NovelToon NovelToon
Soulmate

Soulmate

Status: tamat
Genre:Tamat / Cinta pada Pandangan Pertama / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Karir / Persahabatan / Romansa / Teman lama bertemu kembali
Popularitas:5.8k
Nilai: 5
Nama Author: sJuliasih

Saling suka, nyatain perasaan, terus pacaran?! Nyatanya nggak semudah itu.

Buktinya aja Freya, si anak beasiswa. Dan Tara, sang ketos si anak donatur. Mereka cinlok, sama-sama suka, tapi terpaksa harus back street .

Alasannya klasik dan klise. Bokap Tara nggak setuju kalo anaknya itu pacaran, terlebih sama Freya yang beda kasta dengan keluarga mereka.

Hingga Tara pun harus kuliah ke luar negeri dan putus komunikasi sepihak dengan Freya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sJuliasih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 18

"Mana yang sakit Frey?" tanya Tara khawatir.

Sembari meringis Freya menjawab "Kaki kanan gue kayaknya terkilir deh Tar."

Tara pun segera menarik carrier yang masih melekat di punggung gadis itu. "Lo bawa ransel Freya ya Ndre." pintanya dan memberikannya kepada Andre.

Segera Tara mengeluarkan kotak p3k dari dalam carriernya dan langsung memberikan pertolongan pertama pada Freya. Tara yang memang memiliki sedikit pengetahuan tentang cedera kaki bergegas mengambil C-Splint yang memang ia bawa untuk berjaga-jaga.

Dengan perlahan Tara melilitkan benda itu di sekitar kaki dan pergelangan kaki dalam posisi sepatu Freya masih terpasang, lalu ia kencangkan dengan selotip. Karna hanya itu cara tercepat dan tersimple untuk menolong gadis itu.

"Tara lo mau ngapain?" tanya Freya di saat Tara memasang kuda-kuda hendak mengangkat tubuhnya.

"Emangnya lo bisa jalan dalam kondisi kayak gitu?"

Freya hanya menunduk, menganggap dirinya beban bagi Tara dan juga ketiga sahabatnya.

"Tara bener Frey. Mending lo nurut aja." Kata Hana merasa iba melihat sahabatnya. Sedang dirinya tak bisa berbuat banyak.

Berhubung Tara tak mungkin menyuruh salah satu di antara Hana dan Risa untuk membawa carriernya, Tara pun memutuskan mengendong Freya ala bridal style.

Jelas hal itu membuat ketiga sahabat Freya tercengang. Terutama Risa, ia pun mulai berandai-andai membayangkan jika berada di posisi Freya saat ini.

Sembari menuntun jalan, Andre hanya senyum-senyum tak jelas melihat kedekatan Tara dan Freya. Andre yakin kalau bukan karna Baskara, sepupu dan sahabatnya itu pasti sudah mengutarakan perasaan satu sama lain.

"Tara gue nggak enak sama lo." ujar Freya sedikit mendongak menatap Tara.

Tara hanya tersenyum. "Lo pikir ini gratis." sahutnya.

"Jadi lo nggak ikhlas ngebantui gue?"

"Emangnya rasa ikhlas itu bisa di lihat ya Frey?"

"Ya.... ya enggak sih."

"Terus kenapa lo memvonis gue kayak gitu?"

"Lah kan lo sendiri yang bilang kalo ini nggak gratis."

Tara diam sejenak. Wajah tampannya terlihat datar.

"Nggak pegangan lo? Soalnya gue nggak nyiapin asuransi jiwa buat lo." ucap Tara, padahal ia mencari alasan agar Freya mau berpegangan padanya.

"Ck... bilang aja lo modus." meskipun begitu, Freya tetap melingkarkan tangannya pada leher Tara.

Tara tak menjawab dan hanya menyunggingkan senyum tipis.

"Lo masih kuat kan Tar? Pos satu udah deket kok." Andre menoleh ke belakang. Memastikan dua sejoli itu dalam keadaan aman.

Respon Tara hanya mengangguk. Seperti tak kenal lelah, lelaki itu terus melangkah sembari membawa dua beban. Carrier dan juga Freya seolah bukan penghalang bagi lelaki yang memang seorang atlet itu.

Melihat peluh yang mulai menetes dari dahi Tara, seketika saja membuat Freya merasa tak enak dengan Tara.

"Lo beneran nggak papa kan Tar?" sekali lagi gadis itu memastikan.

"Lo meragukan kemampuan gue?!"

"Tara, gue cuma kasihan sama lo." sahut Freya seraya memberanikan diri menyeka peluh di wajah Tara dengan jemarinya.

Sentuhan Freya berhasil membuat jantung Tara berpacu sangat cepat. Lelaki itu tampak menelan salivanya beberapa kali.

Tara ingin lebih lama berada dalam momen seperti itu. Mendekap Freya dan tak ingin melepaskannya. Namun rasanya waktu berjalan begitu cepat dan tanpa ia sadari mereka sudah tiba di pos penjagaan.

Dengan sisa-sisa tenaga yang mereka punya, Andre lalu mengajak yang lainnya untuk kembali ke villa.

Tak mungkin juga mereka kembali ke ibu kota dalam kondisi tidak fit seperti itu. Di tambah lagi keadaan Freya yang memang membutuhkan istirahat.

***

Sesampainya di villa, Tara segera meletakkan tubuh Freya di sofa yang berada di depan kamar. Dengan masih membawa carrier di punggungnya, lelaki itu bergegas membuka C-splint yang melilit di sepatu Freya. Kemudian ia membuka kedua sepatu gadis itu perlahan.

"Tara... Tara. Minimal carrier lo di lepas dulu kenapa sih." ucap Andre sambil menarik benda itu dari punggung Tara agar sepupunya itu bisa leluasa untuk bergerak.

Tara tak merespon, ia hanya memusatkan pandangannya pada kaki Freya yang terlihat membengkak dan sedikit memar.

"Apa yang bisa gue bantu, Tar?" tanya Hana.

"Coba lo lihat lemari pendingin villa, ada stok es batu nggak di freezernya? Kalo ada langsung aja lo balut pake sapu tangan atau kain apalah." jawab Tara dengan cara bicaranya yang sedikit cepat tak seperti biasanya.

Hana mengangguk. "Bentar biar gue cek dulu." sahutnya.

Sementara Tara dan Hana masih mengerahkan tenaga untuk menangani kaki Freya yang cedera, Andre beserta Risa memutuskan rehat sejenak. Bukan ingin bersikap egois. Pun setelah meregangkan tubuh mereka yang kaku, keduanya akan menggantikan posisi Tara dan Hana untuk menjaga Freya.

Tak lama, Hana kembali menghampiri Tara seraya membawa es batu yang ia balut dengan handuk kecil miliknya. "Ini Tar. Untung aja masih ada sisa satu." tukas gadis itu.

"Thanks ya Han. Yaudah mendingan lo istirahat." ujar Tara saat menyadari wajah Hana yang terlihat lelah.

"Bener nih Tar nggak papa?!" Hana tak bisa menutupi hasratnya yang memang ingin segera merebahkan tubuhnya.

Tara pun mengangguk, membuat Hana bergegas meninggalkan keduanya di ruang tamu villa.

"Lo tahan ya Frey!" Tara mulai mengompres bagian kaki Freya yang membengkak.

Rasa dingin dan sedikit nyeri seolah tak di rasakan oleh Freya. Sikap Tara yang hangat dan begitu perhatikan kepadanya membuat gadis itu tak bergeming menatap wajah Tara.

Apalagi posisi Tara yang berlutut tepat di depan sofa, membuat Freya dapat dengan jelas melihat setiap lekukan wajah lelaki berparas nyaris sempurna itu. Rahang wajahnya yang tegas, mata coklatnya yang teduh di hiasi dengan alis yang tak terlalu tebal, hidung bangir dan juga bentuk bibirnya yang maskulin. Tara benar semempesona itu.

Usai mengompres kaki Freya selama beberapa menit, lalu Tara mengambil bantal sofa dan meletakkannya tepat di bawah kaki gadis itu agar pergelangan kakinya sedikit lebih tinggi.

"Gimana Frey? Udah mendingan?!" tanya Tara menatap wajah Freya penuh cemas. Setakut itu Tara akan terjadi sesuatu yang tak baik pada gadis pujaannya.

Freya pun mengangguk. "Makasih ya Tar. Gue nggak tau gimana nasib gue dan sahabat-sahabat gue kalo nggak ada lo."

"Tapi kembali lagi Frey, kalo semua yang gue lakuin ini nggak gratis." Tara mengulas senyum penuh makna.

"Yaudah entar pulang dari sini gue traktir lo makan makanan kesukaan lo." sahut Freya yang membuat Tara semakin tersenyum lebar.

Freya pikir, setelah Tara selesai mengobati kakinya yang cedera, lelaki itu akan bangkit dari posisinya. Namun beberapa menit berlalu Tara masih nyaman dengan posisinya tersebut. Bahkan Tara terus melayangkan tatapan kepadanya.

"Lo... lo nggak istirahat Tar? Atau seenggak lo bersih-bersih gitu." Freya berharap Tara meninggalkannya seorang diri. Ia butuh ruang untuk menenangkan hatinya yang bergejolak tak karuan.

"Urusan istirahat sama bersih-bersih bisa belakangan. Yang terpenting bagi gue itu keadaan lo Frey." jawab Tara. "Yaudah gue buatin teh panas untuk lo dulu." sambung lelaki itu lagi seraya bergegas menuju kitchen set minimalis yang tersedia di villa.

Dan Freya hanya mengangguk. Sembari menunggu Tara, Freya pun mencoba memejamkan mata. Sebenarnya ia juga merasa lelah, namun tak pantas rasanya beristirahat sementara Tara yang jauh lebih lelah darinya malah terjaga.

"Freya, ini teh lo. Minum dulu, biar badan lo enakan." seru Tara sambil meletakkan teh panas ke atas meja kecil yang berada di dekat sofa.

"Frey!" panggil Tara lagi ketika tak ada sahutan dari gadis itu.

Suasana semakin hening. Tara yang curiga seketika menoleh ke arah sofa. Senyumnya pun tiba-tiba mengembang saat melihat Freya sudah tertidur pulas. Tergambar jelas bahwa gadis itu amat kelelahan. Dan mungkin juga sudah menahan kantuk sejak tadi.

Takut hawa dingin menganggu lelapnya tidur Freya, segera Tara mengambil selimut yang berada di kamarnya. Lalu ia tutupi sebagian tubuh gadis itu agar terasa sedikit hangat.

Kemudian Tara mengeluarkan sleeping bag dari dalam carriernya. Ia tau tubuhnya juga harus di istirahatkan. Sembari menjaga Freya, Tara akhirnya memilih berbaring di samping sofa dengan beralaskan sleeping bag miliknya.

***

Sore harinya, kelima remajanya itu pun memutuskan kembali ke ibu kota. Ada kerinduan di hati mereka selama beberapa hari meninggalkan rumah.

Usai membereskan semua barang bawaan mereka ke dalam mobil, Andre mulai melajukan kendaraan roda empat itu menjauh dari perkarangan villa.

"Ndre, kalo lo capek gantian biar gue aja yang nyetir." celetuk Tara ketika mereka sudah hampir dua jam berkendara.

"Santai aja Tar. Lo duduk manis aja di situ." sahut Andre sambil melirik Tara dari kaca kecil di depannya.

"Pengertian banget lo memang." Tara menepuk bahu Andre dari belakang.

Sekali ini posisi Tara tepat di belakang Andre yang sedang menyetir. Freya berada di tengah dan Risa tetap pada tempatnya semula.

Di perjalanan pulang, suasana di dalam mobil tak seramai di awal keberangkatan mereka. Terlebih ketiga gadis itu lebih memilih untuk menyelam ke alam mimpi masing-masing.

Bukan tak tertarik lagi untuk menikmati perjalanan, hanya saja mereka benar-benar sudah kehabisan tenaga.

"Tara, lo serius nggak sih sama Freya?" tanya Andre tiba-tiba.

Spontan Tara menoleh ke arah kirinya, memastikan jika Freya dan Risa tak mendengar pertanyaan Andre.

"Menurut lo?!"

"Kalo lo emang serius, kenapa nggak lo ajak aja si Freya jadian?" tanya Andre lagi.

Tara diam sejenak.

"Lo sendiri kan tau gimana bokap gue, Ndre. Gue masih deket sama Freya aja bokap gue udah ngasih ultimatum ke Freya. Sampe ngancem bakal cabut beasiswa Freya lagi." papar Tara.

"Bokap lo emang parah sih Tar. Nggak jerah apa bokap lo sama kasusnya kak Aska?"

"Entah lah Ndre. Gue juga nggak ngerti sama jalan pikirannya bokap gue." Tara pun menghela nafas kasar.

"Tapi kalo di pikir-pikir mendingan bokap lo kali Tar, di bandingkan sama bokap gue yang udah kasar suka selingkuh pula." entah apa yang merasuki Andre hingga ia mau mencurahkan isi hatinya kepada Tara.

***

1
korokoro
kaget banget Tara, jangan nakal main cubit pipi aja/Scowl/
Julia H: namanya juga modus kak🤭
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!