Bagaimana rasanya di tinggalkan untuk selamanya di hari pernikahan. Hari yang harusnya membuat bahagia, namun itu membuat luka.
Dan gadis cantik itu pun harus menerima cacian dan makian, juga di cap sebagai gadis pembawa sial.
Lalu tiba-tiba, ada seorang laki-laki yang bersedia menikahinya agar membuang kesialan itu. Laki-laki yang tidak dia kenal sama sekali, tiba-tiba menjadi suaminya.
Siapakah Laki-laki itu? Dan bagaimanakah kehidupan rumah tangga mereka? Apakah cinta akan tumbuh di hati mereka?
Simak yuk, hanya di Novel ini
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nurmay, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pembalasan
"Raan…!" panggil Lisa dengan berteriak sampai menggema ke seluruh ruangan.
''Apa Lis, kenapa harus berteriak segala, aku disini,'' seru Kiran yang menutup telinganya.
''Kemarilah,'' Lisa menarik lengan Kiran dan membisikkan sesuatu ketelinga nya.
''Semua orang sedang bergosip tentang mu, mereka mengatakan kalau kamu sudah satu rumah dengan sugar Daddy mu,'' bisik Lisa yang di susul dengan tawanya yang garing.
Kiran yang mendengarnya ikut tertawa. Kedua gadis itu benar-benar merasa lucu karena orang sangat mudah membicarakan seseorang tanpa tahu kenyataan yang sebenarnya.
"Biarkan saja mereka bicara apa, yang penting aku tidak melakukan hal yang berdosa,'' ucap Kiran dan di benarkan Lisa.
Jam mata kuliah pun berlangsung selama dua jam, dan selama itu Kiran terus menjadi pusat perhatian para mahasiswa yang satu kelas dengannya mereka, bukan hanya Kiran, Lisa pun ikut terseret karena mereka memang bersahabat.
Tapi kedua gadis itu tidak sama sekali mendengarkannya. Dan bahkan bukan hanya mahasiswanya saja yang membicarakan Kiran, dosen mereka pun ikut mempertanyakan itu.
Selepas kelas bubar, Kiran dan Lisa yang baru saja akan keluar dari kelas di panggil oleh oleh nyonya Maria dosen mereka untuk ikut dengannya keruang dosen.
Kiran dan Lisa tentu kebingungan karena tanpa ada angin dan hujan dia malah di panggil keruangan dosen.
''Ran, kamu lupa bayar uang semester ya?''
''Hah? apa iya, sebentar aku tanya ke Mas Agra,'' ucap Kiran yang langsung bertanya dengan Agra melalui pesan singkat.
''Cie... sudah merubah panggilan ya?'' ledeknya yang membuat Kiran tersipu malu.
Setibanya mereka di sana, keduanya diminta untuk duduk di sofa panjang menghadap nyonya Maria yang sudah duduk lebih dulu.
Raut wajah dosen itu tidak sama sekali ramah, menatap sinis pada Kiran yang bahkan memberikan senyumannya.
''Maaf, apa kami melakukan kesalahan?'' tanya Lisa tanpa basa-basi.
''Kalau di panggil kesini pastinya ada sesuatu yang harus saya pertanyakan pada kalian berdua.''
''Ada apa ya, Bu?''
''Nyonya! bukan Bu, saya bukan ibumu!'' cetus Maria dengan sombongnya.
Kiran yang mendengarnya hanya menghela nafasnya dengan berat karena mendengar ucapan 'aku bukan ibumu' entah kenapa hatinya merasa sakit.
''Langsung pada intinya saja, kesalahan apa yang kami perbuat?'' Lisa menyela, dia merasa kesal dengan cara Maria berkata pada Kiran.
''Apa benar di antara kalian ini, simpanan pria beristri? dan bahkan sudah satu rumah?''
Kiran dan Lisa saling menatap, merasa aneh dengan pertanyaan semacam itu, yang bahkan tidak pantas di pertanyakan terlebih lagi itu hanyalah kabar burung saja.
''Maaf nyonya Maria yang terhormat! apa itu sekedar pertanyaan atau memang dituduhkan kepada kami?'' Lisa menjawabnya lebih dulu ketika Kiran akan membuka mulutnya.
''Anggap saja begitu, tapi saya harap mahasiswa disini tidak ada yang mencoreng nama baik fakultas ataupun universitas, kalian paham?''
''Sebelumnya terima kasih Nyonya Maria karena telah begitu perhatian pada kami. Tapi kami pastikan, kami tidak akan mencemarkan nama baik universitas Gunadarma ini. Karena selama ini kami selalu bersikap sewajarnya dan tidak pernah melakukan kesalahan,'' ujar Kiran dengan penegasan di setiap kalimatnya.
''Eleehh... bersikap sewajarnya konon! lalu tempo hari yang aku lihat berpelukan dengan sang Robby, siapa?'' ucap Maria dengan bergumam namun ternyata masih terdengar jelas oleh Kiran maupun Lisa.
''Nyonya Maria, saya pikir seorang dosen itu mencari mahasiswanya hanya sebatas membahas mata kuliah saja, bukan bertanya tentang hal pribadi. Kami permisi! ayo Ran!'' Dengan jengkel Lisa menarik tangan Kiran untuk segera pergi dari sana.
Menyebalkan memang bertemu dengan dosen seperti itu. Tapi Kiran dan Lisa cukup mengerti sebenarnya arah pertanyaan itu kemana, karena memang yang mereka tahu sejak dulu Maria sangat menyukai Robby, dan mungkin saja dengan masalah ini, dia bisa membalasnya.
''Si Maria itu menyebalkan sekali ya, ingin ku cabik-cabik bibirnya yang merah merona itu'' sungut Lisa sambil tangannya memperagakan seperti sedang merobek sesuatu.
''Sudah, sudah. Kamu ada kelas lagi setelah ini?''
''Ada, kamu?''
''Ada, tapi hanya perkumpulan mahasiswa dan kating, membahas Statistika , setelah itu selesai.''
''Ya sudah kalau begitu kita cari makan dulu ya, aku lapar,'' ajak Lisa dan di angguki Kiran.
Kiran dan Lisa memutuskan untuk pergi ke kantin, dan sesampainya mereka di sana, semua mata tertuju pada mereka dengan disusul bisikan demi bisikan yang terdengar samar-samar ketelinga Kiran dan Lisa.
''Biarkan saja, anggap saja mereka sedang mengurangi dosa kita,'' bisik Kiran pada Lisa yang dia menyadari kalau Lisa baru saja ingin menyemprot orang-orang disana.
Mengambil baris antrian, Lisa dan Kiran seketika diasingkan. Ya begitulah pengaruh gosip yang tidak mengenal fakta.
''Lis?!'' panggil seseorang dari meja nomor 21.
Lisa menoleh dan mengangkat alisnya sebagai jawaban panggilan dia. ''Makanlah sepuasnya karena pasti kamu akan ditraktir makan dengan Kiran!'' ucap seseorang itu dengan suara yang lantang.
''Iya, Kiran kan pasti banyak duit! maklum dia kan simpanan pria beristri!'' timpal yang lainnya dan di susul dengan gelak tawa penuh hinaan untuk Kiran yang hanya bisa mengulumkan senyumannya pada Lisa yang menatapnya iba.
''Dan kalian! apa mau juga makan gratis? kali ini aku yang bayar, bagaimana?'' balas Lisa dan disambut dengan sorakan senang.
''Dasar orang-orang tidak tahu malu, setelah menghina sekarang bersorak kegirangan karena traktiran,'' seru Lisa yang sengaja di kencangkan.
Setelah mendapatkan makanan yang mereka mau, Kiran dan Lisa pun segera mencari meja yang kosong. Duduk di sana hanya berdua saja. Tapi bagi mereka itu tidak masalah.
Makan dengan hening, dan sesekali Lisa mendengus kesal karena harus mendengar cibiran dari orang yang makan disana.
''Kiran! hubungan mu dengan Edo bagaimana? apa karena Sugar Daddy mu itu, Edo kamu campakan begitu saja?'' tanya seorang wanita yang duduk di sebrang mejanya.
''Heh! diam kau Bigos! terlalu ingin tahu urusan orang bisa mempercepat kematian, kau tau itu!'' sarkas Lisa dengan kesal.
''Cih, aku kan hanya bertanya.''
''Bertanya-bertanya, pala kau bertanya!'' Kiran tertawa mendengar jawab Lisa yang memakai logat daerah asalnya itu, di tambah lagi raut wajah Lisa yang sudah tidak bisa terkontrol kesalnya.
Tak tak tak..
Suara deru dari sepatu pantofel terdengar nyaring, seorang pria berpakaian formal saat ini tengah berjalan kearah seseorang yang duduk di sudut kantin. Semua mata tertuju padanya terkecuali Kiran yang memang duduknya membelakangi seseorang yang datang itu.
Lisa melirik sebentar dan seketika matanya terbelalak karena melihat seorang pria yang tampan dan tidak asing dimatanya. Dengan mulut yang penuh Lisa menepuk-nepuk tangan Kiran dan mengerlingkan matanya pada Kiran untuk segera menoleh ke arah seseorang yang datang itu.
Tapi Kiran tetap makan asik karya tidak mengerti apa yang di maksud dengan Lisa.
''Isshh, Ran! lihat itu siapa yang datang?'' bisik Lisa dan Kiran pun menoleh ke belakang, menatapnya mengerjap beberapa kali karena ingin memperjelas penglihatannya.
Dan sama dengan Lisa, Kiran pun terbelalak karena yang dia lihat saat ini adalah Agra, yang berjalan ke arahnya melalui mahasiswa yang menatap penuh mendamba ke arah Agra.
''Sayang?!'' panggil Agra dengan suara yang sangat jelas, jelas di dengar oleh semua orang.
Kiran dibuat panik dan gugup, ia tidak menyangka kalau Agra akan datang ke area tempatnya belajar, terlebih lagi memanggilnya dengan panggilan yang biasanya ia lontarkan di saat hanya berdua. Rona wajah Kiran semakin memerah ia benar-benar malu saat ini.
Tapi berbeda dengan Lisa yang merasa puas karena melihat wajah-wajah orang yang telah menghina Kiran saat ini terlihat syok.
''Makan lah kau, cibiran kalian itu. Nganga kau kan!'' gumam Lisa menatap lucu pada orang-orang disana.
Agra langsung duduk di samping Kiran dan meraih gelas minuman Kiran lalu menyedotnya done sedotan yang sama dengan Kiran.
''Mas, haus? biar aku pesankan ya,'' kata Kiran dengan sedikit berbisik dan sudah bersiap akan beranjak namun tangannya di tarik lagi oleh Agra.
''Tidak perlu, Mas hanya ingin minta minuman istri Mas saja,'' ucap Agra dengan lantang, selantang-lantangnya. Sehingga semua orang yang mendengarnya ikut terkejut begitu juga Kiran yang sudah melebarkan matanya karena syok dengan jawaban Agra.