Mika dan Dena dua teman masa kecil yang dipertemukan kembali lewat dunia yang nyatanya tak seluas itu, dikehidupan berikutnya keduanya malah kembali menjadi musuh dalam selimut dan lupa dengan identitas satu sama lain dimasa lalu, siapakah yang akan sadar duluan dengan hubungan lama mereka, atau justru keduanya malah tak akan pernah ingat dan kenangan manis dulu hilang lenyap begitu saja?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chacasdks, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Si Jomblo yang Menolak Fakta
Suara guliran lembaran kertas dan juga alunan musik kali ini menjadi suara yang menemani empat sekawan yang tengah sibuk mengerjakan tugas, serta memahami materi yang sedikit agak sulit malam ini, ditemani makanan ringan ditengah keempatnya yang duduk melingkar setidaknya mampu buat perut dan kepala keempatnya terisi bersamaan. Namun diantara banyaknya tugas serta materi yang sedang mereka coba kuasai, ada saya hal kecil yang mampu mengganggu kepala akan banyaknya pertanyaan atas kebingungan yang belum mampu menemukan jawaban.
"kenapa lo" Wanda dengan ekor matanya melirik Mika yang malah berbaring dengan buku yang sengaja ia tutup, hal itu agak aneh bagi Wanda "gue lagi bingung, jadi baring bentar deh" Wanda hanya mengangguk mendengar jawaban Mika, ia lantas kembali membaca bukunya.
"bingung apa lo Mik, sini gue bantu" Salsa menoleh sepenuhnya pada Mika sembari menaruh kacamatanya, namun Mika malah menggeleng, menolak bantuan Salsa. "katanya bingung, bagian mana yang lu kurang paham, biar gue bantu" ujar Salsa lagi, namun tetap saja yang ia dapatkan hanya gelengan kepala Mika.
"gak jelas lo, semoga jodoh lo mirip Dena" ucap Salsa asal, mengundang tawa Wanda dan Nanda, namun tidak dengan Mika, perempuan itu malah duduk kembali serta dengan mata melotot, serta berdecak kesal akan ucapan Salsa yang tak terdengar lucu baginya. "jangan ngomong sembarang dong Sal" tegur Mika.
"lagian lo tuh kalo ditanya jawab yang bener" Mika mendengus kesal, sebenarnya dari tadi ia ingin menanyakan hal ini pada ketiga temannya itu, tapi bertanya di saat seperti ini bukannya malah menganggu? Lagi pula hal yang ingin ia tanyakan ini cukup terdengar konyol, Mika takut kalau dirinya malah ditertawakan. "gue tanya sekali lagi ya Mik, lu bingung dibagian mana?" tanya Salsa, kali ini yang bersangkutan sudah memakai kacamatanya kembali, yang artinya Salsa sudah tidak ingin bercanda.
"kalau ada yang deketin kalian, tapi yang deketin kalian ini gak kalian suka, harus gimana?"
Salsa mengedipkan matanya berkali-kali, terkejut dengan pertanyaan yang Mika berikan, sebab ini jauh sekali dari materi yang Salsa kuasai, begitu pun dengan Nanda dan Wanda, ketiganya tak menyangka jika Mika melayangkan sebuah pertanyaan unik disaat seperti ini. "udahlah, kalo gak mau jawab gak apa-apa, maaf" lanjutnya.
Nanda berdehem kecil, ia taruh buku yang sebelumnya ia genggam, lantas memperbaiki posisi duduknya, semua mata kini tertuju padanya "kadang jatuh cinta itu gak bisa lu prediksi Mik, cinta itu sebenarnya berproses, kadang dengan secara tanpa sadar lo sebenarnya udah jatuh cinta akan suatu hal, tapi lo gak sadar, atau bahkan sudah sadar cuma lo nolak fakta yang ada, semuanya itu butuh proses Mik, kalau lo nunggu lo punya perasaan yang sama dengan orang yang lagi deketin mungkin akan bisa, tapi bakal lama, dan menurut gue ya, kalo emang lo gak suka sama dia, gak bakal lo mikir sampe kayak gini, ikutin aja kata hati lo, jangan ditolak dulu, semua hal butuh proses, termasuk cinta"
Mika diam, ucapan Nanda ada benarnya, jika ia tak punya perasaan pada Dena ia tak mungkin sampai memikirkannya seperti ini, namun Mika bingung, jika ia nyatanya punya perasaan pada Dena, maka kapan perasaan itu tumbuh, sebab selama ini yang Mika rasakan jika melihat Dena hanyalah rasa marah sebab tingkah Dosen menyebalkannya itu.
"gue mau ikut ngasih pendapat" kali ini Wanda ikut beri masukan, tubuhnya sedikit ia condongkan kedepan, bak ingi beri petuah penting "gue setuju dengan pendapat Nanda tapi, cinta itu gak bisa dipaksa Mik, kadang mencoba memang baik, tapi tidak mencoba justru akan lebih baik lagi, semuanya sebenarnya tergantung hati lo sih, kalau dari awal lo emang gak mau buka hati yaudah jangan dicoba, jangan biarin lo nanti malah seakan ngasih kesempatan padahal nyatanya emang dari awal lo gak mau, kalau lo emang mau nyoba yaudah itu artinya lo udah siap buat buka hati lo dengan orang yang suka sama lo saat ini, soalnya kasian kalian nantinya kalau akhirnya hubungan gak jelas karena cuma coba-coba, mungkin juga jawaban kenapa lo mikirin dia sekarang bukan karena lo suka sama dia, tapi lebih tepatnya lo bingung akan perasaan baru yang baru lo rasain sekarang, atau lo cuma penasaran"
Kalimat terakhir seakan mengiang di kepala Mika, apa mungkin benar ia hanya penasaran akan perasaan barunya? Mika menghela nafas berat, bahkan hal kecil seperti ini lebih membingungkan dibanding presentasi besok.
"jangan dibawa pusing Mik, soal perasaan gini nanti lo akan paham sendiri kok, semua hal baru emang bikin pusing diawal" desahan frustasi yang lolos dari mulutnya buat ketiga temannya terkekeh, akhirnya Mika merasakan seperti apa pusingnya hal yang berkaitan dengan hati "pusing kan Mik kalo udah bahas ini, makanya jangan nyoba cinta-cintaan" sarkas Nanda menggunakan kalimat yang biasanya Mika berikan padanya.
Lagi-lagi Mika mendengus kesal dengan ucapan Nanda, nampaknya kali ini ia memang mendapatkan karma atas ejekan yang selalu ia berikan jika ketiga kawannya tengah mengeluh soal masalah hati, Mika dengan cuek kembali membuka bukunya, tak ingin membahas lebih banyak lagi. "emang siapa sih yang lagi ngedeketin lo Mik?" pertanyaan yang sejak tadi Mika tak harap keluar akhirnya terdengar.
Mika melirik ketiga teman yang kini tengah menatapnya penasaran "belum bisa gue ceritain sekarang, gak apa kan?" ketiganya mendengus geli mendengar jawaban Mika, ketiganya tentu paham dengan apa yang Mika rasakan, lagi pula urusan hati bukan hal yang harus semua orang tau bukan? "iya gak apa, ada lagi yang mau ditanyain gak?"
"buat kali ini udah, makasih ya"
Mika kembali membaca materi untuk presentasi besok, ia nampaknya sudah bisa kembali fokus akan hal yang lebih penting ketimbang urusan hatinya, dari tanggapan ketigas sohibnya dapat disimpulkan jika dirinya masih bingung akan perasaan baru yang tengah menyerbunya, ia masih perlu belajar untuk membedakan antara hanya penasaran atau dirinya memang punya perasaan.
Dan dalam diamnya kali ini, ia nampaknya sudah punya jawaban atas kebingungan untuk membuka hatinya atau terus menutupnya.
cukup follow me.. Thank you.