NovelToon NovelToon
Loud But Loved

Loud But Loved

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Diam-Diam Cinta / Bad Boy / Idola sekolah
Popularitas:4.9k
Nilai: 5
Nama Author: Addinia

Alena adalah seorang gadis ceria yang selalu berbicara keras dan mencari cinta di setiap sudut kehidupan. Dia tidak memiliki teman di sekolah karena semua orang menganggapnya berisik. Alena bertekad untuk menemukan cinta sejati, meski sering kali menjadi sasaran cemoohan karena sering terlibat dalam hubungan singkat dengan pacar orang lain.

Kael adalah ketua geng yang dikenal badboy. Tapi siapa sangka pentolan sekolah ini termasuk dari jajaran orang terpintar disekolah. Kael adalah tipe orang yang jarang menunjukkan perasaan, bahkan kepada mereka yang dekat dengannya. Dia selalu berpura-pura tidak peduli dan terlihat tidak tertarik pada masalah orang lain. Namun, dalam hati, Kael sebenarnya sangat melindungi orang yang dia pedulikan, termasuk gadis itu.

Pertemuan tak terduga itu membuatnya penasaran dengan gadis berisik yang hampir dia tabrak itu.

"cewek imut kayak lo, ga cocok marah-marah."

"minggir lo!"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Addinia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pahlawan Biologi

Ibu Laras, guru biologi, berdiri di depan papan tulis dengan penunjuk kayu di tangannya. Ia menjelaskan materi tentang sistem ekskresi, sesekali menatap murid-muridnya untuk memastikan mereka menyimak. Alena, duduk di bangku dekat jendela, memandangi luar kelas dengan tatapan kosong.

"Anak-anak, fungsi utama ginjal adalah menyaring darah. Ginjal akan membuang limbah seperti urea, kreatinin, dan racun lainnya dari tubuh kita melalui urin. Selain itu, ginjal juga mengatur kadar cairan dan elektrolit dalam tubuh." Jelas Ibu Laras.

Sambil menunjuk diagram di papan tulis. "Perhatikan di sini, ini adalah nefron, unit fungsional ginjal. Ada sekitar satu juta nefron dalam setiap ginjal. Nefron inilah yang melakukan proses penyaringan darah."

Ibu Laras berhenti sejenak dan melihat ke arah Alena, yang tampak melamun. Ia menyipitkan mata sebelum memanggilnya.

"Alena."

Alena tersentak dari lamunannya, menegakkan duduknya dengan gugup.

"Iya, bu?"

Ibu Laras tersenyum tipis, melipat tangan. "Coba kamu jelaskan, apa fungsi nefron dalam ginjal?"

Alena panik sejenak. Ia melihat papan tulis, tetapi semua terlihat buram di matanya. Ia akhirnya menjawab asal-asalan.

"Emm... nefron itu buat... menyaring racun, terus mungkin... ngatur tekanan darah?"

Seketika, kelas tertawa kecil. Ghost Riders di bangku belakang langsung tertawa lebih keras. Luka menyikut Kael sambil menahan tawa.

Ibu Laras menghela napas, mencoba sabar.

"Bukan, Alena. Nefron memang menyaring darah, tapi tidak mengatur tekanan darah secara langsung. Ada yang bisa membantu Alena menjawab dengan lebih tepat?"

Luka, Ronan, Bayu, Ezra, dan Leo langsung melirik Kael sambil menyenggolnya.

"Buru, jawab." bisik Luka.

"Pahlawan biologi, buruan!" ucap Ronan.

Bayu tertawa kecil. "Ini terlalu mudah buat lo, El."

"Kalian juga tau jawabannya, kenapa harus gue." Ketus Kael.

Leo memegang pundak Kael. "Udah buruan!"

Kael mendengus, tetapi akhirnya mengangkat tangan sambil melirik Alena sekilas.

"Saya, bu."

Ibu Laras tersenyum puas. "Silakan, Kael."

"Nefron adalah unit fungsional ginjal yang menyaring darah untuk membuang limbah, racun, dan kelebihan cairan dalam tubuh melalui urin." jelasnya dengan nada santai.

Ibu Laras tersenyum. "Tepat sekali, Kael. Penjelasan kamu bagus. Terima kasih."

Ghost Riders langsung memberikan tepuk tangan yang heboh dan berlebihan, bahkan bersiul kecil. Luka menepuk bahu Kael dengan bangga.

Ezra tertawa. "Pahlawan kita ini!"

"Jagoan ginjal kelas kita nih!" tambah Leo.

Alena melirik sekilas ke arah Kael, namun wajahnya tetap datar. Kael, yang menangkap tatapannya tersenyum kecil.

Ibu Laras kembali menatap Alena, berbicara lembut namun tegas. "Alena, saya tahu kamu bisa masuk kelas ini karena nilai-nilai kamu meningkat pesat, terutama di biologi. Nilai kamu di ujian akhir kelas 11 luar biasa. Tapi saya ingin mengingatkan, mempertahankan nilai di kelas unggulan seperti ini tidak mudah. Kamu harus lebih fokus dan rajin belajar."

Alena tersenyum kecil, meski dalam hati merasa bersalah. Ia teringat bagaimana ujian itu berhasil ia lalui karena membeli kunci jawaban dari kelas lain.

"Baik, Bu. Saya akan berusaha lebih baik."

Ibu Laras tersenyum. "Bagus. Oke, kita lanjutkan. Perhatikan lagi diagram nefron ini, ya."

Ibu Laras kembali menjelaskan, sementara Alena mulai mencatat dengan serius. Ghost Riders kembali bersenda gurau di bangku belakang. Kael sesekali melirik ke arah Alena dengan senyum kecil, tetapi Alena tetap memasang wajah datarnya.

Fokus pada Ibu Laras yang kembali menjelaskan dengan detail, Alena yang mulai mencatat, dan Ghost Riders yang tetap gaduh di belakang.

Ibu Laras selesai menjelaskan materi dan kini berdiri di depan kelas dengan buku tugas di tangannya. Suasana kelas mulai gaduh, tetapi Ibu Laras mengetuk meja dengan pelan untuk menarik perhatian.

"Anak-anak, sekarang kita akan kerja kelompok. Tugas kalian adalah membuat diagram alur sistem ekskresi pada manusia dan menjelaskan fungsinya secara rinci. Kalian akan bekerja berdua bersama teman sebangku masing-masing. Diskusi dimulai sekarang, dan saya akan berkeliling untuk mengecek hasilnya." jelas Bu laras tegas.

Kelas mulai gaduh dengan murid-murid yang berdiskusi bersama teman sebangkunya. Alena menatap kursi kosong di sebelahnya dengan raut bingung, kemudian mengangkat tangan.

"Bu Laras, saya nggak punya teman sebangku."

Ibu Laras tersenyum, menatap Alena. "Oh, iya. Kalau begitu, kamu gabung saja dengan kelompok lain, jadi bertiga. Tidak masalah, kan?"

Alena mengangguk. Sementara itu, di bangku belakang, Ghost Riders mulai saling melirik, merencanakan sesuatu. Luka menyenggol Kael sambil tersenyum licik.

Luka berbisik, sambil menahan tawa. "El, lo aja."

Leo tertawa pelan. "Lo pinter biologi, buru bantuin dia."

"Ya udah, kita bertiga aja. Lo sana, El. Bantuin Alena." tambah Bayu.

Leo angkat tangan, berbicara lantang. "Bu Laras, Kael aja yang gabung sama Alena! Dia nggak punya pasangan juga!"

Ibu Laras menatap ke arah Ghost Riders dengan alis terangkat. Kael memutar matanya, tampak pasrah.

Ibu Laras tersenyum, menatap Kael. "Kael, benar kamu tidak punya pasangan?"

Kael menghela napas, lalu mengangguk santai. "Iya, Bu. Saya ditunjuk jadi relawan."

Sedangkan teman-teman menahan tawa.

Ibu Laras tersenyum puas. "Bagus. Kalau begitu, kamu bisa bergabung dengan Alena. Dia butuh teman yang bisa membantunya."

Alena langsung berdiri dengan wajah keberatan. "Bu Laras, saya keberatan kalau harus satu kelompok sama dia."

Kelas mendadak hening. Ghost Riders mulai tertawa kecil di belakang, sementara Kael hanya menyeringai santai. Ibu Laras menatap Alena dengan ekspresi tenang.

"Kenapa, Alena? Kael itu pintar. Dia pasti bisa membantu kamu memahami materi ini dengan baik."

"Tapi, Bu... dia..agak berisik."

Ibu Laras menatap Alena dengan lembut. "Alena, ini kesempatan kamu belajar dari teman yang lebih menguasai materi. Saya rasa Kael bisa jadi pasangan belajar yang baik untuk kamu. Jadi, tidak perlu khawatir, ya."

"Uhuy, pasangan belajar." sahut Ronan.

Ghost Riders di belakang mulai bersiul kecil, sementara Kael berjalan santai ke meja Alena dengan senyum tipis.

"Tenang aja, gue nggak gigit." ucapnya dengan nada santai.

Alena menghela napas berat, lalu duduk kembali dengan enggan. Kael duduk di kursi kosong di sampingnya dan membuka bukunya.

"Oke, lo mau mulai dari mana? Gambar dulu atau kita bikin penjelasannya bareng?"

"Gambar dulu." jawab Alena datar.

Mereka mulai bekerja bersama. Alena menggambar diagram sambil sesekali melirik catatan, sementara Kael memperhatikan. Sesekali, Kael membetulkan jawaban Alena dengan nada santai.

Kael menunjuk diagram. "Yang ini, urutannya salah. Urin dari tubulus itu masuknya ke pelvis ginjal dulu sebelum ke ureter."

"Oke," jawab Alena pelan.

Kael tersenyum kecil. "Udah lumayan. Lo cuma perlu lebih teliti lagi."

Pria itu kembali memperhatikan Alena. Sikap tenang Alena membuat jantungnya berdesir.

Sementara itu, Ghost Riders di belakang terus mengawasi mereka sambil menahan tawa.

Ronan berbisik ke Luka. "Kael serius banget." Dia diam, lalu melanjutkan ucapannya. "Ngeliatin Alena."

Mereka berdua tertawa.

Alena melirik sekilas ke arah Kael. Meskipun kesal awalnya, dia mulai menyadari Kael cukup membantu dan tidak seribet yang ia bayangkan.

Alena dan Kael yang mulai bekerja sama lebih lancar, sementara Ghost Riders tetap bersenda gurau di belakang.

Ibu Laras berjalan mengelilingi kelas, memperhatikan murid-murid yang sibuk berdiskusi. Waktu sudah hampir habis, tetapi sebagian besar kelompok terlihat belum selesai mengerjakan tugas. Ibu Laras mengetuk meja di depan kelas untuk menarik perhatian.

"Baik, anak-anak, waktu kita sudah hampir habis. Karena banyak dari kalian yang belum selesai, saya putuskan tugas ini menjadi tugas rumah. Kalian selesaikan di luar kelas dan kumpulkan besok pagi."

Kelas mulai gaduh. Beberapa siswa terlihat lega, sementara yang lain tampak mengeluh pelan. Alena menghela napas pelan, melirik ke arah Kael.

"Jadi kita harus ngerjain bareng lagi di luar kelas?"

Kael tersenyum santai. "Yap. Lo mau di mana nanti sore?"

Alena berusaha menjaga jarak. "Kayaknya nggak perlu. Gue bisa kerjain sendiri di rumah." ucapnya dingin.

Kael mengangkat alis. "Kalo ada yang salah, gue juga besok yang harus jelasin ke Bu Laras. Jadi, mending kita kerjain bareng."

Alena terdiam sejenak, tampak berpikir. Ia tahu tugas ini cukup sulit jika dikerjakan sendirian, apalagi ia merasa Kael memang lebih paham materi.

"Untuk kelompok yang belum selesai, pastikan kalian tetap bekerja sama. Jangan ada yang menyerahkan tugas tanpa diskusi, ya. Alena, Kael, saya harap kalian bisa menyelesaikan ini bersama." Ucap Ibu laras di depan kelas.

Alena akhirnya mengangguk pelan dengan enggan.

Alena menatap Kael. "Oke. Kita kerjain di luar."

Kael tertawa kecil. "Oke, gue nurut. Kita cari tempat aja nanti. Jangan lupa bawa semua catatan lo."

Sementara itu, Ghost Riders di belakang sibuk mengamati mereka sambil menahan tawa.

Luka berbisik ke Ronan. "Kael mulai dapet jalan. Kita tinggal tunggu laporan berikutnya."

Bayu tertawa. "Gue yakin tugas mereka bakal selesai duluan dari kita."

Kael menoleh sebentar ke arah teman-temannya dan memberi isyarat agar mereka diam. Lalu ia kembali fokus pada Alena, ada senyuman yang tak bisa orang artikan maksudnya apa. Yang pasti Kael merasa tertantang untuk gadis itu

1
Muhammad Rizkan
lanjut thorr
Fatimah Imah
semangat y kkk
Fatimah Imah
ok.q suka m alur cerita anak remaja yg seru dan keren
Addinia Azzahra: terima kasih banyak ya kak 💗✨
total 1 replies
IamEsthe
'sorry' ganti ke font italic atau pakai kata serapan jadi 'sori'
Addinia Azzahra: baik kakkk.. terima kasih yaaa 💗💗
total 1 replies
IamEsthe
Kata 'Menuding' karena bukan awal kalimat jadi 'menuding' dan 'riko' jika dia mengarah pada nama seseorang harusnya diawali huruf kapital. 'Riko'
yanah~
mampir kak 🤗 semangat 💪
Yoona
mampir
🍒⃞⃟🦅♕⃟ Ƙҽƚυα MTᴺᵀ【﷽】
Semangat ya, Jan kayak gua yang malas nulis /Determined/
Addinia Azzahra: hihihi okeeeyyy, kamu juga semangatttt
total 1 replies
🍒⃞⃟🦅♕⃟ Ƙҽƚυα MTᴺᵀ【﷽】
mampir
Yoona
semangat💞💞
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!