NovelToon NovelToon
My Teacher My Husband

My Teacher My Husband

Status: sedang berlangsung
Genre:cintapertama / Beda Usia
Popularitas:9.3k
Nilai: 5
Nama Author: Kaikia

Azzalea menyukai gurunya, Pak Dimas. Namun, pria itu menolaknya, bagaimana bisa?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kaikia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Part 06

Azzalea berlari melewati koridor lantai 3. Rambut panjang bergelombangnya yang dibiarkan terutai begitu saja mengambang diudara akibat angin yang menerpa. Sesekali ia menoleh ke belakang, memastikan pelariannya ini belum diketahui.

Ia berhenti, ia sudah di ujung jalan, hanya tersisa tangga menuju loteng gedung.

“AZZALEA!!”

Terdengar namanya dipanggil. Mau tak mau ia harus menaiki anak tangga agar lolos dari kejaran para siswa laki-laki.

Ia tiba di loteng, melihat pintu yang memiliki gembok. Ia segera menutup pintu dengan gembok yang sudah berkaratan tersebut.

Akhirnya ia bisa bernafas lega. Bisa selamat dari kejaran para komplotan tersebut. Mereka adalah anak buah siswa laki-laki dari kelas sebelah yang ia tolak cintanya dan kini mereka terus-terusan mengganggunya . Peraih mendali emas dalam lomba lari tahun lalu tidak sia-sia kini ia miliki, ia bisa menggunakan hal ini saat dalam keadaan genting.

“Kenapa kamu kunci?”

Azzalea hampir jatuh terkejut mendengar suara yang begitu dekat dengan telinganya. Uluran tangan dari pemilik suara itu menahan tubuh ringannya yang hampir terjatuh. Ia diam terpaku melihat sosok pria dengan kulit putih bersih, beberapa helaian rambut menghalangi kedua bola mata berwarna coklat madu itu. Cukup lama ia memandangi ciptaan Tuhan yang indah ini dengan posisi yang cukup intim. Ia terpesona.

“Sudah selesai memandanginya?”

Ia terbangun dari lamunannya dan segera menjauh. “Oh. Maaf, Kak.”

“Eh, maksudnya terimakasih.” lanjutnya yang kebingungan.

“Apa kamu yang mengunci pintu?”

Ia melihat pintu. “Iya, saya, Kak.”

Pria itu mendengus lelah. Ia ikut khawatir dengan dengusan tersebut. “Apa kakak tidak punya kunci untuk membukanya?”

Menjawab dengan satu gelengan kepala. Azzalea hanya bisa pasrah, mereka terkunci di loteng. Untungnya cuaca siang ini tidak terlalu Terik.

“Kenapa kamu disini?”

Pertanyaan yang hampir membuat jantungnya hampir lepas. Pelanggaran besar jika memasuki loteng tanpa izin guru.

“Saya lari dari kejaran siswa kelas sebelah, Kak.” ungkapnya berusaha meminta simpati dengan kedua bola mata yang penuh permohonan.

“Kakak?” tanyanya yang ikut kepo, tidak ingin terjerat sendiri.

“Kamu gak tahu siapa saya?”

Azzalea memperhatikan kembali penampilan pria dihadapannya ini. Hanya memakai kemaja polos dibalut jaket berbahan jins dengan celana hitam panjang yang sedikit ketat, memperlihatkan kaki jenjang dan berotot pria tersebut. Satu poin yang bisa ia simpulkan.

“Siswa nakal.” batinnya.

“Tidak tahu, Kak. Tapi yang saya tahu, kita sama-sama terjebak disini. Saya menyelamatkan diri.. sedangkan kakak..” ujarnya yang ingin menyudutkan orang dihadapannya tersebut.

Bukan tersudut dengan ucapannya, pria itu malah menunjukkan sorot mata senang. “Apa itu tidak sakit?”

Azzalea melihat hal yang pria itu tunjuk. Entah karena fokus berlari, ia tak menyadari bahwa lututnya terluka akibat bergesekan dengan ujung besi di tangga tadi.

“Oh. Aku tidak sadar.”

“Kemari.”

Pria itu menyeret dua kursi dari beberapa tumpukan barang yang ada disana. Dan membersihkannya dengan tisu yang ia keluarkan dari kantong jaket.

Azzaela ikut bergabung duduk setelah pria itu memberi isyarat dengan mata lalu menyodorkannya sebotol minum yang tutupnya telah dibuka. Tanpa banyak bicara, pria itu mengeluarkan obat dan plaster dari jaket. Kemudian mengobati lukanya.

“Apa jaket kakak seperti kantong ajaib Doraemon?” celetuknya polos.

Hal itu terdengar lucu bagi pria tersebut hingga membuat pria itu menarik salah satu sudut bibirnya sedikit, memperlihatkan lesung pipi yang berada diujung bibir. Azzalea dapat melihat hal itu, entah mengapa ia merasa terpesona.

Lukanya selesai diobati. “Terimakasih, Kak.”

“Kenapa mereka mengejar kamu?”

Azzalea tak ingin mengatakan kejadian sebelumnya, tapi melihat tatapan intes yang diberikan pria dihadapannya ini membuatnya mengakui.

“Beberapa hari yang lalu, ketua mereka menyatakan perasaannya padaku, lalu aku menolaknya dan sepertinya dia tidak suka atas penolakan yang ku beri. Semenjak itu, mereka jadi sering menggangguku, tapi hari ini yang paling parah. Ketika aku mau masuk kelas, kompolotan mereka menunggu di depan kelas, aku dengan cepat lari dan berakhir disini.”

Pria itu mengangguk mengerti. “Emosi patah hati.”

“Kenapa tidak beritahu guru?”

“Para guru bilang itu hanya bercanda. Tapi menurutku, ini cukup mengganggu, Kak.”

“Selain mengejar, apa saja yang mereka lakukan pada kamu?”

Azzalea mengingat-ingat. “Ada sekali mereka membuat jebakan di dekat gudang sekolah. Meletakkan air dan tepung di atas pintu sekolah, hampir saja aku kena, untungnya ada teman ku yang buru-buru masuk untuk ambil barang, jadi dia yang kena.” jelasnya yang disertai tawa diakhir perkataannya.

Suasana hening. Azzalea tidak tahu harus mengatakan apa lagi. Pria dia hadapan ini hanya diam menatapnya, ia sedikit takut.

“Apa kakak ada cara untuk kita bisa keluar dari sini?”

“Ada dua cara.” ucapnya dengan isyarat dua jari.

“Satu, loncat.”

Azzalea menatap aneh.

“Satu.. lagi.. panggil petugas.”

Azzalea langsung menggeleng. “Jangan, Kak.”

“Kenapa?”

“Nanti kita ketahuan naik ke loteng dan dicurigai yang engga-engga.”

“Emangnya kita ngapain?”

Azzalea diam. Berpikir sejenak. Tidak ada yang salah dengan yang mereka lakukan di loteng sekolah. “Ah, iya juga.”

Pria itu mengeluarkan ponsel dan menghubungi seseorang yang di panggil ‘Pak’. Mereka hanya bisa menunggu sejenak sebelum bantuan tiba.

“Siapa nama, Kakak?” tanya Azzalea dalam kesempatan yang langka ini.

Pria itu memasukkan ponsel ke saku celana kembali. “Untuk apa kamu tahu nama saya?”

“Untuk.. nyaman saat memanggil. Kita udah temenan”.

“Temenan?”

Azzalea mengangguk cepat. “Kata orang, kalo sama-sama berjuang menghadapi masalah, sudah bisa dikatakan temenan”.

Pria itu mendengus kecil. “Ada-ada saja”.

“Jadi, siapa nama, Kakak?” tanya Azzalea tak menyerah.

“Dimas” jawab pria bernama Dimas tersebut.

Azzalea tersenyum malu seraya memandangi langit siang yang cerah. “Namaku Azzalea, Kak. Bisa dipanggil Azza”

“Saya tidak bertanya”

“Saya hanya memberitahu” sarkas Azza.

Mereka saling bertatap. “Apa kakak punya pacar?”

Dimas diam sejenak. Azzalea menanti jawaban yang akan diberikan.

“Kenapa bertanya? Kamu mau jadi pacar saya?”

Azzalea diam membisu. Bertanya-tanya pada diri, apakah ketertarikannya terlalu menonjol.

Belum sempat bibirnya mengucapkan kalimat yang diinginkan, akibat pergerakan di pintu membuat Dimas bangkit, dan segera disusul olehnya.

“Loh, Azzalea. Kenapa disini?” tanya sang petugas yang mengenali dirinya.

Ia hanya bisa tersenyum lembut. “Kabur dari kejaran teman-teman, Pak. Malah kejebak disini.” jelasnya.

Sang petuga menggangguk mengerti. “Maaf, Pak Dimas, tadi saya terlambat jawab pesan Bapak.” ucap sang petugas pada pria disebelahnya ini.

“Pak Dimas?” batin Azzalea yang bingung. Merasa tak asing dengan nama tersebut. Seakan pernah mendengarnya.

“Iya, gak papa, Pak. Terimakasih, Pak. Saya turun dulu.” pamit pria itu dan pergi meninggalkan Azzalea dengan tanda tanya.

“Pak! Tadi itu siapa?”

“Oh, itu Pak Dimas, guru baru disini.”

‘DUAR!!’

Kepalanya seakan dihantam batu dengan fakta yang ia dengar. Bagaimana bisa ia tidak mengenali guru baru tersebut. Tapi ini bukan salahnya, guru itu memiliki wajah yang tak terlihat tua. Bodohnya dirinya yang malah menyangka dia adalah kakak kelasnya.

Setelah kejadian itu, ia tak pernah diganggu lagi oleh para siswa dari kelas sebelah. Ia berpikir bahwa ia akan kena hukuman karena naik ke loteng, beruntungnya Pak Dimas menjelaskan pada kepala sekolah dan meminta keadilan untuknya. Ia tak lupa membalas jasa sang guru dengan memberikan beberapa minuman herbal yang baik untuk kesehatan seperti yang direkomendasikan oleh sang nenek.

“Gimana? Masih berpikir ingin jadi pacar saya?” goda Pak Dimas kala itu seraya mengacak pucuk rambutnya di dekat rak buku kantor sang guru.

***

1
Kia Kai
/Coffee//Cake/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!