NovelToon NovelToon
Jendela Sel Rumah Sakit Jiwa

Jendela Sel Rumah Sakit Jiwa

Status: sedang berlangsung
Genre:Tamat / Cintapertama / Horror Thriller-Horror / Cinta Terlarang / Cinta Murni / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan / Pihak Ketiga
Popularitas:7.7k
Nilai: 5
Nama Author: AppleRyu

Dokter Fikri adalah seorang psikiater dari kepolisian. Dokter Fikri adalah seorang profesional yang sering menangani kriminal yang mengalami gangguan kepribadian.

Namun kali ini, Dokter Fikri mendapatkan sebuah pasien yang unik, seorang gadis berusia 18 tahun yang mempunyai riwayat penyakit kepribadian ambang (borderline).

Gadis itu bernama Fanny dan diduga membunuh adik tiri perempuannya yang masih berumur 5 tahun.

Apakah Dokter Fikri biaa menguak rahasia dari Fanny?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon AppleRyu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 6 : Tekanan

Keesokan harinya tepat pukul enam pagi, petugas rumah sakit mengantarkan surat yang bersegel kepolisian ke selku. Aku sangat yakin surat ini bukan dari kepolisian melainkan dari Nazam. Aku membuka surat itu, dan di dalamnya tertulis semua data diri Nazam, mulai dari KTP, SIM, paspor, bahkan nama ibu kandung dan kartu kreditnya. Pria ini benar-benar serius, dia berani sekali memberikan identitasnya kepada orang yang tidak mengenalnya.

Tidak lama kemudian, ponselku berdering. Aku mengangkatnya. "Kamu sudah lihat semuanya, Dr. Fikri?" tanya Nazam dari seberang panggilan.

"Sudah," jawabku singkat.

"Hafalkan semuanya, lalu lenyapkan," ucap Nazam lagi.

Panggilan mati. Aku segera menghafal semua identitasnya, mulai dari nomor KTP, tanggal lahir, dan semuanya yang terkait dengan Nazam. Aku dengan cepat menghafalnya, tidak sulit bagiku untuk menghafal semua hal tentang Nazam.

Setelah itu, aku keluar menuju tempat pembakaran sampah dan membakar semua berkas-berkas yang diberikan Nazam. Aku tidak mau mengambil risiko dengan menyimpan berkas-berkas ini di dalam selku. Jantungku berdetak kencang ketika api membakar kertas-kertas itu menjadi abu.

Tak lama kemudian, ponselku berdering kembali. Panggilan tersebut datang dari AKBP Sunaryo.

"Selamat pagi, Pak. Ada apa pagi-pagi begini?" tanyaku.

"Pagi, Dr. Fikri. Aku ingin memberitahumu, Pak Eddy Susanto, yang dulu pernah jadi kepala yayasan dari rumah sakit tempatmu bertugas, tewas terbunuh pagi ini," kata AKBP Sunaryo.

"Apakah pelakunya ketahuan, Pak?"

"Belum, anaknya yang bernama Risma juga tewas terbunuh. Kami masih melakukan penyelidikan. Hati-hati, Dr. Fikri, karena kasus kematian mereka ada hubungannya dengan Fanny," kata AKBP Sunaryo, mengkhawatirkanku.

"Baik, Pak. Terima kasih atas informasinya," kataku.

"Oh iya, saat ini media sedang gencar mencari tahu penyebab kematian mereka. Untuk sementara, kami memberikan informasi bahwa mereka mati karena kasus hutang. Tetap waspada, Dr. Fikri. Tugasmu lebih berbahaya dari yang kamu bayangkan," AKBP Sunaryo kembali mencemaskanku.

"Terima kasih, Pak. Aku akan berhati-hati," kataku.

AKBP Sunaryo mematikan ponselnya. Tadinya, aku mau menceritakan tentang Nazam, namun aku khawatir ponselku disadap oleh Nazam dan dia mendengar pembicaraan kami.

Tak lama kemudian, Nazam menelponku. Aku menarik napas panjang sebelum mengangkatnya. "Ada apa?" tanyaku ketus.

"Hahaha, jangan marah, Dr. Fikri. Kenapa kamu tidak menceritakan aku kepada atasanmu?" tanyanya mengejek.

"Hentikan itu, Nazam. Aku lelah," ucapku.

"Baiklah, aku tahu kamu profesional. Selamat bekerja," kata Nazam mengakhiri panggilan.

Aku masuk ke dalam sel dan meninju dinding sel berulang kali. Aku merasa tidak bisa berbuat apa-apa. Aku merasa depresi dengan semua hal yang terjadi. Kasus ini sangat rumit. Jika aku tahu serumit ini, seharusnya dari awal aku tidak menerima kasus ini. Air mataku mulai jatuh dan aku menangis seperti bayi. Tidak ada tempat untuk bercerita, tidak ada tempat untuk berkeluh kesah. Sekalipun aku seorang psikiater, aku masihlah manusia, seseorang yang membutuhkan orang lain untuk tempat berkeluh kesah.

Fanny sedari tadi berdiri di jendela. "Dr. Fikri, apa yang terjadi?" tanyanya tampak khawatir.

Aku menghampirinya dari jendela dan menatap matanya. Seberat-beratnya masalahku, aku tetap harus bersikap profesional. "Tidak apa-apa, Fan," ucapku mencoba menyembunyikan apa yang kurasakan.

"Dr. Fikri, apakah aku akan selamat?" tanyanya tiba-tiba.

"Ada apa denganmu? Ceritakan apa yang kamu rasakan, Fan," ungkapku untuk mencari tahu penyebab dia bertanya seperti itu.

"Aku tidak mau mati. Aku mau di sini selamanya daripada aku harus mati," kata Fanny dengan raut wajah ketakutan.

"Fanny, tenangkan dirimu. Aku di sini untuk membantumu, bukan mencelakaimu," kataku mencoba menenangkannya.

Fanny tiba-tiba duduk dan menangis. Aku merasakan tangisan kali ini adalah tangisan yang tulus. Aku menatap wajahnya, rautnya tampak seperti orang yang kesakitan dan ketakutan, namun dia tidak bisa mengungkapkan semuanya. Aku merasa ada trauma yang mendalam yang dialami oleh Fanny.

Hatiku iba. Aku keluar dari selku dan menuju sel Fanny. Karena masih pagi, tidak ada seorang pun yang akan datang berkunjung.

Aku masuk ke sel Fanny dan memeluk Fanny dengan tulus. "Aku di sini, Fanny. Jangan menangis. Ayo kita cari jalan keluar bersama-sama," kataku sembari memeluknya dengan kasih sayang.

"Aku takut," ucapnya gemetar.

"Jangan takut," aku sekali lagi mencoba menenangkan Fanny.

Pelukanku semakin erat. Aku memandang wajahnya. Mata kami bertemu. Wajahku mendekat ke wajahnya, pupil mata kami membesar, dan sebuah tragedi terjadi. Kami berciuman, ciuman yang sangat tiba-tiba. Kehangatan pagi itu benar-benar melupakan tugasku sebagai psikiater. Kecantikan Fanny memanipulasiku. Aku jatuh dalam perangkapnya.

Ciuman itu memang tidak berlangsung lama, tapi jantungku berdetak dengan sangat kencang. Rasanya, aku tidak percaya baru saja melakukan hal tercela seperti itu.

Aku menjauh dari Fanny. Fanny tersenyum ke arahku. "Terima kasih," ucap Fanny.

Aku diam dan segera keluar dari selnya. Aku kunci sel Fanny dan kembali masuk ke selku. Detak jantungku benar-benar tidak terkendali. Aku masih tidak percaya, barusan kami berciuman.

Dalam renunganku, ponselku kembali berdering. Nazam kembali menelponku. "Haha, ciuman yang manis, Dr. Fikri," goda Nazam.

"Hentikan, Nazam. Aku mohon rahasiakan hal ini," ucapku kepada Nazam, memohon.

"Kecantikan Fanny menggodamu ya, Dr. Fikri? Bahkan profesional sepertimu tidak tahan dengan kecantikan dari Fanny. Kesempatan yang tidak kamu sia-siakan ya, Dr. Fikri," lagi-lagi Nazam mempermainkanku.

"Hapus video itu dari CCTV. Aku akan melakukan yang kamu mau! Tolong, Nazam, jangan sampai keluarga dan media tahu yang aku lakukan," aku benar-benar menjatuhkan harga diriku. Aku tidak ingin keluargaku tahu perbuatan bejatku.

"Hahahaha!" Nazam tertawa lepas dari balik panggilan.

"Aku mohon, Nazam," kataku kembali memohon.

"Oh iya, aku menambah satu tugas. Kamu harus bersetubuh dengan Fanny. Jika tidak, aku akan menyebarkan video CCTV saat kamu berciuman dengan Fanny," ungkap Nazam.

Nazam benar-benar mempermainkanku. "Aku tidak bisa, Nazam. Aku tidak mau mengkhianati istriku," ucapku menolak tugasnya.

"Kalau begitu, video ini akan aku sebarkan," ucapnya dingin.

Belum sempat aku menjawab, panggilan sudah dimatikan. Rasanya ingin sekali aku berteriak sekencang-kencangnya. Aku khilaf dan hal ini terjadi. Sialan! Sialan! Kepalaku sakit menerima semua kejadian ini yang bertubi-tubi.

Aku tidak ingin mengkhianati istriku dan keluargaku. Aku tidak mau melakukan hal tersebut. Namun ancaman Nazam bukan ancaman biasa. Jika video itu tersebar ke media dan sampai ke keluargaku, aku benar-benar akan hancur. Akal sehatku menolaknya, tapi dari dalam hati kecilku, aku harus melakukan itu demi keluargaku.

Malam harinya, tepat pukul satu malam, saat penjaga dan para perawat mulai tertidur lelap, pasien-pasien lain juga mulai tertidur, secara diam-diam aku masuk ke sel Fanny.

Fanny belum tidur dan menatapku dengan tatapan menggoda. Aku mendekatkan diriku ke tubuh Fanny. Malam itu, semua hal yang tabu dan tidak pantas dilakukan akhirnya terjadi. Aku dan Fanny menghabiskan malam dengan kehangatan yang sangat tercela.

Setelah selesai, aku kembali ke selku dan merasa sangat menyesal. Aku tidak ada pilihan lain. Aku melakukan itu bukan karena nafsu, melainkan demi keluargaku.

Pagi tiba, aku baru saja bangun dari tidur. Fanny sudah berdiri di depan jendela dan memandangku.

"Ada apa?" tanyaku ke arahnya.

"Jangan tinggalin aku," katanya dengan wajah yang nampak sangat cantik.

Aku menatapnya tanpa mengucapkan satu katapun, aku hanya bisa memandangnya dan merasa bersalah kepada Fanny dan juga kepada istriku. Aku seharusnya tidak pernah menuruti keinginan Nazam. Gejolak batin dan perasaan bersalah menghantui pikiran dan hatiku.

Ponselku kembali berdering, aku segera mengangkatnya dan berteriak, "Apa lagi maumu! Apa kamu belum cukup puas hah?" tanyaku dengan emosi yang bergejolak.

"Kamu kenapa sayang?" suara istriku dari seberang panggilan.

Aku melihat nama pemanggil, ah. Aku kira itu Nizam, ternyata istriku. Aku tidak lagi melihat nama kontak yang memanggilku.

"Ah, maaf sayang. Apa kabar kamu sayang?" tanyaku ke istriku.

"Baik sayang," jawabnya dengan suara yang lembut.

Tiba-tiba Fanny berteriak dengan sangat keras dari sel sebelah. "Dr. Fikri, yang tadi malam benar-benar menyenangkan, puaskan aku lagi malam ini," teriakannya sangat keras.

Ah, bencana akan datang.

1
Livami
kak.. walaupun aku udah nikah tetep aja tersyphuu maluu pas baca last part episode ini/Awkward//Awkward//Awkward/
aarrrrgh~~~
Umi Asijah
masih bingung jalan ceritanya
ᴬᵖᵖˡᵉᴿʸᵘ
Novelku sendiri
Livami
orang kayak gitu baik fiksi ataupun nyata tuh bener2 bikin sebel dan ngerepotin banget
Livami
huh.. aku suka heran sama orang yang hobinya ngerebut punya orang... kayak gak ada objek lain buat jadi tujuannya...
Umi Asijah
bingung bacanya..😁
ᴬᵖᵖˡᵉᴿʸᵘ: Ada yang mau ditanyain kak?
total 1 replies
Livami
terkadang kita merasa kuat untuk menghadapi semua sendiri tapi ada kalanya kita juga butuh bantuan orang lain...
Livami
ending episode bikin ademmm
Livami
ok kok semangat thor
Livami
woo.. licik juga Tiara
semangat tulis ya Thor /Rose/
bagus ceritanya
Livami
bagus Lo Thor.. ditunggu up nya.. semangat/Determined//Determined//Determined/
LALA LISA
tidak tertebak...
Sutri Handayani
pffft
LALA LISA
ending yang menggantung tanpa ada penyelesaian,,lanjut thoor sampai happy ending
LALA LISA
benar2 tak terduga ..
LALA LISA
baru ini aku Nemu novel begini,istimewa thoorr/Rose/
ᴬᵖᵖˡᵉᴿʸᵘ: Terimakasiiih
total 1 replies
LALA LISA
cerita yg bagus dengan tema lain tidak melulu tentang CEO ..semangat thoorr/Rose/
Reynata
Ngeri ya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!