju mobil yang sudah menunggunya. Di dalam mobil, ia langsung menghubungi bawahannya.
“Bagaimana hasil pencariannya?” tanyanya dengan nada serius.
Suara di seberang telepon terdengar tegas. “Kami sudah menemukan keberadaan Alvaro Baskara dan Eleanor Vesper. Mereka berada di kota ini.”
Darel menyipitkan mata. “Eleanor Vesper?”
“Iya, Tuan. Dia baru saja menemui Nyonya Liliana di mansion siang tadi.”
Darel terkejut mendengar laporan itu. Jadi, Eleanor Vesper—yang kemungkinan besar adalah ibu Alana—baru saja bertemu dengan ibunya sendiri?
“Pastikan kalian terus mengawasi mereka. Jangan sampai kehilangan jejak,” perintah Darel sebelum menutup telepon.
___
Setelah kepergian Mommy Liliana, Alana tidak bisa tidur.
Pikirannya masih dipenuhi dengan nama Eleanor Vesper.
Alana langsung ingat dengan foto album yang ia bawa dari gudang milik ayah nya, Alana membuka lembaran foto yang sudah lama tapi masih sama dan saat itulah, ia menemukan sebuah foto di halaman yang di beri batas.
Matanya langsung membelalak ketika melihat sebuah foto lama di sana—foto seorang wanita muda dengan senyuman hangat, menggendong seorang bayi kecil.
Dan bayi itu adalah dirinya.
Tapi yang lebih mengejutkan adalah nama yang tertulis di sudut foto itu.
Eleanor Vesper dan Alana.
Alana menutup mulutnya dengan tangan, air matanya menggenang.
Jadi, benar… Eleanor Vesper adalah ibunya.
Tubuhnya bergetar hebat. Kenapa ayahnya tidak pernah memberitahunya? Kenapa selama ini ia harus hidup dalam kebohongan?hidup dalam tekanan ayah nya?
Saat itulah, suara pintu terbuka pelan.
Darel berdiri di ambang pintu, menatap Alana dengan ekspresi lembut.
"Kamu kenapa Alana?"tanyanya pelan.
Alana menatapnya dengan mata penuh air mata. “Darel… ibuku… Eleanor Vesper adalah ibuku…”
Darel mendekat dan menarik Alana ke dalam pelukannya tanpa membalas ucapan Alana.
Alana terisak dalam pelukannya. “Darel....kenapa? kenapa baru sekarang Aku tua ini"
Darel mengusap punggungnya dengan lembut.
Alana menggenggam baju Darel erat-erat. Untuk pertama kalinya dalam hidupnya, ia merasa kebenaran yang begitu membuat dada nya sesak.