Hubungan yang telah di jalani selama tiga tahun harus berakhir dengan kekecewaan. 2 tahun menjalin hubungan jarak jauh akibat pekerjaan, nyatanya tidak berakhir bahagia. Bahkan janji yang terucap sebelum perpisahan pun tidak bisa menjadi jaminan akan kesetiaan seseorang.
sakit hati Zea membuatnya berubah menjadi lebih baik lagi dari sebelumnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lijun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
06
Puas berburu jajanan bersama kedua orang tuanya. Zea melanjutkan perjalanannya menuju sebuah butik yang sudah menjadi langganan sang mama untuk membeli pakaian formal.
Meski sempat terjadi perdebatan antara ibu dan anak itu tentang tempat membeli gaun. Zea kalah debat karena sikap kekeh sang mama yang tidak mau kalah dan memaksa sang anak bila menyangkut soal pakaian.
Memang sangat fasionable sekali bu Sari, itu sebabnya ia ingin memberikan semua yang terbaik bagi anaknya. Meski pakaian Zea terlihat sederhana, tapi harganya tidak sesederhana itu.
"Kenapa meski ketempat ini sih, Ma?" Protes Zea untuk yang kesekian kalinya.
Lelah rasanya menahan sang mama untuk tidak datang ke butik terkenal itu. Butik di mana para artis sendasional dan papan atas memesan gaun dan lain-lainnya. Bukan sembarangan orang bisa mendapatkan pakaian rancangan langsung dari sang desainer. Si pemilik butik yang begitu misterius bagi semua orang.
Para artis dan orang kalangan atas pun harus memesan dari beberapa bulan sebelum mendapatkan panggilan pemilihan model.
"Anak Mama yang paling cantik harus mendapatkan pakaian terbaik. Gaun juga harus yang paling bagus dan mahal. Jangan pikirkan yang lainnya lagi," kata bu Sari seraya menarik Zea masuk ke dalam butik.
Di dalam terlihat sangat mewah dan elegan dengan nuansa warna gold. Pajangan gaun dan dres yang harganya mahal tentu sudah menyambut kedatangan mereka. Ada beberapa orang yang terlihat sedang memilih pakaian di sana.
Meski bukan rancangan ekslusif dari si pemilik butik langsung. Tapi harga pakaian di situ juga tidak murah. Kualitas bahan dan modelnya sangat kekinian dan cocok untuk semua kalangan.
"Selamat datang di butik AI Colection."
Seorang karyawan butik datang menyapa dengan ramah.
"Saya mau gaun untuk anak gadis saya, tapi harus yang ekslusif ya," kata bu Sari.
Senyum si karyawan mengembang dengan manis mendengar ucapan pembelinya. Tentu dia kenal dengan bu Sari, seseorang yang tidak bisa di singgung meski sikapnya ramah.
"Tentu saja Nyonya akan mendapatkan yang ekslusif. Silahkan ikut dengan saya," ajak si karyawan butik mempersilahkan.
"Papa, tunggu di sini saja." Pak Bambang memilih untuk menunggu di kursi yang di sediakan untuk pelanggan butik.
"Iya," sahut bu Sari.
Ketiga perempuan itu tiba di sebuah ruangan yang merupakan tempat khusus di mana rancangan sang pemilik butik berada. Rancangan baru yang belum di luncurkan secara resmi tapi sudah di keluarkan informasi tentang gaunnya.
"Wah wah wah lihat lah siapa yang datang ke butikku ini?"
Suara seorang wanita membuat Zea menoleh dengan cepat. Tapi alangkah kagetnya ia kala yang di lihat bukan perempuan sesungguhnya. Laki-laki yang bertulang lunak yang sangat gemulai.
Bahkan cara jalannya saja begitu anggun, serta lenggak lenggoknya sangat luwe layaknya seorang model sedang catwalk.
"Seperti baru pertama kali saja aku datang ke sini," sungut bu Sari.
Tawa manja terdengar keluar dari si tulang lunak, bahkan jari-jari tangannya yang terlihat begitu lentik menutup manja mulutnya.
"Yey kok gitu sih, eike kan cuma bercanda nek," sahutnya.
"Candaan mu gak lucu Gung, aku ini mau cari gaun untuk anak gadis ku ini." Bu Sari menyentuh lengan Zea.
Pandangan pria gemulai itu beralih ke arah Zea yang sejak tadi diam saja di belakang sang mama kala laki-laki gemulai itu datang.
"OMG, oh my good. Sapo se de se? Model dari mana ini," ucapnya heboh sembari berjalan mendekati Zea.
Geli melihat pria gemulai itu, Zea sempat menghindar dan sedikit menjauh. Hal itu membuat pria yang bernama Agung atau Anggun panggilan ke sukaannya. Menatap heran pada Zea yang menjauhinya.
"Loh, kok eike di jauhi sih nek? Gak gigit kok eike. Paling sedot sedot aja sedikit," kata Anggun.
Bu Sari yang di peluk Zea tidak dapat menahan tawanya kala melihat ekspresi kaget dan geli dari Zea. Sedangkan Anggun terlihat kaget tapi juga gemas dengan Zea yang menjauhinya.
"Hahaha ... Gak usah takut sama dia, Nak. Sudah jinak kok itu," ujar bu Sari.
"Ish ... Di kira eike ini hewan apa pakai jinak segala," protes Anggun dengan gaya gemulainya.
"Dia ini pemilik butik sekaligus desainer yang misterius itu. Dia juga teman Mama sama Papa, ya walau pun umur kami beda. Tapi dia ini orangnya sangat hebat dalam hal desain."
Bu Sari menjelaskan sedikit tentang Anggun yang memang di kenal bu Sari dan pak Bambang sejak lama. Kedekatan mereka bermula kala dulu Anggun mulai membangun butiknya.
Bu Sari yang sangat suka dengan desain dari Anggun yang sangat unik tapi berkesan mewah dan elegan. Bu Sari memberikan dana hampir separuh dari semua yang di butuhkan Anggun untuk membesarkan butiknya.
Promosi dan pemasaran juga di bantu bu Sari yang memang jaringan sosialitanya sangat luas. Hingga akhirnya rancangan Anggun banyak di kenal oleh kalangan atas sampai sekarang ia menjadi sangat sukses.
Zea akhirnya mau di dekati oleh Anggun yang langsung saja memegang kedua bahu gadis itu. Tidak lupa pula Anggun memperhatikan Zea dari atas sampai bawah. Hal itu tentu saja membuat Zea risih dan ingin segera pulang saja.
"Sudah jangan seperti itu juga lihatinnya, Zea ini gak suka di perhatikan sampai segitunya," ucap bu Sari kala melihat wajah sang putri yang mulai masam.
Anggun segera saja melepaskan pegangannya di pundak Zea lalu meyatukan kedua tangannya sendiri.
"Ini beneran anak yei? Ya Tuhan ku, benar-benar sempurna dan perfek banget anak yei ini. Body nya bagus dengan tinggi semampainya. Muka juga sangat oke malah, kalau jadi model anak yei ini pasti bakalan terkenal banget."
Bu Sari memegangi keningnya yang mulai terasa pening kala melihat kehebohan dan keantusiasan Anggun terhadap Zea. Sedangkan yang membuat Anggun antusias malah terlihat malas dengan pembahasan itu.
"Ma, mana gaun yang mau kita pilih?" Tanya Zea yang sudah ingin pulang.
Ia yang sudah kenyang merasa mulai mengantuk, belum lagi sang mama yang malah membahas hal lain dengan temannya.
"Oh iya hampir lupa, mana rancangan kamu yang terbaik Agung?" Tanya bu Sari.
"Kok Agung sih? Yei ini suka banget panggil eike begitu. Panggil Anggun, eike Anggun yang penyanyi itu loh." Tangan lentik Anggun yang terus bergerak kala ia berbicara menjadi objek pandangan Zea.
Gadis itu merasa geli saja kala melihat tangan yang lentik itu bergerak manja. Serta mulut Anggun yang berlipstik kala berbicara. Benar-benar geli Zea melihatnya.
"Anggun C Sasmi, maksud kamu?" Tanya bu Sari dan di angguki oleh Anggun.
"Kalau kamu mah bukan Anggun C Sasmi. Tapi Anggun ngiris sasimi," lanjut bu Sari.
Bibir Anggun mengerucut kesal mendengar ucapan bu Sari. Ia memang sudah biasa bercanda dengan wanita paruh baya yang sudaj di anggapnya seperti kakak sendiri itu. Jadi bukan hal besar baginya kala di candai oleh bu Sari.
lanjut torrr