Monika terpaksa menikah dengan Herman, pria itu selalu dingin dan cuek tidak peduli. Tidak ada cinta dalam rumah tangga mereka, yang ada hanya keterpaksaan.
Setelah pernikahan, begitu banyak cobaan yang Monika hadapi. Suami yang selalu dingin dan mertua yang tidak menerima kehadiran nya, bahkan usaha mereka untuk menyingkirkan Monika dari hidup Herman.
Sebelum nya Monika sempat menolak keras saat Herman datang untuk melamarnya. Alasan pernikahan mereka bukan cuma karena malam yang pernah mereka habiskan bersama tanpa di sengaja, tetapi juga karena Adik Monika sendiri.
Ternyata, tanpa Monika ketahui, selama ini dia sudah menyakiti sang adik dan bahkan hampir membunuhnya. Adiknya itu adalah wanita yang sangat Herman cintai.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jumli, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perasaan Herman
Di sinilah sekarang Herman berada, duduk menunggu kedatangan Ananda dengan sabar.
"Pak, mau pesan apa?"
Salah satu pelayan datang bertanya pada pengunjung, yaitu Herman.
"Nanti, teman saya akan datang sebentar lagi," kata Herman lalu pelayan itu kembali pergi.
Cukup lama Herman menunggu, Ia tidak tahu setelah ini masih akan bertemu dengan Ananda lagi atau tidak. Maka Herman akan menunggu walau sampai malam sekali pun.
Dari tadi Herman tidak lepas menatap pintu Restoran, menanti Ananda muncul dari sana. Akhirnya yang di tunggu-tunggu pun datang, Herman tersenyum lalu berdiri dan memanggil.
"Anna."
Wanita itu mendekati Herman setelah tengok kanan kiri. Herman juga menarikan kursi untuk Ananda duduki, wanita itu sangat senang mendapat perhatian dari Herman, ia juga tidak lupa berterima kasih.
'Anna, andai aku datang lebih awal' batin Herman hanya bisa menerima dengan pasrah.
Ananda meminta maaf kepada Herman atas dirinya yang tidak bisa di hubungi. Herman juga memaklumi dan bisa menerima.
Singkat cerita, mereka pun mulai makan dengan tenang sebelum Herman memulai pembicaraan nya. Ia tahu Ananda sudah berbeda dengan dulu, wanita itu juga sejak bertemu sebelumnya, terkesan seperti menjaga jarak mereka.
Namun Herman ingin tetap mengatakan isi hatinya walau mendapat penolakan sekali pun. Ini agar hati nya lega melepaskan Ananda.
"Anna," panggil Herman setelah meja makan mereka telah bersih dan menyisakan minuman saja.
"Ya?" wanita itu menyahut.
"Aku ingin bicara sesuatu denganmu," tutur Herman.
"Iya, katakan saja," ujar Ananda menunggu dengan tidak sabar.
"Sebenarnya, aku ingin mengatakan_"
Herman men jeda perkataannya lalu meraih kedua tangan Ananda.
Herman tahu ini salah, tapi dia melakukan ini agar perasaan nya tidak sakit.
"Hmmm, kamu kenapa?" tanya Ananda pelan.
"Sebelumnya aku ingin bertanya, apa di usiamu sekarang ini..., kamu belum menemukan pria yang serius dengan mu?" tanya Herman serius. Apakah Ananda masih juga mau menutupi semuanya dari dirinya.
"Kenapa kamu bertanya seperti ini? Apa sekarang kamu sendiri sudah punya seseorang yang di sukai?"
Herman malah kembali mendapatkan pertanyaan dari Ananda. Pria itu hanya menatap lekat kedua netra Ananda.
"Iya, aku sudah menyukai wanita itu sejak dulu," kata Herman
"Benarkah? Kalau begitu kenapa baru cerita sekarang!"
Herman mendapatkan cubitan dari Ananda.
"Aww. Anna, cubitanmu enak sekali," ringis Herman pura-pura.
"Cemen sekali, segitu saja sudah merasa sakit."
Ananda kembali menancapkan dua jarinya di kulit Herman dan pria itu tidak meringis lagi tapi kembali mempertahankan genggamannya pada tangan Ananda.
"Anna, aku ingin mengutarakan perasaan ini pada gadis itu," katanya yakin.
"Apa kamu memerlukan bantuan ku? Aku siap membantumu," kata Ananda mencoba memberi dukungan.
"Iya, aku memang membutuhkan bantuan mu," ujar Herman. Entah mengapa mendengar tanggapan seperti itu hati nya semakin sakit teriris.
"Tapi sebelum itu, kamu jawab dulu pertanyaan ku tadi," lanjutnya.
"Pertanyaan? Yang mana?" tanya Ananda terlihat bingung.
"Soal seseorang yang kamu sukai." Herman berkata sambil tersenyum, seolah dirinya tidak tahu apa-apa.
"Oh, soal itu," gumam Ananda yang masih bisa Herman dengar.
"Anna, kenapa kamu hanya diam."
Wanita itu nampak terkejut lalu tersenyum.
"Herman, Aku belum punya seseorang yang bisa di katakan Aku mencintai nya," kata Ananda.
Herman hanya meringis dalam diam.
'Namun kamu sudah di miliki orang' batin nya pedih.
"Benarkah?" tanya Herman. Walau tahu semua kenyataan mya, tapi dia tetap akan mengatakan semua perasaan nya pada Ananda dan seakan tidak pernah tahu apa-apa.
"Ananda," panggil Herman lagi dengan sangat lembutnya.
"Bisakah kamu menumbuhkan perasaan itu untuk ku," pinta Herman.
Herman sebenarnya menertawakan dirinya sendiri, bagaimana kata-kata itu masih saja mau keluar. Padahal dia sendiri tahu Ananda sudah tidak mungkin di milikinya.
Herman tahu prinsip wanita itu, maka jika pun Herman meminta dan menawarkan untuk mengganti rugi. Ananda tetap akan menolak pertolongannya nya, kecuali jika dirinya sudah tidak bisa berbuat apa-apa lagi untuk dirinya sendiri.
"Herman..., Kamu_"
Ananda terkejut dengan apa yang di dengarnya.
Itu artinya, yang tadi baru saja Herman katakan adalah dirinya?
"Ya, Anna. Aku mencintaimu," ungkap Herman sambil tersenyum, berharap cintanya itu tidak bertepuk sebelah tangan. Namun nyatanya hanya khayalan Herman saja.
Ia bahkan merasakan Ananda ingin melepaskan kedua tangannya dari genggaman Herman.
"Tolong jangan lepaskan dulu," pinta Herman dan Ananda menurut.
"Herman, Aku tidak bisa," lirih Ananda merasa serba salah.
"Kenapa Anna, bukan kah tadi kamu mengatakan belum mencintai siapapun?" tanya Herman.
"Aku siap menunggu dan menumbuhkan cintamu untukku," lanjutnya lagi dengan wajah lembut. Berharap Ananda mau mengatakan, 'Ya' Agar Herman menunggu. Herman tahu wanita itu hanya menikah kontrak saja, dan kontrak nya sebentar lagi akan berakhir.
Bahkan jika Ananda setuju, Herman siap menunggu selama lima tahu lagi.
"Bukan soal itu. Selama ini aku sudah menganggap mu seperti kakak laki-laki ku. Kamu adalah pria yang baik dan sangat penyayang serta bertanggung jawab," tutur Ananda.
"Kamu pantas mendapatkan wanita yang lebih baik dari diriku, Aku ini hanyalah gadis miskin dan tidak memiliki Ayah," lanjutnya sedih dan menitikkan air mata.
Rupanya dia hanya di anggap seperti Kakak. Hanya seperti itu, tidak lebih. Tawa sedih kembali menggema dalam hati Herman, tapi dia harus tetap terlihat baik-baik saja di depan Ananda.
Herman terus saja memberikan Iba pada dirinya sendiri.
"Tidak Ananda. Di mataku, kamu adalah wanita hebat dan juga cantik serta layak menjadi pasangan ku. Tolong, bersedia lah untuk mencintaiku," pinta Herman tetap tersenyum walau matanya terlihat jelas memancarkan kesedihan.
"Tapi aku tidak bisa, Herman," ucap Ananda tersedu dan tertunduk.
"Apa yang mencegah mu Anna? Kamu bisa, kita bisa bersatu."
Herman semakin mempererat genggamannya saat Ananda kembali mencoba untuk melepaskan tangan itu.
"Aku sudah menikah."
'Aku sudah menikah ' kalimat itu seakan kembali terulang dalam benak Herman.
Perlahan ia melepaskan tangannya yang menahan jari-jemari Ananda yang begitu lembut. Entah mengapa dia tidak sekuat kenyataannya, padahal dia sudah menebak akan ada seperti ini. Tapi Herman tetap saja berharap Ananda mau berjuang dengan nya
"Maaf Herman," kata Ananda menunduk karena merasa bersalah.
Herman terduduk lemas di atas kursinya.
Mendengar permintaan maaf dari wanita yang teramat sangat di cintai nya itu. Herman hanya memberikan senyum tipis.
Cukup lama Herman mencoba menenangkan dirinya, Ananda tetap setia menemani sampai lelaki itu pulih dari rasa syok. Andai Ananda tahu bagaimana syok nya Herman saat pertama kali mengetahui kenyataan ini.
Di tambah dengan Ananda yang tidak bisa di hubungi, pekerjaan menjadi pelampiasan Herman membuat perusahaan Kurniawan mendapatkan banyak klien dan proyek dalam waktu singkat.
Untuk kisah Ananda ada di KONTRAK 5 TAHUN ya.
semoga berkenan memberikan dukungan kepada penulis berupa like 👍
Author sangat mengharapkan nya🙏