Jika cinta pertama bagi setiap anak perempuan adalah ayah, tetapi tidak bagi Lara. Menurut Lara ayah adalah bencana pertama baginya. Jika bukan karena ayah tidak mungkin Lara terjebak, tidak mungkin Lara terluka.
Hidup mewah bergelimang harta memang tidak menjamin kebahagian.
Lara ingin menyerah
Lara benci kehidupan
Lara lebih suka dirinya mati
Di tuduh pembunuh, di usir dari kediamannya, bahkan tunangannya juga menyukai sang adik dan membenci Lara.
Lantas, apa yang terjadi? Apakah Lara mampu menyelesaikan masalahnya? Sedangkan Lara bukanlah gadis tangguh.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon blue.sea_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pria Misterius
"Sekali lagi gue bilang gue udah punya banyak gaun. Bahkan gaun yang belum terpakai juga banyak Alena dan untuk tante Vanessa simpan saja karya tante untuk orang lain karena saya tidak tertarik."
Vanessa mengepalkan tangannya, jika bukan Vanessa sadar bahwa anak angkuh dihadapannya adalah pewaris tunggal dari dua keluarga bangsawan kelas atas. Maka sudah dapat di pastikan bahwa Lara sudah habis di tangannya.
"Kakak harus coba dulu gaun gaun buatan tante Vanessa, Bahkan karyanya sudah terkenal di tanah air aku hanya kasih tau. Mungkin kakak gak tahu karena kakak udah lama di luar negeri."
Alena berusaha membujuk Lara tapi Lara tak suka kata kata gadis itu seakan hendak merendahkan Lara.
"Tidak apa nona Alena mungkin nona Lara memang tidak menyukai karya saya."
"Bagus kalau tante sekarang sadar."
Lara menikmati jusnya hingga tandas kemudian beranjak dari duduknya.
"Kalian membuang buang waktu saja. Ini tidak penting sama sekali."
Lara segera pergi begitu saja, ketiga manusia di dalam sangat menyebalkan. Tak bisa membuat Lara tenang selain mengikuti alur drama mereka.
Setibanya di halaman depan, Lara melihat taksi yang ia pesan telah menunggu tak ingin membuang buang waktu Lara segera menaiki taksi tersebut dan menunggalkan mansion.
Butuh waktu sekitar tiga puluh menit agar Lara tiba di sebuah bangunan tua tepatnya di pinggiran hutan. Lara tak lupa mengucapkan terima kasih kemudian membayar ongkos taksi tersebut.
" Paman James." Lara menyapa sosok yang tengah membawa segelas kopi dari dapur.
James terkejut bagaimana bisa Lara tiba di tanah air tanpa memberi kabar padanya?
"Nona Lara... Sejak kapan anda kembali? Kau tidak mengabariku?"
Lara tertawa kecil, bukan ia tak ingin mengabari James tapi ia tak ingin James repot menjemputnya sedangkan pekerjaan yang Lara curahkan pada James sudah begitu banyak.
"Aku kesini untuk melihat perkembangan dari penyelidikan yang kau lakukan."
James mengangguk paham. Kemudian ia pergi ke sebuah ruangan yang di penuhi oleh laptop dan juga komputer yang canggih. Di dalam ruangan tersebut juga terdapat beberapa orang yang sibuk dengan komputer masing masing.
"Kami sudah menemukan informasi mengenai Alena. Tetapi nona, informasi mengenai ayah kandung Alena yang di kabarkan telah bercarai dengan Rania dan menetap di Washington tidak dapat kami temukan."
Lara memperhatikan layar komputer James dan membaca setiap informasi yang tertera dengan cermat.
"Rania melakukan penerbangan ke washington 16 tahun lalu." Lara menatap James setelah ia melihat informasi penerbangan Rania.
"Rania menyusul mantan suaminya? Jika itu 16 tahun lalu pasti saat Rania bawa Alena yang masih satu tahun."
Lara mendongak agar dapat melihat James dengan jelas. "Kau tak mendapatkan sedikitpun informasi mengenai ayah kandung Alena."
"Sangat sulit untuk di tembus nona, data orang tersebut terkunci bisa jadi dia bukan orang sembarangan."
James tampak berpikir lalu ia teringat seseorang. James hendak mengatakan sesuatu pada Lara namun ia urungkan. James diam sambil menatap wajah cantik Lara yang merupakan duplikat Florencia, ibu kandung Lara.
"Hari ini aku akan membantu kalian, kita juga harus menyusun rencana kan?"
~-----~
Lara keluar dari supermarket setelah membeli minuman. Gadis itu melanjutkan perjalanan pulang dengan berjalan kaki karena James sudah kembali, Lara tak ingin Rania curiga kerena bisa saja jika Lara diantar sampai ke mansion Rania akan mencari tahu tentang James.
Lara menyusuri gang sempit dan gelap itu adalah satu satu jalan agar ia lebih cepat tiba di mansion.
'dorr'
'dor'
Lara melihat segerombolan pria berseragam hitam lengkap dengan senjata di tangan mereka.
Lara sudah bersiap dengan sebuah pisau lipat di tangannya. Lara berpikir bahwa orang tersebut pasti musuh Damian kakek Lara.
Namun, tiba tiba sebuah tangan mendorong bahu hingga membentur tembok. Lara shock ia sungguh tak menyangka akan ada orang yang berani bertindak sejauh ini padanya.
Pria di hadapan Lara saat ini juga mencekal kedua tangannya kuat, lalu menempelkan pipinya pada pipi Lara.
"Tolong saya..."
Ucap pria tersebut dengan lirih. Lara menatap pria tersebut dalam kegelapan Lara tidak dapat melihat dengan jelas.
Tak lama segerombolan pria berseragam tersebut pergi. Mereka tak memperdulikan Lara dan pria itu karena mengira keduanya hanyalah sepasang kekasih biasa.
"Terima kasih."
Setelah mengucapkan kalimat tersebut pria itu segera pergi tanpa memperdulikan Lara yang masih mematung. Melihat pria tersebut pergi seenaknya Lara mengumpat dalam hati.
"Sialan, terima kasih doang? Gue udah selamatin nyawa dia."
salam kenal
terus semangat
jangan lupa mampir ya