Possessive Brothers

Beberapa jam berlalu....

Queen, Kania, Marvin,Mama Zailine dan Mami Priscillia sudah berada di rumah sakit untuk melakukan pengobatan terapi Queen yang pertama kali setelah Queen keluar dari rumah sakit beberapa minggu yang lalu.

Sedangkan keempat abang Queen kembali ke rumah setelah mendapat pesan dari William di mana William sudah menunggu mereka di arena untuk melanjutkan hukuman yang sudah diberitahukan oleh William sebelumnya.

Tadinya keempat abang Queen tersebut ngotot ingin ikut menemani Queen terapi namun tidak jadi setelah mendapatkan pesan dari William tersebut.

Kembali ke rumah sakit....

Marvin mendorong kursi roda Queen menuju ruang terapi berada sedangkan Kania, mama Zailine dan Mami Priscillia berjalan mengikuti di belakangnya.

Keberadaan Marvin di rumah sakit tentu saja menarik perhatian kaum hawa terutama para remaja putri.

Marvin cukup terkenal di sosial media walaupun Marvin tidak pernah aktif update sosial medianya. Tidak ada satu orang pun  yang tidak mengenal sosok Marvin di kalangan remaja, tidak hanya wajahnya yang tampan Marvin juga dikenal sebagai pewaris dari Alberto group di mana memiliki banyak perusahaan tersebar di seluruh dunia. Usaha yang dimiliki Alberto grup sendiri mencakup pertambangan, properti, perkebunan, perhotelan, perindustrian, serta perdagangan dalam hal ekspor impor.

Terdengar beberapa bisikan dari orang-orang yang berada di sekitar mereka saat melihat Marvin mendorong kursi roda Queen. Bisikan-bisikan tersebut tentu saja didengar oleh Queen dengan jelas. Hal tersebut membuat Queen menjadi tidak nyaman karena perkataan-perkataan yang dilontarkan oleh beberapa orang yang melihat Marvin sedang mendorong kursi roda Queen. Perkataan-perkataan yang membuat Queen menjadi insecure dengan keadaannya sekarang. Marvin menyadari apa yang dirasakan oleh gadis kesayangannya tersebut. Marvin pun berjongkok di depan Queen yang sedang duduk di kursi roda dan memegang kedua tangan Queen.

"Kamu tidak perlu mendengarkan ucapan-ucapan mereka. Kamu itu istimewa sayang."

"Tapi kan aku tidak bisa melihat sekarang kak."ucap Queen lirih sambil menundukkan kepala karena dirinya merasa insecure dengan keadaannya sekarang.

"Hey kamu masih bisa melihat sayang tapi memang harus dilakukan terapi untuk memulihkan penglihatan kamu lagi. Kan dokter Steven tidak mendiagnosa Kamu buta permanen."

Kania pun ikut berjongkok di depan Queen.

"Cha ucapan mereka itu tidak perlu kamu masukkan ke hati. Mereka itu cuma iri sama kamu karena kamu bisa dekat dengan kak Marvin sedangkan mereka tidak bisa. Lagi pula bagi kak Marvin kamu itu mempunyai tempat istimewa di hatinya selama ini. Aku loh yang jadi saksinya bagaimana setianya kak Marvin selama  bertahun-tahun nungguin kamu untuk ditemukan lagi."

"Ta---ta---tapi....hiks...hiks..."

"Hei cha kok nangis. Jangan nangis Cha tidak perlu didengarkan mulut jahatnya mereka. Mereka tidak pernah tahu kamu itu siapa, seberapa istimewanya kamu di keluarga Pratama maupun Alberto. Mana nih chachanya Kania yang biasanya cuek dengan omongan-omongan orang."

"Tapi kan aku jadi beban kalian semua coba kalau Queen penglihatannya normal pasti Queen bisa beraktivitas sendiri tanpa merepotkan kalian semua."ucap Queen sedih.

Kania menjadi geram dengan orang-orang di sekitar mereka saat ini yang berbicara tidak tidak tentang keadaan Queen.

"Princess Mama dengerin ya. Kamu itu tidak pernah merepotkan kita sama sekali sayang justru kita kita itu sangat bahagia bisa kamu repotkan. Kita merasa seperti benar-benar dibutuhkan oleh kamu sayang apalagi kamu baru kumpul lagi di keluarga setelah terpisah lama. Jangan sedih ya sayang kamu harus semangat untuk terapinya tidak perlu deh kamu pedulikan apa kata mereka karena mereka tidak tahu kejadian yang sebenarnya tentang kamu itu bagaimana."Mama Zailine pun ikut membujuk Queen yang sedang bersedih.

"Iya betul itu sayang kamu tidak perlu merasa insecure, ada kami di belakang kamu sayang keluarga yang akan selalu berada di garda terdepan kamu untuk menopang dan melindungi kamu."

Kania berbalik menuju ke arah kerumunan yang dijaga oleh beberapa bodyguard di mana ada beberapa remaja putri yang tadi berbisik membicarakan tentang keadaan Queen. Sedangkan Marvin, Queen ,Mama Zailine serta Mami Priscillia melanjutkan langkah menuju ruang terapi Queen.

Saat Kania sampai di depan kerumunan tersebut Kania melihat sesosok gadis yang dia kenal dan merupakan musuh bebuyutan Kania di sekolahan.

Seorang gadis yang sangat terobsesi dengan Marvin dan keempat anak laki-laki keluarga Pratama.

"Waw siapa nih yang ada di sini. Ternyata ada mak lampir di sini. Ngapain lu di sini? Ngikutin kakak gue lu?"

"Dih siapa juga yang ngikutin. Orang gue habis jenguk orang di sini terus kagak sengaja melihat kalian."ucap seorang gadis yang bernama Bella Renaldi.

"Gua kagak percaya sama apa yang lu bilang barusan karena yang gue tahu elu itu udah kayak kuman yang kegatelan yang sukanya cari-cari perhatian ke kakak gue maupun ke teman-teman yang lain. Gue juga tahu kalau lu mengikuti kita semua dari kita keluar restoran Korea sampai di rumah sakit ini."

Gadis tersebut kaget karena apa yang dilakukannya diketahui oleh Kania.

"Lu nggak lupa kan kalau ada larangan dari pengadilan kalau elu tidak boleh berada di dekat kami dengan jarak 5 meter. Atau perlu gue panggil polisi karena elo udah mengganggu kenyamanan kami di sini."

Bella Renaldi terdiam tidak bisa membalas perkataan Kania yang memang benar adanya. Sehingga dirinya memutuskan untuk pergi dari hadapan Kania dengan buru-buru.

Kania tersenyum pongah melihat kepergian Bella Renaldi dari hadapannya.

"Main-main sama gue. Dikira gue tidak tahu apa kalau dia ngikutin dari awal masuk resto sampai di rumah sakit ini. Sakit banget tuh cewek terobsesi sampai segitunya. Takut kan kalau dilaporin lagi."gerutu Kania yang sedang berjalan menyusul ke tempat dimana Queen terapi.

Selama melangkah menuju ruang terapi, Kania ngedumel pelan karena geram dengan tingkah laku musuh bebuyutannya itu yang tidak pernah merasa kapok mencari masalah dengan dirinya.

"Tuh cegil kapan sih tobatnya? nggak ada kapok-kapoknya nyari masalah mulu. Dikira kak Marvin sama yang lainnya tertarik apa sama dia. Kelakuan aja kayak setan gitu."

Marvin melihat adiknya berjalan dengan marah-marah segera menghampiri adiknya tersebut.

"Kamu kenapa dek? Abang lihat dari jauh tadi kamu kelihatan marah-marah gitu."

"Tahu tidak bang tadi yang waktu kita baru sampai rumah sakit terus ada kerumunan fansnya abang yang ngomongin queen tadi."

"abang tadi tidak terlalu memperhatikan mereka. emang ada apa? Mereka ganggu kamu?"

"Enggak. mereka enggak ganggu Nia, cuma di salah satu kerumunan itu ada si cegil kak."

"Cegil?! Emang siapa cegil itu?"

"Itu loh kak si Bella Renaldi, gadis yang pernah bang Ken laporin ke kantor polisi karena suka ngikutin bang Ken sama yang lainnya termasuk ngikutin abang juga kan."

"Ngapain lagi dia ada di sini?? Jangan bilang dia ngikutin kita-kita lagi!"