NovelToon NovelToon
Tuhan, Apa Salahku?

Tuhan, Apa Salahku?

Status: sedang berlangsung
Genre:Mengubah Takdir / Penyesalan Suami / Ibu Mertua Kejam / Pihak Ketiga / KDRT (Kekerasan dalam rumah tangga)
Popularitas:39k
Nilai: 5
Nama Author: Siti H

Anna, seorang wanita yang berjuang dari penderitaannya karena mendapatkan suami pemalas dan juga mertua yang membencinya serta istri dari ipar-iparnya yang selalu menghasut sang mertua untuk menciptakan kebencian padanya. siapakah Ana sebenarnya, bagaimana kisah masa lalunya, sehingga membuat ibu mertuanya begitu membencinya dan siapa dalang dari semua kebencian tersebut?

Bagaimana kelanjutannya, ikuti kisahnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti H, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

episode-6

Aku naik dibak motor belakang dengan puteraku. Ku lihat bang Johan sudah bersiap hendak berangkat. Hari ini pasti sangat melelahkan, sebab hanya aku sendiri dan satu orang karyawan kantin yang akan menemaniku melayani pembeli.

Rumi sang ibu mertua berjalan memaki mobil bagian depan. Kulirik wajahnya yang terlihat lelah karena dimakan usia. sebenarnya ada rasa iba didalam hatiku karena ia harus bekerja diusia senjanya, sedangkan ayah mertuaku lebih banyak tinggal dirumah istri mudanya yang tentunya masih sangat segar dibanding ibu mertua.

Aku mengurut dadaku agar tak lagi menyimpan amarah yang hampir saja meledak barusan.

*****

Wita dan juga Irfan sedang membersihkan lahan yang akan mereka dirikan rumah esok hari sesuai dengan janji Rumi pada menantunya.

"Bang, itu nanti kalau ayah sama ibu sudah meninggal, rumah itu untuk abang, sebab kan abang anak paling bungsu," Wita mulai menghasut.

"Masa iya, Dik? Tapi kami kan ada 4 bersaudara, mana mungkin ketiga abangku mau rela begitu saja," Ifan merasa ragu dengan ucapan sang istri.

"Iya lho, Bang. Biasanya rumah itu akan menjadi milik anak bungsu, makanya kamu harus meminta itu pada ibu untuk membuat surat rumah itu atas nama kamu, sebelum yang lainnya nanti menggugat " Wita kembali menghasut.

Irfan hanya menganggukkan kepalanya dan kembali membersihkan lahannya. Suara deru mesin pemotong rumput meraung menambah kebisingan yang ada.

Wita memperhatikan bangunan yang berjejer dihadapan lahan yang akan mereka bangun.

Tampak dua kampus berbeda yang saling berpisah sekitar 10 meter saja satu dengan yang lainnya.

"Wah, ini bagus banget, bang jika kita buat kantin disini. Pasti para mahasiswa disini akan membeli pada kita," kedua matanya berbinar saat melihat peluang usaha didepan matanya.

"Tenang saja. Kedua kampus ini hibah dari tanah ayah, maka nanti aku akan minta ayah untuk pihak kampus memberi ijin pada kita masuk ke dalam untuk mengambil satu jatah kantin," ungkap Ifan pada istrinya.

"Beneran, Bang? Berarti tanah ayah banyak, ya? Sampai untuk kampus ini saja dihibahkan," ucap Wita dengan perasaan campur aduk.

"Iya, masa abang bohong!"

"Selain yang disini, dimana lagi tanah ayah, Bang?" tanya Wita penuh selidik.

Ia merasa jika menikah dengan Ifan merupakan keberuntungan, meskipun pria itu pemalas, tetapi jaminan masa depan ada ditepat didepan matanya.

Ifan telah selesai memotong rumput untuk ukuran 15mx20m untuk mendirikan rumah mereka.

"Ya kalau lahan kebun sawit ya banyak lah, dik. Sekitar 100 meter dari sini," ungkapnya lagi.

Kedua mata Wita semakin berbinar, "Wah, enak dong. Kalau abang pandai ambil buah sawit, kita ambil saja sedikit, Bang. Buat tambahan tabungan," Wita mengusulkan.

Seketika Ifan menatap istrinya. "Iya juga, ya. Ayo kuta kesana," ajak Ifan dengan senang.

"Tapi alat pengaitnya ada, gak?" tanya Wita penasaran.

"Tenang, abang tau dimana ayah menyimpannya,"

Lalu Ifan mengajak istrinya itu pergi ke kebun sawit yang berjarak 100 meter dari tempat mereka akan mendirikan rumah.

Setibanya disana, mereka saling membantu mengambil sawit milik ayahnya dan menjualnya pada agen yang menjadi langganan.

******

Malam beranjak. Ku lihat bang Johan masih belum kembali. Aku menghela nafasku dengan kesal. "Kemana bang Johan? Mengapa belum juga pulang?" gumamku lirih. Ku lirik puteraku sudah tertidur dengan pulas.

Sesaat ku dengar suara deru mesin motor berhenti. Ku intai dari balik tirai jendela kamar. Tampak Wita dan juga Ifan bersama anak mereka baru saja pulang dari berjalan-jalan. Sepertinya mereka membeli makanan dan juga mainan yang banyak. "Mereka punya banyak uang," fikirku.

Keduanya masuk ke dalam rumah dan langsung menuju kamar, lalu tertawa dengan riang.

Tak berselang lama, ku dengar lagi suara deru mesin mobil berhenti didepan rumah. Ternyata itu ayah mertuaku.

Ia berjalan masuk dengan tampak tergesa-gesa.

"Fan, Ifan, keluar kamu!" teriak ayah mertuaku dengan nada kasar. Aku yang sudah sangat lelah dan ingin beristirahat harus terganggu dengan kebisingan yang ada.

"Apa, sih, Yah!" sahut adik mertuaku dengan tak kalah kasar.

Aku mencoba beranjak dari ranjangku, dan mengintai dari balik pintu untuk melihat apa yang terjadi.

"Kamu yang mengambil sawit ayah, yah?!" sergah ayah mertuaku dengan penuh amarah.

"Mana ada aku yang ngambil, ayah ini main tuduh saja!" sanggahnya.

Sesaat ibu mertuaku keluar dari kamarnya dan mencoba melerai pertikaian keduanya. "Ada apa, sih Bang? Malam-malam ribut!"

"Ini, sih Ifan mencuri sawit dikebun!" sahut ayah mertuaku sembari menunjuk wajah putera bungsunya.

"Kamu ini ada buktinya? Main tuduh saja. Bisa jadi itu si Johan yang nyuri, duitnya buat memakai sabu!" tuduh ibu mertuaku.

Deeeeeegh...

Jantungku rasanya bagaikan dire-mas. Sakit, tentu saja. Meskipun begitu bang Johan adalah suamiku. Tetapi mengapa ibu mertuaku menuduh anak tengahnya? Sedangkan anak bungsunya terlihat ia bela dengan begitu semangatnya.

"Mana si Johan?!" tanya ayah mertuaku yang sepertinya mulai termakan hasutan ibu mertuaku.

"Kemana lagi, pasti dia masih diluar, kumpul sama temennya yang gak bener. Lihat si Ifan, sejak menikah dengan Wita berubah total, lebih suka dirumah ketimbang keluyuran diluaran!" sindir ibu mertuaku dengan nada kencang agar aku mendengarnya dari balik dinding kamar.

Seeeerrr...

Aliran darahku seolah berdesir kencang menuju jantung. Ucapan ibu mertuaku seolah menunjukkan jika.aku adalah istri yang tidak bener dalam merawat suami sehingga membuat bang Johan lebih suka keluyuran diluaran.

Tak berselang lama, tampak bang Johan masuk ke rumah dengan berjalan kaki entah darimana, sebab ia tak memiliki motor untuk dijadikan alat transportasi.

"Tuh, orangnya baru saja pulang. Keluyuran saja kerjanya yang gak jelas!" tunjuk ibu mertua dengan wajah kesal.

Seketika ayah mertuaku menoleh kearah bang Johan yang baru saja tiba dirumah.

"Hei, Johan! Kamu yang mencuri sawit ayah! Bukankah kebun yang diujung sana itu sudah khusus ayah berikan untuk kalian berempat dan bergantian mengambilnya, mengapa punya ayah kamu curi juga?!"

Bang Johan terdiam dan masih bingung dengan apa yang terjadi, sebab ia belum mengerti dengan tuduhan yang ditujukan padanya.

"Siapa yang mencuri?" tanyanya dengan santai.

"Kamu!"

"Aku?" tunjuk bang Johan pada dirinya sendiri.

"Ya! Siapa lagi!"

"Ciih! Bela saja anak kesayangan ibu itu terus!" sahut bang Johan dengan kesal, lalu berjalan masuk kekamar tanpa menghiraukan ayahnya yang sedang emosi. Ia melintasiku yang saat ini sedang berdiri mengintai pertikaian itu.

Ku lihat ibu mertuaku tampak geram. Aku berfikir, apakah suamiku ini anaknya atau bukan? Mengapa mereka memperlakukannya sangat begitu tidak adil.

Ayah mertuaku masih mengomel, lalu terdengar suara makian darinya yang sangat kasar, dengan sumpah serapah yang sangat menyakitkan, lalu ia berlalu pergi meninggalkan rumah untuk kembali pada istri mudanya.

1
Ira Sulastri
Anna sertifikat tanah atas nama suami kamu lebih baik kamu amankan dg baik2 jangan sampai ada orang yg berniat jahat karena rasa iri dengki, Alhamdulillah...kalian ber2 bekerja, semoga kedepannya kehidupan lebih baik lg dan Alif bisa bersekolah
Ira Sulastri
Bismillah...... Anna, hasil tak akan ingkar dr usaha keras kita yg terpenting ikhtiar dan doa terus
Ira Sulastri
Johan harusnya jadi suami tuh yg bertanggung jawab akan semua hal untuk anak istri jangan egois memikirkan kebutuhan sendiri saja
Ira Sulastri
Cakep Anna 👍👍, sebelum kamu hapus lebih baik kamu blokir saja. Selain kamu jg masih bersuami tp jg jangan sampai mengulang masa lalu kamu, yg SDH berlalu biar lah berlalu jadi contoh yg baik untuk anakmu
Ira Sulastri
Anna sdh tau tabiat jelek dr kakak kamu sendiri lain kali lebih baik kl ada jatah makan malam, di makan saja dulu baru mandi biar sekalian gosok gigi biar bersih semuanya drpd sakit hati tak berujung
Ira Sulastri
Anna jadilah wanita yg tangguh tegar dan tegas, bersabar lah untuk sementara sambil mengumpulkan uang, kl mmg nanti sdh terkumpul uangnya bisa mengontrak rumah ber2 saja dg Alif. Tunjukkan pada dunia walaupun kamu hanya seorang wanita tanpa pendidikan tp mampu mandiri dan bisa membesar anak dg baik, sekolahkan Alif dg baik tak harus di sekolah yg mahal
Ira Sulastri
Anna didik lah Alif menjadi anak yg sholeh sesuai dg namanya dan arti namanya, semoga bisa menjadi penerang dan mengangkat derajat mu di masa depan
Heri Wibowo
lihatlah kedua menantu yang kau banggakan itu rumi, adakah mereka peduli padamu sekarang.
we
kapan ya kena karma nya
Tiah Fais
dua menantu ular semua
V3
yaaa smg ja si Rumi sadar klu dh dzolim sama menantu dan cucu nya ,, sdgkn Menantu-menantu kesayangan nya mana ada yg ngurusin
V3
siapa jg yg Benalu ,, dasar si Wita gak tahu diri , gak punya otak
Ira Sulastri
Kenapa tipu kawan dalam mencari pekerjaan, tau begitu lebih baik jd art saja
Ira Sulastri: Bukan kak author, saya orang JaBet
❤Lembayung Jingga❤: kakak orang Malaysia, ya?
total 2 replies
Ira Sulastri
Anna semoga dg semua ujian yg sudah kau lalui, kau biSa lebih mendekatkan diri dg sang pencipta. Dengan begitu jalan atau langkah yg akan kau ambil di berikan kemudahan kelancaran dan keberhasilan... Aamiin 🤲🏻
Ira Sulastri
Anna dr awal menikah mmg kamu ga ada lihat kl mertua ga setuju kamu menikah dg anak lakinya? Mmg anak laki2 sampai kapan pun akan selalu menjadi milik ibunya tp kl sdh menikah yg ada di prioritaskan antara ibu dan istri untuk nafkah ya di utamakan istri dulu biarpun harus seimbang dg ibunya
Ira Sulastri
Mba Anna kl MMG ini pengalaman pribadi, boleh lah kita jadi wanita yg sabar mengalah tp jangan terlalu bodoh jg. Apalagi mba punya teman yg berhasil dalam usaha online coba minta di ajari, siapa tau suatu saat dg ke gigihan mba bs sukses apalagi mba pintar masak
Ira Sulastri
Jadi wanita sabar dan baik hati boleh dan harus tp wajib pula cerdas/ cerdik jangan bodoh jadi mudah di bodohi orang lain
Ira Sulastri
Anna kl suami kamu ga bisa memberikan nafkah terlebih2 ke bahagian untuk apa kamu pertahankan, coba untuk sekarang aja seperti itu bagaimana dg masa depan kamu terlebih anakmu nanti
Tuti Rusnadi
Saat kondisi seperti Bu Rumi sekarang, terlihat yang sayang dari hari atau yang hanya lips service.... semangat Anna dan Alif, kehidupan mulai berpihak ke kalian
Heri Wibowo
lanjut
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!