NovelToon NovelToon
Kenzie Dan Goresan Takdir

Kenzie Dan Goresan Takdir

Status: sedang berlangsung
Genre:cintapertama / nikahmuda / One Night Stand / Hamil di luar nikah / Ibu Pengganti / Teen Angst
Popularitas:2.1k
Nilai: 5
Nama Author: DarmaWati212

Ini tidak hanya bercerita tentang cinta sejati yang harus terpisah karena kesalahan. Ini juga bukan hanya tentang kejadian MAB, yang menghancurkan masa depan dua remaja. Tetapi ini juga tentang keluarga.

Kisah seorang anak yang harus menanggung derita atas kesalahan mereka. Dia yang tak mengerti apapun dipaksa bertanggungjawab dan menanggung luka. Di buang oleh ibu kandung, dibenci dan tak diakui oleh ayah sendiri. Menyakitkan, namun inilah garis takdirnya.

"Papa, jika kehadiranku sebagai anak haram adalah aib, akupun tidak ingin terlahir jika sebagai penghambat kebahagiaan kalian."

"Papa, Tuhan telah menjawab doaku, Kenzie telah dianugrahkan penyakit yang bisa membuat papa bahagia kembali."

"Aku harap, papa akan mencintai bunda Nara dengan tulus, karena dialah cinta pertama dan terakhir papa. Dan tolong, jangan pernah ada penyesalan karena inilah takdir."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DarmaWati212, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 6

Rayhan, seorang lelaki yang telah berusia tiga puluh tahun, kini terdampar di dalam kamarnya yang terpatri dengan jejak waktu. Ruang yang telah lama terlupakan, namun masih terisi oleh aroma kenangan yang memancar begitu menggoda. Di sini, Rayhan tenggelam dalam lamunan yang merangkai masa lalu dengan jalinan ingatan yang menjelma menjadi pemandangan berwarna-warni dalam pikirannya.

Begitu jauhnya dia merenung, ruang dan waktu menjadi satu, membawa kembali kenangan manis ketika ia masih seorang anak berusia lima tahun, meraih hadiah berharga berupa kamar ini. Sebuah momen kebahagiaan yang merekah dengan riang gembira, diwarnai dengan senyum polos yang merekah di bibirnya yang masih muda.

Namun, seiring waktu berlalu, Rayhan merenung, bertanya-tanya apakah kilas balik itu bisa kembali menyapa dengan hangatnya seperti dulu. Wajahnya yang tampan terhiasi senyum tipis, membawa jejak nostalgia yang terukir begitu dalam dalam hatinya yang sunyi.

Namun, di tengah lamunan itu, ada sesuatu yang membangunkannya dari kenangan yang terlalu manis. Dengan gerakan cepat, langkah kakinya melangkah menuju sebuah laci yang telah bertahun-tahun terabaikan dalam keheningan kamar itu. Laci yang tetap setia menemani waktu, saksi bisu dari segala cerita yang terlupakan.

Dengan hati-hati, Rayhan membuka laci itu, seakan menyentuh sebuah bagian dari masa lalu yang tersembunyi. Di dalamnya, terdapat sebuah kotak berwarna merah biru, menarik perhatian dengan kilau kecil yang memancar dari dalamnya. Dengan lembut, ia memegang kotak itu, membawanya ke ranjang, tempat di mana rahasia-rahasia tersembunyi akan terungkap.

Senyumnya merekah kembali ketika matanya bertemu dengan sebuah cincin dan surat kecil, benda-benda yang membawa kembali ingatan yang terpendam begitu dalam. Surat yang ditulis dengan tulisan yang belum terampil, namun penuh makna, menyapanya dari masa lalu yang jauh, membawa cerita tak terduga tentang takdir yang tak pernah ia duga. Dalam kebingungan dan kecampuran perasaan, Rayhan merenung, menghadapi mimpi terburuk yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya.

Di dalam keheningan kamarnya yang sunyi, Rayhan merangkai kata-kata yang tergores dengan lembut di atas selembar kertas kecil yang ia temukan di dalam kotak itu. “Cincin ini cantik, ketika ada di jari manis mu,”demikian bunyi kalimat yang menguar di dalam benaknya, menghadirkan senyum simpul yang mengelitik di bibirnya.

Namun, senyum itu hanya bertahan sesaat, lalu berganti dengan gelak tawa pelan yang mengisi ruang kesendirian. Rayhan memandang catatan itu dengan tatapan penuh makna, mengenang masa-masa ketika dirinya terlena dalam permainan takdir yang begitu menggetarkan. Dia terkekeh pelan, menertawakan dirinya yang dulu begitu terbuai oleh pesona seseorang yang kini mungkin telah melangkah menjauh ke arah masa depan yang belum terpetakan.

Dengan langkah gemetar, Rayhan meraih dompetnya, membukanya perlahan, seolah menggali kembali cerita-cerita terpendam yang terpatri di dalamnya. Dari sana, ia mengeluarkan dua lembar foto yang telah menjadi saksi bisu dari setiap langkah perjalanan hidupnya.

Foto pertama, seorang bayi cantik tersenyum manis di dalam bingkai kehidupannya. Wajah mungil itu memancarkan kehangatan yang menghanyutkan, menghadirkan kembali ingatan akan pertemuan pertamanya dengan sang bayi yang menjadi pusat perhatian dan kegembiraan dalam hidupnya. Seorang putri kecil yangbpada satu titik dalam waktu, menjadi jalinan asmara yang penuh warna dalam benaknya.

Namun, bayang-bayang takdir yang tak terduga membawa mereka pada jalan yang berbeda. Rayhan menghela napas dalam-dalam, mengingat bagaimana Tuhan memutar roda takdir dengan cara yang tak terduga, merenggut janji-janji yang terucap di antara mereka.

Foto kedua menghadirkan gambaran yang lebih lengkap, menyatu dalam satu kesatuan yang menyayat hati. Di dalamnya, Rayhan tersenyum di samping bayi itu yang telah tumbuh menjadi anak perempuan yang menggemaskan, usianya telah tiga tahun. Foto itu menjadi saksi bisu dari ikatan yang pernah terjalin begitu erat di antara mereka, sebelum kebohongan mengintervensi dan memisahkan mereka dengan kejam.

Rasa sesal yang mendalam menyelinap di dalam hati Rayhan, seiring dengan mata yang berkaca-kaca tanpa disadarinya. “Maafin aku... Maaf karena telah melanggar janji ku,”bisiknya lirih, mencoba meredam kegelisahan yang merasuki setiap serat jiwanya.

Rayhan, lelaki yang terbiasa menghadapi setiap rintangan dengan kekuatan dan ketabahan, kini terdampar dalam samudra perasaan yang tak tertahankan. Dalam keheningan malam yang menyelimuti, ia merentangkan kehampaan yang melingkupi kepergiannya dengan satu kata yang terucap dari lubuk hatinya yang terdalam.

“Musim hujan... Aku rindu,”lirihnya dengan suara yang hampir tercekat oleh tangis, mengakui kerinduan yang selama ini terpendam dalam jiwa yang sepi. Rindu akan seseorang yang begitu ia sayangi, namun kini telah menjauh ke dalam bayang-bayang masa lalu yang tak terjamah.

Bola matanya terpaku pada gambar yang menampilkan bayi kecil yang begitu memesona. Kerinduannya memenuhi ruang hampa dalam hatinya, tak mampu diungkapkan dengan kata-kata biasa. Baginya, pertemuan sekali lagi dengan sosok yang begitu ia cintai akan menjadi anugerah yang tak ternilai harganya. Rayhan merasa dirinya tak akan melewatkan kesempatan itu, meskipun keberanian untuk menghadapinya terasa memudar di balik lapisan ketakutan yang menghantui.

“Tiba-tiba aku kembali... T-tapi ketakutan menguasai diriku untuk menemuimu. Janji yang telah ku ucapkan tampaknya akan tetap menjadi mimpi yang tak akan terwujud. Maafkan aku,”bisiknya dengan suara serak, isak tangisnya memecah keheningan yang menyelimuti kamarnya.

Ini adalah momen pertama dalam bertahun-tahun dimana kekuatan dan keteguhan hatinya mulai terkikis oleh gelombang emosi yang tak terduga. Rayhan, yang selama ini terlihat sebagai pilar kekuatan dan keuletan, kini tercerabut dari ilusi akan keabadian ketangguhannya. Sebuah pengingat bahwa tidak ada yang benar-benar tak terkalahkan, termasuk dirinya sendiri.

“Apakah takdir bisa diubah? Aku berharap bisa bersamamu, Queenara. Aku berharap kejadian itu tak pernah terjadi,”ucapnya dengan suara yang semakin bergetar, menciptakan dentingan getaran yang memecah keheningan ruangannya.

Air mata mulai mengalir di pipinya, membasahi pipi yang pernah dulu dihiasi dengan senyum kepercayaan diri. Rayhan menyadari bahwa menangis adalah bentuk pelepasan yang tak terelakkan, sebuah tanda bahwa di balik kedigdayaan seseorang, terdapat lapisan-lapisan kelemahan yang perlu ditemukan dan diakui.

Namun, di balik tirai yang rapuh dari kesendirian Rayhan, seorang remaja menyaksikan dengan hati yang bergetar di balik pintu yang terbuka sedikit. Dia merasakan setiap kata dan getaran emosi yang terpancar dari sang ayah, dan hatinya berdesir dengan pertanyaan yang tak terjawab. Apakah kehadirannya membawa makna yang berarti bagi sang ayah, ataukah hanya menjadi beban yang tak terucapkan?

”Queenara, aku ingin mengubah takdir,”seru Rayhan dengan suara yang gemetar, membiarkan setiap hurufnya terdengar dengan penuh keputusasaan. Namun, di balik keinginannya yang begitu kuat, terhampar juga pertanyaan yang menggugah hati.

Apakah ayahnya menyadari betapa sakitnya kata-kata itu bagi Kenzie, sang anak yang tak berdosa di tengah takdir mereka?

Namun, Kenzie harus menelan pahitnya pil kesedihan, lalu melangkah meninggalkan ruangan dengan hati yang teriris. Dalam usahanya menahan tangisan, Kenzie membawa beban perasaan bersalah yang berat di dalam hatinya. Kenzie merasa dirinya seperti terombang-ambing dalam samudra kesalahpahaman, tak mampu menyentuh hati sang ayah hingga saat ini.

Dalam keheningan yang menyelimuti ruangannya, Rayhan menghapus airmatanya dengan kasar, mencoba menyembunyikan kelemahan yang telah terungkap di mata dunia. Cincin yang tak akan pernah kembali bersemayam di jari Queenara kembali beristirahat di dalam kotaknya, menjadi saksi bisu dari kegagalan Rayhan dalam menggapai kebahagiaan yang begitu ia dambakan.

Ponselnya berdering, memecah keheningan yang menyergapnya. Suara ayahnya, Renra, menyusup masuk di balik bunyi bel yang membawa pesan kehidupan yang tak pernah berhenti berputar.

“H-halo, Pa?”serunya, berusaha menahan gejolak emosinya agar tak tercerai berai di hadapan ayahnya. Rayhan berharap agar Renra tidak mengetahui betapa rapuhnya dirinya pada saat ini, betapa banyak air mata yang telah ia curahkan untuk Queenara yang tak tergapai.

“Udah sampai?”tanya Renra dengan suara yang terdengar penuh kepedulian, meski jadwal kerjanya yang padat telah menghalangi kehadirannya di rumah.

“Iya, Pa. Aku sudah sampai di rumah,”jawab Rayhan dengan penuh kesopanan, berusaha menjaga kehormatan dan rasa hormatnya pada ayahnya, meskipun hatinya terluka oleh kekosongan yang tak terucapkan.

“Maaf, Papa akan tidak bisa pulang cepat malam ini. Dan mungkin kita tidak bisa makan malam bersama,”lanjut Renra, suara sesalnya terdengar jelas di seberang sambungan telepon.

Rayhan hanya tersenyum samar, menelan pil pahit atas kekosongan yang terus menghantui kehidupan keluarganya. Ayahnya yang sibuk di kantor, meninggalkan rumah yang sepi tanpa kehangatan keluarga yang seharusnya menyatukan mereka.

“Tidak apa-apa, Pa,”ucap Rayhan dengan suara yang rapuh, meski hatinya hancur oleh kekosongan yang terus membelenggu.

“Baiklah, Papa akan menutup teleponnya. Jaga mamamu, ya Rayhan?”pesan Renra, terdengar begitu hangat meski jarak yang memisahkan mereka begitu jauh.

“Iya,”jawab Rayhan singkat, merasa dirinya tenggelam dalam lautan rindu yang tak terucapkan.

Percakapan terputus, meninggalkan Rayhan dengan hati yang terguncang. Sejujurnya, rindu adalah hal yang tak asing baginya. Namun, dalam kesedihannya yang mendalam, Rayhan juga merindukan segala kenangan indah yang pernah dijalani bersama keluarganya, termasuk ayah dan ibunya yang selalu menjadi penopang di setiap langkah hidupnya.

Di dalam keheningan malam yang menyelimuti ruangannya, Rayhan merenungi keberadaan satu sosok yang begitu teramat ingin ia singkirkan dari benaknya. Setiap ingatan yang terkait dengannya menjadi seperti belenggu yang menahan Rayhan dalam gelombang kesedihan yang tak berujung. Kecelakaan tragis yang merenggut kebahagiaannya menjadi bayang-bayang yang mengejar di setiap sudut pikirannya, meracuni setiap percikan harapan yang mencoba tumbuh di dalamnya.

Dengan gerakan yang perlahan, Rayhan menyeret tubuhnya ke atas kasur king size yang menjadi tempat ia beristirahat. Selembar seprei dengan motif Spiderman menghiasi tempat tidurnya, menjadi saksi bisu dari kecintaannya pada pahlawan super yang telah menginspirasinya sejak lama. Barang-barang berbau Spiderman tersebar di sekelilingnya, mengingatkan akan obsesinya yang tak terbantahkan pada sosok yang penuh keberanian dan keadilan itu.

“Dalam mimpi, aku berharap bisa kembali menjadi diriku yang berusia empat belas tahun,”gumam Rayhan dengan suara yang hampir terselip di antara nafasnya yang terengah-engah.

“Kembali ke masa ketika segalanya masih baik-baik saja.”

Namun, dalam kegelapan yang menyelimuti pikirannya, harapannya tak terbendung pada keinginan untuk kembali ke masa lalu yang penuh kepolosan. Dalam keheningan itu, Rayhan mengungkapkan permohonan yang tersembunyi di dalam hatinya, dengan harapan bahwa Tuhan akan mengabulkannya.

“Andai Tuhan bersedia, aku tak akan meminta lagi. memohon untuk mengubah takdirku yang berat ini,”bisiknya dalam doa yang tak terucapkan, menggambarkan betapa dalamnya rindu akan kebebasan dan ketenangan yang telah lama ia kehilangan. Ia menginginkan setidaknya sepotong kehidupan yang tak terbebani oleh beban dan tanggung jawab yang melekat di pundaknya.

Lalu, dengan mata yang terpejam, Rayhan membiarkan dirinya tenggelam dalam alam mimpi yang tak terjangkau. Ia berharap agar setidaknya di sana, di alam mimpi yang indah, ia bisa kembali merasakan hangatnya pelukan masa lalu, menghirup udara kebebasan yang telah lama ia rindukan. Masa terindah yang menjadi penjaga impian Rayhan, di tengah gemuruh dunia yang tak henti menghantamnya dengan gelombang kehidupan yang tak terduga.

1
Lady Orlin
iya lho, jarang koneksi secwpat ini apalagi sama org yg baru ketemu😌
Lady Orlin
Yah kenzie pulang😮‍💨
Lady Orlin
pasti sakit bgd jadi Rani, udah kyk anak sndiri Kezie wlp sbnernya cucunya
Lady Orlin
serius? khawatir kenapa dok🥺🥺
Lady Orlin
Hey jgn diperhatiin lagi bobo😆😆
Lady Orlin
aku dukung Alvaro lamar Nara🔥🔥
Lady Orlin
trnyataoh trnyata Nara anak Nadya🙃
Lady Orlin
lagi mikirin cowo lain tuh Al😆😆
Lady Orlin
Lho nara mash kesemsem ama Rayhan🤣🤣
Lady Orlin
wow so sweet, smoga langgeng yahh😍
Lady Orlin
Nadya baik bgd pdhl Kenzi org baru dikenal🤩
Lady Orlin
rumit kl kamu gak cari jalan kekuar Ray, jangn cuma dioendam tapi cari jln kluar
Lady Orlin
Segini dulu kak, nnti aq lanjutt .. kerennn, semangattt syelalu🔥🔥
Lady Orlin
Pasti ngarep bgd ya Ken Keluarga sendiri sebaik Kel. Nadya😭😭
Lady Orlin
Wah ati2 Ken sama org yg baru aja dikenal😌
Lady Orlin
Kok aku OVT Nadya ibu kandunf Kenzi😨😨
Lady Orlin
Apa Nadya ada hubungannya sama Kenzie?
Lady Orlin
Saking udh sayangnya sama Kenzii😭😭
Lady Orlin
siapa Nyonya ini? Hmmm
Lady Orlin
seseuknya sampe sini Ken😭😭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!