Daniel Van Houten, mafia berdarah dingin itu tak pernah menyangka dirinya di vonis impoten oleh dokter. Meski demkian Daniel tidak berputus asa, setiap hari ia selalu menyuruh orang mencari gadis per@wan agar bisa memancing perkututnya yang telah mati. Hingga pada suatu malam, usahanya membuahkan hasil. Seorang gadis manis berlesung pipi berhasil membangunkan p3rkurutnya. Namun karna sikap tempramental dan arogannya membuat si gadis katakutan dan memutuskan melarikan diri. Setelah 4 tahun berlalu, Daniel kembali bertemu gadis itu. Tapi siapa sangka, gadis itu telah memiliki tiga anak yang lucu-lucu dan pemberani seperti dirinya.
____
"Unda angan atut, olang dahat na udah tami ucil, iya tan Ajam?" Azkia
"Iya, tadi Ajam udah anggil pak uci uat angkap olang dahat na." Azam
"Talau olang dahatnya atang agi. Tami atan ucil meleka." Azura.
_____
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pena Remaja01, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24
"Ayang!" panggil Dani. Mata nyaris tak berkedip memandang wanita dihadapannya. Perlahan kakinya melangkah mendekati wanita berhijab itu. "Lu....lu Ayang kan?" tanyanya ingin kepastian.
"Beb, ayo! Kita kan harus cari baju buat acara pesta nanti malam," rengek mamja wanita yang berdiri di belakang Dani.
Dani menoleh pada wanita itu. "Lu bisa kan cari baju sendiri. Nanti Gue susul!"
Wanita itu memberengut kesal. Sedangkan Dani kembali berbalik memandang wanita berhijap di hadapannya. "Lu kemana saja selama ini, Ay? Gue udah capek nyari Lu tau. Tapi Lu gak pernah ketemu."
"Unda, ayo empat Pipi."
Pandangan Dani beralih pada anak kecil yang di gendong Ayang.
"Aya!" Mata Dani menyipit menatap anak kecil yang berada dalam gendongan adiknya.
Ayang memberi isyarat pada Dani agar menyingkir dari hadapannya.
"Tunggu dulu, Ay." Dani menghalangi jalan Ayang dengan merentangkan kedua tangan.
Melihat Dani mulai memaksakan kehendak, Desi bergegas pergi menyusul Udin ke salonnya.
Sementara wanita yang bersama Dani tadi, semakin memberengut melihat kekasihnya yang seperti memohon-mohon pada wanita berhijab yang tengah menggendong anak.
"Ay, kita ngobrol-ngobrol dulu yuk, Gue kangen sama Lu," ucap Dani, namun matanya tak lepas memperhatikan bocah yang di gendong Ayang.
Ayang menggeleng, ia terus saja meminta Dani agar menyingkir. Tapi Dani, bukannya menyingkir, malah semakin merentangkan kedua tangannya menghalangi jalan Ayang.
Tidak lama Udin datang dari arah belakang Dani. Ia lansung mendorong Dani kesamping.
"Eh, kamu itu siapa sih? Beraninya sama perempuan," ucap Udin dengan nada gemulainya.
Dani menatap tajam pria gemulai, yang kini berdiri di depan Ayang. Kemudian ia mendekat dan mencengkram kerah baju pria itu. "Lu yang siapa, banci!" sentak Dani emosi.
"Lepacin!d
Dani melihat kebawah, di sana dua bocah perempuan yang wajahnya begitu mirip dengan Ayang, menarik dan memukul kakinya. Terpaksa Dani melepaskan baju Udin yang di cengkramnya.
"Pelgi cana!" Azkia dan Azura mendorong kaki Dani agar menjauh dari Udin.
"Kakak, Adik, sini!" panggil Udin.
"Awais, talau Om dahatin Pipi agi!" ancam Azkia, lalu menggandeng tangan Azura mendekati Udin.
"Ay! Jelasin ke Gue sipa mereka?" teriak Dani.
"Jelasin apa? Aku suaminya dan mereka ini anak-anakku." Udin yang menjawab.
Dani terkekeh. Lalu kembali mendekati Udin. "Lu gak usah becanda banci! Gue bisa menuntut Lu!" ancam Dani dengan senyum sinis.
"Tuntutlah, apa yang ingin kamu tuntut? Kamu kira aku takut," tantang Udin.
Dani tertawa terbahak-bahak mendengar kata-kata Udin. "Woi, banci! Lu dengar Gue baik-baik.ya! Ayang ini adik Gue satu-satunya. Dan hanya Gue yang bisa menjadi wali nikahnya. Jadi Lu gak usah ngarang cerita kalau Lu itu suaminya! Paham Lu!"
Udin tersentak, lalu menoleh pada Ayang. Tadinya ia mengira kalau Dani adalah mantan kekasih Ayang.
Ayang yang sejak tadi diam tak dapat lagi menahan diri. Azam di turunka dari gendongan, lalu tangan Dani di tarik dan dibawa menjauh dari Udin dan anak-anaknya. Kemudian ponsel di keluarkan dan mengetikkan sesuatu di sana.
Abang mau apa sebenarnya? Selama ini Ayang gak pernah mengganggu Abang, Ayang gak pernah nyusahin Abang. Jadi tolong jangan pernah lagi usik kehidupan Ayang. Ayang sudah bahagia dengan kehidupan Ayang sekarang. Ayang memperlihatkan layar ponselnya pada Dani.
Dani tergugu, setelah membaca kalimat yang di tulis Ayang. "Gu-Gue minta maaf Ay. Lu.. Lu ingat kan, Bunda dulu pernah bilang, kita.harus saling menjaga satu sama lain..Gu- Gue janji, mu-mulai sekarang akan menjaga Lu, Ay," ucap Dani terbata-bata.
Ayang menyunggingkan senyum sinis, lalu kembali mengetikkan sesuatu di ponselnya. Ayang bisa menjaga diri Ayang sendiri. Sekarang berhentilah peduli pada Ayang.
"Gak Ay, Lu adik Gue satu-satunya. Cuma Lu Ay, saudara yang Gue punya."
Hati Ayang tersentuh mendengar kata-kata Dani. Namun, kali ini ia menguatkan hati agar tidak luluh lagi dengan bujukan saudaranya itu. Sudahlah Bang, biarkan Ayang pergi. Ayang menunjukkan ponselnya pada Dani, setelahnya ia pun berlalu pergi.
"Tunggu, Ay!" Dani menahan tangan Ayang. "Aya, jawab Gua dulu. Apa mereka semua keponakan Gue?" Dani menatap ketiga anak-anak Ayang yang sedang bersama Udin.
Ayang menggeleng, lalu mengetik kembali di ponselnya. Mereka hanya anak-anak Ayang.
Dani tertawa, namun sudut matanya menitikkan cairan bening. "Jadi benar, mereka semua keponakan Gue?"
Ayang melayangkan tatapan tajam pada Dani sebelum menarik tangan dan berlalu pergi.
Dani tersenyum, lalu mengeluarkan ponsel. Ia memotret Ayang yang sedang bersama tiga anak kecil. Setelahnya ia menghubungi seseorang melalui sambungan telepon.
"Beb, kamu mau kemana? Kita kan belum beli apa-apa," sungut wanita yang datang bersama Dani tadi.
"Nanti saja, Gue ada keperluan penting," ucap Dani tanpa menghentikan langkah.
.
.
.
Di lantai tertinggi sebuah gedung pencakar langit, di sanalah Dani kini berada.
"Aku tak punya banyak waktu, cepat katakan, berita penting apa yang ingin kau sampaikan?" tanya Daniel. Pria itu berdiri membelakangi Dani, memandang kota dari tempatnya sekarang.
"Ini tentang adik Gue."
Seketika Daniel berbalik badan menghadap pada Dani.
Daniel menggaruk tengkuk belakangnya..Tatapan pria di depannya begitu menakutkan. "Gimana cara nyampein nya ya?"
Daniel yang mengerti apa maksud pria itu berjalan kemeja kerjanya, lalu menulis dan merobek sebuah kertas dan memberikannya pada Dani.
Dani mengambil kertas itu. Dan seketika ia tersenyum setelah melihat nominal uang yang tertulis di sana. "Gue gak ada minta ini ya?"
"Cepat katakan atau kulempar kau ke bawah!"
"Oke, oke. Barusan Gue bertemu Ayang-"
"Kau jangan main-main denganku!" sentak Daniel seketika. Meja di hadapan juka di tepuk dengan kedua belah tangan.
"Si-siapa yang main-main, Gue serius! Mungkin baru setengah jam lalu gue bertemu dengannya," ucap Dani sambil mengeluarkan ponsel. "Nih, Lu lihat sendiri kalau gak percaya." Dani menunjukkan foto Ayang yang diambilnya di mall tadi dari posisi belakang.
"Itu foto Adik Gue sama anak-anaknya. Gue hanya bisa mengambil foto mereka dari belakang."
"Anak-anak?" Daniel memperhatikan foto yang ada di ponsel Dani.
"Iya, Ayang memiliki 3 anak kembar, umur mereka sekitar tiga tahunan. Dan ada satu anak kecil yang begitu mirip dengan Lu?"
Mata Daniel terbuka lebar. "Ka-kau serius, anaknya mirip aku?" tanya Daniel dengan bibir bergetar.
"Eits, dah! Gak ada gunanya juga Gue bo'ongin Lu, yang ada nyawa Gue taruhannya. Udah, mending Lu samparin sekarang sebelum mereka pergi jauh. Gue cabut dulu, thanks ya uangnya. Oh ya, satu hal lagi! Lu akan berhadapan dengan Gue kalau Lu berani menyakiti mereka!" peringat Dani sebelum berlalu dari ruangan itu.
Daniel Menyeringai. "Sial! Berani kau mengancamku!"
Setelahmya Daniel segera memanggil Regan, menyuruh anak buahnya itu untuk memeriksa semua CCTV yang ada di mall yang di sebutkan Dani.
yg ada ayang tambah stres dan membenci danil
lanjut kak/Drool/
hadirkan kebahagiaan untuk ayang
sudah 3 THN kok masih asih Tor...?
Ayahnya Ayang ada sangkut sama si Daniel?
vote untuk mu thor