Codex Of Fantasy

Ningrum yang ingin melihat kemampuan Gotan, mengajaknya pergi ke pulau vulkanik. Akan tetapi begitu turun dari jembatan akar dan menginjakkan kaki di wilayah gersang itu, seketika golem tanah terjatuh akibat medan gravitasi yang puluhan kali lebih berat. Ningrum hampir saja menghancurkan teman pertamanya, tetapi untungnya dia dengan cepat menggunakan sihir tanah untuk melemparkan Gotan ke sebrang pulau.

“Hueeee, Gotan maafkan aku. Aku lupa jika kau baru saja terlahir, seperti bayi yang lemah dan rapuh,” Ningrum menangis sambil memeluk Golemnya yang terkapar di tanah. Sorot mata Golem itu mengecil seakan tersinggung karena disebut lemah dan rapuh seperti bayi. Keduanya kembali ke area pohon besar, Ningrum yang masih menginginkan lebih banyak teman berniat menggunakan sihir penciptaan jenis lain.

***

Begitu sampai di area pohon besar, Gotan berbaring di tanah, sepertinya masih memulihkan diri karena kerusakan yang dia alami, sedangkan Ningrum mencari sihir yang akan dia gunakan. Dia tertarik dengan sihir pemanggilan iblis, tapi Ningrum memutuskan tidak menggunakannya untuk saat ini karena khawatir iblis yang dia panggil justru akan menyerangnya.

“Kalau begitu aku akan menggunakan sihir ini, Celestial Invocation!,” setelah Ningrum merapat mantra muncul lingkungan sihir di atas tanah seperti yang terjadi ketika dia menggunakan kemampuan Summon Golem. Akan tetapi lingkaran sihir kali ini dua kali lebih besar dan memancarkan cahaya yang lebih terang. Di saat Ningrum berpikir akan segera mendapatkan teman baru, tiba-tiba...

Crack!

Terdengar suara retak yang diikuti oleh lenyapnya lingkaran sihir.

Ding!

[Sihir Celestial Invocation dibatalkan karena gagal terhubung dengan Calestial Realm]

Ningrum terkejut dengan notifikasi yang baru dia dengar, “Ini adalah kali pertama aku gagal menggunakan sihir.” dia mencoba beberapa kali num hasilnya tetap sama, suara notifikasi selalu mengatakan jika sihirnya gagal terhubung dengan Calestial Realm. Hingga Ningrum yang menyerah memanggil malaikat kemudian beralih menggunakan sihir pemanggilan iblis.

“Evocatio Infernis!”

Crack!

[Sihir Evocatio Infernis dibatalkan karena gagal terhubung dengan Underworld]

“Ah, tidak mungkin shir ini juga!.”

Sama halnya seperti sihir sebelumnya, sihir pemanggilan iblis juga mengalami kegagalan karena alasan yang sama. Ningrum yang frustrasi karena kegagalan sihir pemanggilannya, mencoba tetap tenang. Ia duduk di bawah pohon besar, membuka bukunya dan berusaha mencari penjelasan tentang Celestial Realm dan Underworld.

Namun, mencari satu informasi di antara ratusan halaman nyatanya lebih sulit dari yang ia bayangkan. Gotan, yang kini telah pulih, mendekati Ningrum dan menatapnya dengan tatapan ingin tahu. Ningrum tersenyum lelah dan membelai kepala golemnya.

"Gotan, seandainya ada cara untuk mencari informasi lebih cepat," keluhnya.

Ningrum kembali mempelajari sihir penciptaan, kegagalan pada sihir pemanggilan malaikat dan iblis tidak membuatnya patah semangat, "Masih banyak sihir yang belum aku coba, diantara pasti ada yang bisa membuatku memiliki banyak teman." Ningrum kembali mencoba beberapa sihir pemanggilan, misalnya pemanggilan Naga, pahlawan bahkan dewa, tapi semuanya mengalami kegagalan dengan alasan yang sama.

“Itu berarti shir pemanggilan entitas dari dunia lain tidak bisa digunakan. aku penasaran bagaimana cara menghubungkan Pulau ini dengan dunia lain.” Ningrum menatap bukunya, dia tahun setiap pertanyaan yang dia miliki pasti semua jawabannya terdapat dalam buku itu. Tetapi mencari jawabannya sendiri adalah sesuatu yang mustahil.

“Lalu bagaimana jika aku membuat buku itu sendiri yang memberikan jawabannya padaku?.” Ningrum membuka halaman terakhir dari bab sihir penciptaan yang berisi mantra sihir kreasi tingkat tinggi yang sangat beresiko. Misalnya saja seperti menciptakan makhluk hidup dari sebuah gambar, atau hanya dengan membayangkannya saja.

Ningrum pernah memiliki keinginan menggunakan sihir kreasi untuk menghidupkan kembali kedua orangtuanya, tetapi dia sadar meskipun jika sihirnya berhasil, hasilnya tidak akan seperti yang ia harapkan. Apa yang dia buat mungkin akan sangat mirip dengan ayah dan ibunya, tetapi tetap saja mereka bukanlah orangtuanya.

“Itu hanyalah Hard Copy yang sangat mirip, tapi tidak akan pernah menjadi sempurna.” Kembali pada bukunya, Ningrum mulai mempelajari salah satu sihir penciptaan tingkat tinggi bernama Soru-soru, sebuah sihir yang memungkinkan penggunanya memanipulasi jiwa makhluk hidup.

"Ruh yang bersinar dalam kegelapan, terbelahlah untuk memberikan kehidupan. Dengan kuasa Soru-soru, aku serahkan separuh jiwa ini untuk menciptakan makhluk yang hidup. Pada jiwa yang terbagi, bangkitlah dan jadilah temanku."

Sambil memejamkan mata Ningrum menyentuh dadanya sendiri kemudian berbisik '10%'. Cahaya yang bersinar terang keluar dari dadanya, melayang di telapak tangannya. Cahaya itu merupakan bagian dari 10% jiwa Ningrum yang dia ambil menggunakan sihir Soru-soru. Menggunakan serpihan jiwanya, Ningrum bisa memberikan nyawa pada benda mati dan menjadikannya sebagai pelayan setia yang disebut sebagai Homis.

Tanpa ragu Ningrum memberikan serpihan jiwanya pada Buku sihir yang telah memberinya banyak pengetahuan, sekaligus satu-satunya yang memiliki semua jawaban dari setiap masalah yang Ningrum miliki. Buku sihir bersinar terang setelah Ningrum memberikan serpihan jiwanya, namun dengan cepat sinar itu lenyap berganti dengan kegelapan.

Ningrum sempat merasa khawatir jika apa yang dia lakukan justru merusak buku sihir, tetapi dia merasa lega saat akhirnya buku sihir mengalami perubahan menjadi Homis. Awalnya buku sihir memiliki sampul berwarna putih yang memancarkan cahaya penuh keagungan, namun kini menjadi berwarna hitam dengan lima bola mata berbagai ukuran dan mulut penuh gigi tajam yang mengerikan.

Buku sihir itu seakan berubah menjadi monster.

“Homies adalah representasi dari jiwa pemiliknya. Jadi apa sebenarnya aku adalah monster?.” Ningrum berpikir representasi dari jiwanya akan terlihat normal seperti manusia pada umumnya. Tetapi setelah melihat Homis yang dia ciptakan membuat Ningrum mempertanyakan indentitas nya sebagai seorang manusia.