NovelToon NovelToon
Mawar Merah Berduri

Mawar Merah Berduri

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Kehidupan di Sekolah/Kampus
Popularitas:2.3k
Nilai: 5
Nama Author: Nur Aini

Mawar merah sangat indah, kelopak merah itu membuatnya tampak mempesona. Tapi, tanpa disadari mawar merah memiliki duri yang tajam. Duri itulah yang akan membuat si mawar merah menyakiti orang orang yang mencintainya.

Apakah mawar merah berduri yang bersalah? Ataukah justru orang orang yang terobsesi padanyalah yang membuatnya menjadi marah hingga menancapkan durinya melukai mereka??!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nur Aini, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

6 Hari yang melelahkan

KAMPUS FAKULTAS TEHNIK

Timo, Dinda sama Obi duduk santai di gazebo sambil menunggu kedatangan dua sahabat mereka yang baru terlihat batang hidungnya.

"Nih akibatnya kalau pacaran dalam satu geng. Geng kita yang awalnya the lucky geng, kini beralih menjadi husband/wife geng." oceh Obi yang berakhir mendapat pukulan di kepalanya oleh Dinda menggunakan gulungan kertas.

"Mulut tu dijaga, Obi." ancam Dinda.

"Gue setuju sama Obi. Benaran, sejak mereka resmi pacaran, kita jadi jarang ngumpul ber lima. Mereka hanya sibuk berdua saja. Lengket seperti lem." sambung Timo.

"Sudah ya, mulut kalian jangan sembarangan bicara." ancam Dinda lagi.

Inne dan Adit datang dengan senyuman sumringah. Tentu itu membuat Obi dan Timo kembali saling berbisik. Mereka tidak benar benar benci pada dua sahabat mereka itu. Obi dan Timo seperti itu hanya untuk menghibur diri karena mereka berdua masih jomblo sampai saat ini.

"AdIn (Adit/Inne) couple datang." sambut Obi dan Timo menggoda dua sahabat mereka itu.

"Apaan sih lu pada." sahut Inne malu malu.

"Cie wajahnya merah. Malu malu meong nih ye..." Obi dan Timo menggoda Inne lagi.

Plak, plak.

Dinda memukul kedua sahabatnya itu dengan gulungan kertas yang sama.

"Rese amat sih lu bedua." ujar Adit dengan wajah merah merona karena dia salting.

"Udah udah, nih aku udah ringkas materi untuk tugas kelompok kita."

Inne pun memberikan beberapa lembar kertas pada teman temannya itu.

"Wua, In lu emang yang terbaik." Puji Obi sama Timo.

"Iyalah, pacar siapa dulu!" Adit membanggakan dirinya yang berakhir membuat tiga temannya geli dan hanya Inne yang tersenyum salah tingkah, pipinya bahkan sudah merah seperti udang rebus.

"Cie cie yang makin merah merona."

"Pala lu." Gertak Adit membela pacarnya.

"Cie cie yang udah resmi jadi pacar."

"Shttt! Timo, Obi. Jangan keras keras ngomongnya."

"Ups sorry. Lupa kalau kalian masih backstreet."

Wajah Adit langsung berubah saat itu juga. Dia teringat obrolannya dengan bunda waktu itu.

"Lu bedua tu bisa diam gak sih." senggol Dinda saat melihat perubahan wajah Adit yang tidak disadari oleh Inne.

Melihat Dinda menyenggol Obi dan Timo sambil berbisik tentu membuat Inne penasaran, dia pun menoleh pada Adit yang langsung tersenyum manis pada kekasihnya itu.

"Kenapa sih kalian?" Tanya Inne penasaran.

"Gak apa apa kok. Udah yuk lanjut bahas materi aja." ajak Dinda.

"Oke."

Mereka pun mulai serius membahas materi yang akan mereka persentasikan di depan kelas hari ini. Tentu saja yang menjadi guru adalah Inne. Diantara mereka semua Inne yang paling pintar dalam jelas menjelaskan. Sementara Adit yang paling lambat diantara mereka.

Setelah pembahasan materi selesai, mereka pun langsung masuk ke kelas. Untungnya, mereka bisa menyelesaikan tugas kelompok hari ini dengan tanpa masalah. Mereka juga mendapat pujian dari dosen seperti biasanya.

Begitu kelas selesai, Inne dan Adit pamit pulang duluan. Tentu saja mereka digoda lagi oleh Obi dan Timo.

"Sebenarnya males banget deh ikut kelas ini."

"Bentar lagi, Dit. Habis semester ini juga kelar mata pelajarannya."

"Iya sih. Kamu tau kan aku ambil matkul ini karena kamu. Jadi jangan pernah tinggalin aku."

"Idih situ yang ikutan sendiri, aku gak ngajak ya." Goda Inne yang membuat Adit kesal.

"O gitu. Oke, kamu harus di hukum."

"Hukum aja, siapa takut?!" tantang Inne.

Adit yang gemas pun langsung saja mendekatkan wajahnya sangat dekat kewajah Inne. Saat ini mereka di mobil, tapi masih di parkiran.

"Ih Adit, kamu tu masih flu. Jangan dekat dekat ah." Inne mencoba mendorong Adit menjauh darinya.

"Hukuman yang bagus, kamu juga harus kena flu."

"Gak mau. Ih Adit lepas gak..."

"Gak akan, sampai bibir kita ketemu."

"Adit... jangan. Aku gak mau ketularan sakit."

"Jadi kamu gak mau ketularan sakit." Adit menjauh dari Inne.

Dia mengambil masker yang tadi diberikan Inne.

"Kamu mau aku pakai masker yang aku kasih buat kamu?" Tanya Inne.

"Tentu saja..." Adit malah memakai masker itu untuk dirinya sendiri.

"Nah kalau gini, kamu gak akan ketularan sakit."

Adit kembali mendekatkan wajahnya pada Inne yang masih teguh dengan kekuatannya untuk menolak ciuman yang akan diberikan Adit. Tapi, sekuat apapun Inne menolak, pada akhirnya Adit juga yang menang dengan berhasil mengecup puncak kepala Inne seperti biasanya.

Setelah aksi romantis mereka di parkiran, Adit pun membawa Inne untuk makan sore. Setelah itu barulah dia mengantar Inne pulang, meski hanya sampai halte yang tidak jauh dari rumah Inne.

"Assalamualaikum, bunda."

"Waalaikumsalam. Sudah pulang, nak?" sambut bunda yang sedang menonton tv.

"Iya bun."

Inne langsung berbaring di pangkuan bundanya. Dia merasa sangat lelah hari ini. Otaknya bekerja lebih banyak dihari senin. Mulai dari mengajar, belajar juga dikampus dan meladeni kegilaan pacarnya yang kadang suka naikin emosi.

"Lelah ya nak?"

"Iya bunda."

"Ya sudah, istirahat saja." bunda mengelus lembut kening Inne penuh kasih.

"Maafkan bunda ya, nak."

"Kenapa bunda minta maaf?"

"Karena ketidak mampuan bunda, kamu harus ikut membantu bunda menjadi tulang punggung keluarga."

"Bunda jangan ngomong gitu. Aku malah senang kok bisa bantu bunda."

Bunda tersenyum getir mengingat betapa keras dunia ini untuk anak gadisnya itu.

"Oh iya, tadi bunda telponan sama Adikmu."

"Gimana Idil disana bun?"

"Katanya dia betah disana. Cuma disana gak bebas kemana mana. Dia juga bilang kalau dia makin gemuk. Makanan di asrama enak katanya."

"Syukurlah kalau adek makin gemuk, berarti dia betah dong tinggal disana."

"Iya. Adek juga bilang, dia kangen sama kita. Dia bilang dia akan belajar lebih giat, supaya uang yang kita kirimkan tidak terbuang sia sia katanya."

"Idil makin dewasa cara pikirnya ya, bun."

"Itu semua karena dia belajar dari kamu. Idil bilang, kak Inne selalu mendahulukan kebahagianku, bunda. Jadi, adek juga akan berusaha untuk membahagiakan kakak sama bunda. Gitu katanya."

Inne hanya merespon dengan senyuman. Lalu, dia pun mencoba memejamkan matanya sebentar selagi berada di pangkuan bunda.

"In, bunda juga punya kabar baik."

"Kabar baik apa, bun?" Inne kembali membuka matanya.

"Bunda dapat promosi kenaikan gaji di sekolah."

"Wua, benaran bun?"

"Iya. Pemilik yayasan yang langsung merekomendasikan bunda untuk dipromosikan. Teman teman bunda juga mendukung."

"Selamat ya bunda. Semoga kali ini berjalan dengan lancar."

"Aamiin."

Bunda tampak sangat senang, karena sebentar lagi dia akan dipromosikan yang otomatis gajinya juga akan lebih besar dari sebelumnya.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!