NovelToon NovelToon
SHOTGUN

SHOTGUN

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Balas Dendam / Dendam Kesumat / Persaingan Mafia
Popularitas:8.9k
Nilai: 5
Nama Author: Elisabeth Patrisia

Alya Mackenzie Armstrong.

Dia hanyalah gadis berumur 22 tahun yang sudah banyak melewati masa-masa sulit bersama keluarganya. Dia sangat menyayangi keluarganya, terutama adik perempuannya, Audrey.

Hingga suatu saat musuh keluarganya dari masa lalu kembali datang dan menghancurkan semua yang sudah ia lindungi. Ditambah dengan sesuatu mengejutkan yang tak pernah ia ketahui terungkap begitu saja dan menjadi awal kehancuran bagi dirinya.

Apakah Alya masih mampu melindungi keluarganya dari musuh mereka?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elisabeth Patrisia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

19th : Find Him

Tak...

Sebuah anak panah menancap sempurna di pohon, tepat beberapa inci dari kepala sasarannya. Dari kejauhan, Alya hanya menyunggingkan smirknya. Kemudian, Alya melangkahkan kakinya menuju balkon kamarnya dan orang tak dikenal itu dapat melihatnya dengan sangat jelas. Dengan wajah yang tertutupi sepenuhnya oleh sebuah kain berwarna hitam dan hanya memperlihatkan matanya, ia menatap tajam Alya lalu mengambil anak panah yang Alya tembakan ke arahnya dan beranjak dari tempatnya sembari mengendap - endap.

"Ckck... Bagaimana pun keadaannya, aku tidak akan pernah membiarkan kalian menyentuh mereka.. Bitch!!!"  cerocos Alya pada dirinya sendiri dengan kedua tangan terkepal di sisi tubuhnya.

Alya masih pada tempatnya, dan belum beranjak barang sesenti pun. Tiba - tiba terlihat Jack dan kedua anak buahnya menuju halaman bagian barat tepatnya pohon yang sama yang menjadi sasaran Alya. Alya hanya memperhatikan mereka dalam diam, hingga Jack berbalik dan melihat ke arahnya. Dari tempatnya, Jack dapat melihat putrinya berdiri di balkon kamarnya sembari memegang Crossbow Gun. Baru saja Jack ingin membuka mulutnya, Alya berbalik dan masuk ke dalam kamarnya tanpa menghiraukan Jack yang menatapnya penuh tanya.

Selang beberapa menit, baik Alya maupun Jack kembali ke ruang makan dan melanjutkan aktivitas mereka yang sempat tertunda. Saat mereka kembali, terlihat Audrey yang ketakutan dengan tubuh yang gemetar. Aletta mendekapnya erat dan berusaha menenangkan putri kecilnya. Alya hanya tersenyum kecut melihat itu.

Maafkan aku... Mungkin setelah ini kau akan merasakan ketakutan yang lebih besar dari ini. Maaf... Batin Alya.

Alya duduk di tempat mereka masing - masing tanpa berniat mengatakan sepatah kata pun. Kemudian, Jack menatap iba Audrey yang terlihat ketakutan dalam dekapan Aletta.

"Audrey?! Tenanglah! Keadaan sudah aman! Kau tidak perlu takut lagi" seru Jack.

"Tapi, Audrey takut daddy..." cicit Audrey semakin mengeratkan tangannya yang melingkar di pinggang Aletta, sang mommy.

Aletta mengusap lembut punggung putri bungsunya dan mencoba membujuknya.

"Audrey?! Come on! Semuanya sudah aman. Mereka sudah pergi. Jangan takut! Ada kami yang akan menjagamu" kata Aletta dengan sangat lembut. Mendengar itu, Audrey pun melepaskan tangannya dari tubuh Aletta dan menggeser kursinya ke tempat semula.

Sementara Alya hanya diam sembari melahap makan malamnya, hingga suara bariton terdengar menggema di ruang makan.

"Siapa mereka?!" ceplos Jack dengan tatapan penasaran. Alya yang merasa pertanyaan itu ditujukan untuknya pun meletakkan sendok dan garpu yang ia pegang lalu menatap Daddynya dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Mereka... Mereka adalah bagian dari Black Hawk. Mereka anak buah Carlos" jawabnya santai lalu menegak segelas air putih hingga tandas. Namun, Jack hanya terdiam dan tak percaya apa yang Alya katakan.

"Alya?! Apa kau yakin tentang itu?!" tanya Jack lagi.

"Yah! Bukankah Daddy sudah mengetahuinya lebih dulu. Tapi, daddy selalu menutupinya dariku" tukas Alya dengan tangan terlipat diatas meja.

"Bagaimana bisa kau seyakin itu?!" timpal Jack tak percaya.

"Karena aku pernah berhadapan langsung dengan putri bodohnya itu!" ucap Alya dengan penuh penekanan.

"Kenapa kau tidak memberitahu daddy?" cerocos Jack yang membuat Alya berdecak.

"Ckck.. Bukankah daddy yang lebih dulu menutupinya dariku?" balas Alya yang justru balik bertanya yang membuat sang daddy diam seribu bahasa.

"Alya?!" panggil sang mommy dengan tatapan yang terlihat lemah.

"Yah" Alya menoleh cepat pada Aletta dengan salah satu terangkat.

"Apa kau sudah bertemu dengan Carlos?!" tanya Aletta dengan hati - hati.

"Sejauh ini, aku belum bertemu dengannya.." jawab Alya dengan kepala yang menggeleng pelan, sontak membuat Aletta menghembuskan napasnya lega. "Memangnya kenapa?" timpal Alya merasa aneh.

"Tidak. Alya?! Mommy mohon! Sebisa mungkin untuk tidak berhadapan dengannya!" pinta Aletta dengan mata yang berkaca - kaca.

"Akan aku usahakan"

"Mommy hanya tidak ingin kau terluka karenanya.."

"Yeah, i know, mom. Jangan khawatir!"

Alya hanya bisa mengiyakan permintaan Aletta, karena ia tak tega jika harus bertanya lebih banyak tentang itu. Ia takut sesuatu justru membuat sang mommy merasa sedih. Tetapi, Alya meyakini satu hal saat melihat ekspresi sang mommy setelah mendengar nama itu. Jika pria bernama Carlos itu, pernah menyakiti mommynya. Tanpa sadar Alya mengepalkan tangannya yang berada diatas meja.

"Bastard!" umpat Alya dengan suara yang hampir tak terdengar.

🔫🔫🔫

Sudah hampir satu bulan, Alya tak mendapat kabar dari Kalbert. Entah kenapa pria itu mendadak hilang dan sulit ditemukan. Bahkan, sudah beberapa kali Alya pergi ke rumah sakit tempatnya bekerja tetapi ia tak menemukan tanda - tanda keberadaan pria itu. Nomornya pun sulit untuk dihubungi, sekalinya tersambung tak satu pun panggilannya diterima oleh Kalbert. Pria itu mulai menghilang saat terakhir kali ia datang ke rumahnya. Dan itu berhasil membuatnya sangat cemas. Alya sangat takut jika sesuatu yang buruk telah terjadi dan itu karenanya. Setelah meyakinkan dirinya, Alya mengambil kesempatan meminta Calvin, sahabatnya untuk melacak nomor ponsel Kalbert. Dan untung saja, nomor ponselnya berfungsi dan menunjukkan titik keberadaan Kalbert. Walaupun terbesit dalam benaknya rasa tidak yakin, karena bisa saja Kalbert dan ponselnya berada di tempat yang berbeda. Tetapi, Alya menepisnya dan berusaha menyakinkan dirinya sekali lagi.

Dan saat ini, Alya sudah berada di depan gerbag sebuah mansion mewah. Dengan hati - hati, Alya menekan bel yang berada pada tembok yang berada disamping kiri gerbang. Selang beberapa detik, terdengar suara seseorang.

"Bisa tolong katakan? Siapa anda? Dan ada keperluan apa anda datang kesini?" ceplos seseorang entah dimana. Alya pun mendekatkan mulutnya pada speaker dan mengatakan apa yang ingin ia jawab.

"Saya Alya Mackenzie. Saya teman Mark Kalbert. Saya datang kesini karena ingin bertemu dengannya" ujar Alya dengan mantap.

"Maaf, untuk saat ini tidak ada yang diizinkan untuk menemuinya"

"Kenapa?"

"Kami tidak bisa memberitahunya"

"Astaga! Aku mohon, aku ingin bertemu dengannya sebentar saja"

"Maaf, tidak bisa" tukas seseorang disebrang sana bersamaan dengan bunyi tet.. Menandakan speaker tersebut telah dinonaktifkan. Alya menghela napasnya kasar, lalu menjongkokkan tubuhnya dengan kepala tertunduk.

Tin... Tin...

Terdengar klakson yang cukup memekakan telinga. Alya pun bangkit dan melihat ke arah sebuah mobil yang datang dan menghampiri mobil itu. Sebelum Alya mengetuk kaca mobilnya, kaca telah terbuka dan memperlihatkan seorang pria paruh baya yang duduk di kursi belakang. Alya membungkuk sedikit lalu menyapanya sopan.

"Selamat siang, tuan" sapanya.

"Ada keperluan apa anda di rumah saya?" tanya pria paruh baya itu dengan wajahnya yang ramah.

"Maaf, tuan. Saya Alya Mackenzie. Saya teman Mark Kalbert. Saya hanya ingin bertemu dengannya.. Karena sudah hampir sebulan, tak ada kabar darinya. Saya hanya ingin memastikan keadaannya. Itu saja. Tapi, penjaga anda melarang saya.. Tolong izinkan saya, tuan. Saya hanya ingin bertemu dengannya sebentar saja"

"Baiklah, kau bisa masuk"

"Ah, terima kasih, Tuan. Terima kasih banyak"

Setelah itu, gerbang pun terbuka dan Alya pun bergegas masuk ke dalam mobilnya dan melajukan mobilnya masuk ke pekarangan rumah itu.

Saat memasuki rumah tersebut, Alya hanya  mengekor di belakang pria paruh baya yang telah mengizinkannya tadi.

"Kau?!" tunjuk pria patuh baya itu pada salah satu pelayannya.

"Iya, tuan. Ada yang bisa saya bantu?" tukas pelayan itu sembari membungkukkan tubuhnya.

"Antarkan dia untuk bertemu dengan Mark" titah pria paruh baya itu.

"Tapi, tuan. Tuan muda tidak bisa---"

"Dia temannya. Dan dia hanya ingin melihat keadaan Mark. Antarkan saja dia kesana!" tegas pria paruh baya itu lagi lalu beranjak dari tempatnya.

"Baik, tuan" sergah pelayan itu cepat. "Mari nona! Ikut saya!" ajak pelayan itu dan Alya hanya mengangguk dan mengikuti langkah pelayan itu dari belakang.

"Hm.. Kalau saya boleh tahu, kenapa Kal-- eh maksud saya Mark tidak bekerja belakangan ini?"

"Maaf, nona. Saya tidak bisa mengatakan apa - apa. Sebaiknya nona melihatnya sendiri" jawab pelayan itu penuh makna tersirat. Alya hanya mengerutkan dahinya seolah ada sesuatu yang mereka tutupi.

Apa yang sebenarnya terjadi pada Kalbert? Apa sesuatu yang buruk telah terjadi padanya?

Pelayan itu menghentikan langkahnya saat mereka tiba di depan sebuah ruangan, yang Alya yakini itu adalah kamar Kalbert.

"Ini ruangannya. Mari!" ucap pelayan itu lalu membukakan pintu ruangan itu. Alya menutup mulutnya dengan kedua tangannya saat melihat pemandangan yang jauh dari kata baik.

"Kalbert?!" ceplosnya. Melihat reaksi Alya, pelayan itu pun segera meninggalkan ruangan itu meninggalkan Alya dan Kalbert berdua.

"Nona, kalau begitu saya permisi" pamit pelayan itu yang tak dihiraukan Alya.

Alya melangkahkan kakinya mendekat dengan susah payah, entah kenapa kakinya begitu berat. Alya tidak menyangka jika selama ini pria yang sayangi terbaring lemah diatas tempat tidur dengan alat - alat yang terpasang di tubuhnya. Entah apa yang sudah terjadi pada pria itu. Alya mengambil posisi di sebelah kiri Kalbert dan menatap nanar alat - alat yang ada disana.

"Apa yang terjadi padamu? Kenapa kau bisa seperti ini? Kalbert?!" ucapnya lalu mendudukkan bokongnya disisi yang kosong tempat tidur di sebelah kiri. Kemudian, menggenggam tangan Kalbert yang terpasang infus.

"Kalbert?! Kau--" Alya menundukkan kepalanya saat sesuatu seakan mendesak di dalam dadanya. Napasnya seakan tercekat di tenggorokannya bersamaan dengan air mata yang mulai meleleh dari pelupuknya.

"Kalbert?! Maaf, karena aku terlambat datang padamu. Kalbert?! Kumohon bertahanlah!" kata Alya lalu mengecup punggung tangan Kalbert.

💢💢💢

1
Protocetus
up
Feby Gudu
❤❤❤
Rossy Annabelle
seruuu banget sih🔥next 🤯
Rossy Annabelle
next thor
anggita
Alya... 👌💪
anggita
like👍+☝iklan... semoga sukses novelnya.
Elisapat17: Thank ypu say❤
total 1 replies
anggita
visualisasi tempatnya... bagus👌
ℕaᷡiᷧa᷿᷍℘
keren
Protocetus
Min kunjungin ya novelku, bola kok dalam saku
ATAKOTA_
Kren bgt ceritanya terus berkembang Thor 😊
Elisapat17: Thank you say🥰
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!