NovelToon NovelToon
DIANA

DIANA

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Trauma masa lalu / Slice of Life
Popularitas:2.9k
Nilai: 5
Nama Author: Aprilli_21

Diana, gadis manis yang harus merasakan pahit manisnya kehidupan. Setelah ayahnya meninggal kehidupan Diana berubah 180 derajat, mampukah Diana bertahan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aprilli_21, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 6. Ujian datang bertubi-tubi

Setelah di sholati jenazah buyutku langsung dibawa ke pemakaman aku pun mengikuti prosesi pemakaman dengan khidmat setelah memasukan jenazah kedalam liang lahat lalu ada salah satu warga memberikan satu kantong plastik besar beliau serahkan kepada orang yang masuk ke liang tersebut.

Aku bingung melihat kantong plastik tersebut karena selama aku mengikuti prosesi pemakaman aku tidak pernah sekalipun melihat orang yang di makamkan itu diberi kantong plastik besar dengan rasa penasaran aku pulang kerumah lalu bertanya kepada Ibuku

"Bu tadi saat aku mengikuti prosesi pemakaman Buyut kok ada semacam kantong plastik besar ya itu isinya apa Bu?"

Dengan raut penasaran aku melontarkan pertanyaan tersebut lalu Ibu menjawab

"Itu organ dalam Buyut yang tercecer Na semua anggota tubuhnya sudah ditemukan tapi tinggal satu yang belum ditemukan,"

Ucap Ibuku sendu dengan rasa penasaran yang tinggi lalu aku bertanya

"Apa Bu?"

"Salah satu mata Buyut tidak ditemukan Na kemungkinan terbawa roda kereta,"

Mendengar penjelasan Ibu aku terkejut tak percaya lalu aku bertanya lagi

"Kok bisa begitu Bu?"

"Buyutmu di tabrak kereta dua kali Na di jam 12 malam dan subuh entah jam berapa itu."

Aku pun terkejut mendengar semua cerita Ibuku dan aku hanya bisa termangu tanpa bertanya apapun lagi.

Dalam benakku terlintas sebuah pertanyaan bagaimana itu bisa terjadi sedangkan tempat terjadinya itu tidak jauh dari rumah saudaraku dan anehnya selama Buyutku menghilang dari pihak saudaraku tidak ada yang konfirmasi kerumah minimal memberi kabar bahwa buyutku berada di daerah rumahnya.

Mau dikata apalagi kalau hidup sudah berjalan sesuai takdir yang tertulis seberapa lantang kita menyalahkan orang lain tak akan menghidupkan orang yang telah tiada dan semua anggota keluargaku menerima semua yang terjadi dengan lapang dada.

Beberapa hari kemudian Ibuku cerita kepadaku mengenai semua ucapan Buyutku sebelum menghilang dan tertabrak kereta api.

"Na ternyata ini yang dimaksud Buyut kalau kepergian buyut membuat keluarga kita senang,"

Aku yang mendengar perkataan Ibuku yang ambigu itu hanya mengernyitkan dahi

"Senang bagaimana Bu?"

"Buyut dapat Jasa Raharja sekitar dua puluh juta dan besok Ibu ngurusin semua berkas-berkasnya."

Aku mendengar penuturan Ibuku hanya bisa mengangguk kepala tanpa berkomentar apapun karena itu bukan ranah anak sekecil aku.

Setelah mengurusi semua itu Ibuku berbicara kepada Nenek bahwa uang dari Jasa Raharja telah cair dan Ibu mengusulkan untuk membeli tanah agar uang tersebut tidak terbuang sia-sia sayangnya Budeku merasa Ibuku terlalu berkuasa akhirnya terjadilah peristiwa fitnah memfitnah (wkwkwwk tanpa fitnah belum lengkap penderitaan seseorang gaess).

Ibuku menjadi bahan cemoohan para saudaraku yang pro kepada Budeku padahal niat Ibuku baik untuk kebaikan bersama dan Ibu memikirkan nasib semua keponakannya agar bisa hidup tenang tanpa perlu berpindah-pindah tempat lagi.

Ibuku yang sudah membeli tanah sendiri tanpa sepengetahuan Nenek dan Budeku hanya diam saja tanpa bercerita karena Ibuku tahu didalam keluarganya Ibuku selalu dikucilkan dan sejak kecil Ibuku merasakan perbedaan kasih sayang antara dirinya dan sang kakak.

Aku yang mengetahui cerita tersebut hanya bisa memendam emosiku agar tidak meledak karena percuma saja kita meluapkan emosi karena musuh kita bukan orang luar melainkan keluarga sendiri.

Ibuku tidak terlalu menggubris semua gunjingan yang tidak mengenakan karena prinsip Ibuku dari dulu adalah

"Biarlah anjing menggonggong kafilah berlalu" dan "Jadilah tonggak dan jangan menjadi seperti gagak. Tonggak akan tetap kokoh berdiri walau diatasnya ada gagak yang berkoar-koar tanpa henti, setelahnya tonggak tetap berdiri ditempat sedang gagak entah menghilang kemana."

Pesan Ibuku itu yang selalu aku jadikan patokan ketika ada seseorang yang tidak menyukaiku dan yang terpenting aku tidak membuat masalah terlebih dahulu.

Keesokan harinya Ibu mengajak Nenek kerumah tetangga yang kebetulan ingin menjual tanahnya tanpa basa-basi Ibu langsung membeli tanah tersebut dan Budeku yang mengetahui hal itu bercerita ke tetangga.

"Liat Sari itu dia membeli tanah pakai uang dari Jasa Raharja Nenek dia itu selalu ikut campur dan selalu mengatur sesuka hati dia!"

Kebetulan tetangga yang diajak bicara Bude lumayan pro dengan Ibuku beliau lantas memberi tahu Ibu apa yang diucapkan Budeku tentang Ibuku.

Ibuku lalu menjelaskan alasannya beliau membeli tanah

"Mbak saya membeli tanah bukan untuk diri saya sendiri ataupun untuk anak saya justru saya membeli tanah untuk anak-anak dia kalau anak saya sih tidak perlu dipikirkan saya sudah membeli sepetak tanah untuk anak saya."

Mendengar penjelasan Ibuku itu tetanggaku hanya mengangguk kepala tidak berkomentar sama sekali.

Malam harinya sepulang aku dari musholla dari kejauhan aku melihat mobil polisi tepat di depan rumahku.

Aku bingung kenapa ada mobil polisi dengan perasaan tidak karuan aku berlari menuju rumahku dan kulihat Kak Cahya (anak Budeku) nangis tersedu-sedu tidak berani menoleh kearah 2 orang yang berpakaian polisi tersebut.

"Anak Ibu dilaporkan oleh seseorang katanya anak Ibu mencuri di warung tersebut,"

Ucap Pak polisi yang bernama Eko tersebut dengan hati-hati Kak Cahya menjelaskan kronologinya.

"Saya tidak mencuri Pak saya tadi ingin membeli jajan saat saya memanggil Tante Ina ternyata beliau berada dikamar mandi dan saya hanya melihat pia saja Pak setelah itu saya kembalikan lagi,"

Dengan raut wajah heran Pak Eko menegaskan sekali lagi

"Pia, bukannya kamu mencuri uang ya?"

Dengan raut wajah terkejut Kak Cahya menggelengkan kepala lalu berkata

"Tidak Pak saya hanya melihat pia yang ada diwarung tersebut lalu saya kembalikan lagi setelah itu Tante Ina keluar dari kamar mandi lalu melayani saya,"

Mendengar penjelasan Kak Cahya Pak Eko menyuruh rekannya memanggil Tante Ina dan setibanya Tante Ina di rumahku beliau diberondong pertanyaan oleh Pak Eko.

"Bu saya tanya apa benar anak ini mencuri uang seperti yang ibu tuduhkan karena Adik Cahya tidak merasa mengambil uang dan dia hanya melihat kue pia yang ada di warung anda?"

Dengan raut wajah menahan emosi Tante Ina berkata

"Iya Pak dia memang sempat mengambil kue tersebut berhubung saya keluar dari kamar mandi dia lalu mengembalikan kembali karena terpergok saya lebih dulu,"

Dengan kekehan meremehkan Pak Eko berkata

"Astaghfirullah Bu Ina saya kira yang diambil anak ini uang lima ratus ribu rupiah ternyata hanya karena pia seharga lima ratus rupiah, Ini saya bayar seribu rupiah dan masalah ini selesai!"

Ucap Pak Eko dengan tegas dengan menahan rasa malu Tante Ina pulang kerumahnya lalu Pak Eko mendekat kepada Kak Cahya sambil memberi sedikit wejangan

"Sudah Dik tidak apa-apa Adik tidak bersalah hanya saja orang itu agak sedikit gila Hahaha masalah sepele malah bawa-bawa polisi lain kali Adik harus hati-hati ya jangan pernah takut kalau Adik tidak melakukan kesalahan sama sekali."

Kak Cahya yang mendengar penuturan Pak Eko tersebut hanya menganggukan kepalanya.

Setelah semua masalah selesai Pak Eko beserta rekannya pamit undur diri aku yang melihat semua kejadian itu menghela nafas lega karena Kak Cahya dinyatakan tidak bersalah.

"Kak bagaimana ceritanya melihat pia aja disangka mencuri sumpah aku tidak habis pikir dengan Tante Ina itu kok ada ya orang seperti itu?"

Ucapku setelah Pak Eko berpamitan pulang lalu ibuku menjawab

"Mulai hari ini jangan ada yang membeli di warungnya Tante Ina dan mulai besok biar Nenek yang berjualan jadi kalian jangan ada yang ke warung orang itu lagi kalian semua paham?!"

Tegas Ibuku kepadaku, Kak Cahya, Bang Rohman, dan adikku. Kami menganggukkan kepala setuju dengan penuturan ibuku.

1
📖 SEM ✒✏📝
Tolong kalau menggunakan bhs daerah di beri penjelasan agar pembaca paham dengan apa yg di maksud
A_R21: sudah dijelaskan itu /Pray/
total 1 replies
♈SANG PENDONGENG 💻
berfikir bukan berpikir
♈SANG PENDONGENG 💻
kata tau di ganti jadi tahu
♈SANG PENDONGENG 💻
putra putri tidak perlu tanda penghubung
♈SANG PENDONGENG 💻
bukan tak tapi tidak
♈SANG PENDONGENG 💻
Bagus, seperti ini yg q mau jadi enak di baca n ngehalu nya gampang masuk, lanjut kan halu mu thor 🤣🤣🤣🤣
A_R21: terimakasih suhu atas bimbingannya /Smile/
total 1 replies
♈SANG PENDONGENG 💻
untuk penjelasan percakapan setiap akhir kalimat gunakan tanda baca titik ( . )
Listya ning
Haiii
salam kenal
terus semangat
jangan lupa mampir ya
A_R21: salam kenal kak Listya, terimakasih sudah mampir /Smirk/
total 1 replies
♈SANG PENDONGENG 💻
bukan rampung tapi usai
A_R21
terimakasih suhu
♈SANG PENDONGENG 💻
bukan kabur tapi pergi
♈SANG PENDONGENG 💻
bukan aja tapi saja
♈SANG PENDONGENG 💻
kurang kata hati
♈SANG PENDONGENG 💻
bukan banget tapi sekali
♈SANG PENDONGENG 💻
untuk sebutan kata ibu, ayah, kakek, nenek, mbak, tante, om, mas dll menggunakan huruf kapital di awal nya
♈SANG PENDONGENG 💻
kata dik menggunakan huruf kapital depan nya
♈SANG PENDONGENG 💻
bukan tetep tapi tetap
♈SANG PENDONGENG 💻
gunakan tanda baca koma ( , ) bila di paragraf selanjut nya masih berlanjut percakapan nya dan gunakan tanda baca titik di akhir paragraf bila di paragraf selanjut nya bukan percakapan
♈SANG PENDONGENG 💻
gunakan tanda baca titik ( . ) di setiap akhir penjelasan dari percakapan.
♈SANG PENDONGENG 💻
hahaha nama nya kayak tower di apartemen q tinggal azalea
A_R21: iyakah? /Facepalm/ kebetulan apa gmn itu? /Joyful/
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!