Damar Prasetyo, lelaki yang berprofesi sebagai seorang ASN di suatu instansi. Damar dikenal sebagai lelaki yang baik. Namun sayang, hidupnya tak sebaik dengan sifatnya.
Istri yang dinikahi selama hampir tiga tahun, tiba-tiba meminta cerai. Padahal mereka sudah dikaruniai dua orang anak.
Damar pun dipindahkan ke daerah pelosok oleh atasannya yang tak lain adalah paman dari Rasita, mantan istrinya.
Ketika pindah ke daerah itu, Damar bertemu dengan Kasih seorang guru di daerah itu.
Perjuangan hidup Kasih dan juga beberapa orang yang dikenalnya di daerah itu, membuat Damar sadar, jika hidupnya masih lebih baik dibandingkan mereka.
Damar pun bangkit dan bertekad akan merubah hidupnya lebih baik dari sebelumnya. Bahkan Damar menggunakan warisan yang tak pernah dia gubris selama ini untuk membangun daerah itu.
Bagaimanakah kisah Damar? Apakah bisa dia mewujudkan keinginannya itu? Bagaimana pula reaksi Damar setelah tau alasan sebenarnya kenapa Rasita meminta cerai?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Naira_w, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pejuang Sesungguhnya
"Pagi, mas Damar. Wah, sudah rapi rupanya." kata Ridwan yang sudah berada di depan rumahnya.
Sepertinya memang tujuannya adalah ke rumah Damar.
"Pagi, kamu aja sudah ganteng. Masa aku kalah." sahut Damar
Ridwan tertawa mendengar ucapan lelaki yang dari kemarin tak banyak bicara kecuali jika ditanya saja.
"Nyampaikan pesan bapak, mas. Katanya mas diajak sarapan di rumah. Sekalian nanti barengan bapak perginya." kata Ridwan
Damar pun mengangguk, dia memang belum sarapan karena tadi malam sudah makan mi instan jadi dia berniat mencari sarapan yang lain pagi ini.
Damar mengikuti Ridwan setelah menutup pintu rumahnya dan menguncinya. Walaupun tak membawa benda berharga kecuali laptop, namun ada beberapa surat-surat penting di sana.
"Loh, Mbak kasih belum berangkat?" tanya Ridwan pada gadis yang tinggal di depannya.
"Agak siangan. Tunggu Tuti datang dulu." kata gadis yang bernama Kasih itu.
Gadis itu tak banyak bicara, tadi malam setelah mengantar ibunya pulang. Dia hanya mengucapkan terima kasih kepada kami.
"Kalau mbak mau ke sekolah, pergi aja mbak. Nanti Mak Nur aku yang jagain dulu." kata Ridwan.
"Nggak apa-apa. Hari ini gak ada belajar, cuma class meeting saja. Lagian anak-anak juga udah dipesan datang agak siang." kata Kasih.
"O ya udah, kalau gitu. Nanti kalau perlu bantuan kasih tau aku ya, mbak." kata Ridwan
Kasih pun mengangguk saja. Kemudian dia melihat ke arah Damar dan mengangguk hormat pada Damar
"Mbak Kasih, itu perempuan baik mas. Sayang aja masih banyak lelaki buta yang tak bisa melihat kebaikan mbak Kasih." kata Ridwan yang terlihat menahan geram.
Damar hanya diam saja mendengar ucapan Ridwan. Dia tak mengenal siapa Kasih, jadi tak bisa berkomentar apapun.
"Masuk saja, mas. Di rumah cuma ada saya sama bapak." kata Ridwan
Damar mengernyitkan keningnya, dia sempat melihat foto keluarga yang terpajang di dinding rumah Pak Sapto.
"Ibu, mbak dan adik saya udah meninggal tiga tahun lalu. Kecelakaan waktu mau nganterin mbak daftar kuliah." kata Ridwan dengan tersenyum.
What??? Remaja di depannya ini terlihat biasa saja menceritakan ibu dan saudaranya yang meninggal.
"Eh, pak Damar sudah datang. Masuk pak, silahkan. Ini ada sarapan seadanya." kata Pak Sapto sambil membuka tudung saji di atas meja.
Nasi goreng dalam wadah besar dan juga beberapa telur mata sapi yang tersaji di atas piring.
"Silahkan, pak Damar. Kalau pagi biasanya menunya ya seperti ini. Kalau nggak, ya ubi goreng." kata pak Sapto lalu tertawa kecil.
"Ini saja saya sudah sangat bersyukur, Pak." kata Damar.
Dia terbiasa hidup susah dari kecil. Tak masalah kalau untuk makan, selagi halal dan masih layak dimakan.
Dulu sewaktu ibunya sakit, Damar malah sering berpuasa supaya bisa menghemat pengeluaran.
"Silahkan, mas. Bapak ini kalau udah masak. Beuh... Top banget." kata Ridwan sambil menunjukkan kedua tangan jempolnya.
Akhirnya Damar pun mengambil nasi goreng dan telur mata sapinya, tak lupa dia mengambil kerupuk di toples yang disodorkan Ridwan.
Sungguh Damar merasa bersyukur, selama menikah dengan Rasita tak pernah sekalipun dia dibuatkan sarapan.
Yang ada justru dia lah yang membuat sarapan untuk istri juga anaknya.
Damar pun sering tak sempat memakan sarapan yang dibuatnya karena takut terlambat pergi ke kantor. Alhasil, dia membawa sarapannya untuk bekal makan di kantor.
"Gimana mas? Enak kan?" tanya Ridwan pada Damar yang makan dengan cukup lahap itu.
"Enak, memang benar kata kamu, Wan. Masakan pak Sapto benar-benar Top." kata Damar sambil menunjukkan jempolnya.
Mereka pun tertawa bersama. Suasana kehangatan di meja makan yang sudah sangat dirindukan oleh Damar, setelah ayahnya meninggal dan ibunya sakit, Damar tak pernah merasakan makan bersama seperti ini lagi.
Ternyata, tempat ini tak seburuk bayangannya.
****
"Nah, ini batas desa kita, mas. Jadi dari dermaga sampai jalan kebun ini. " kata pak Sapto menjelaskan. Damar meminta pak Sapto untuk tak memanggilnya dengan sebutan Pak.
Damar pun cukup kaget ketika mengetahui ternyata Pak Sapto adalah kepala desa Timur.
Akses jalan dari desa Timur ke kota memang masih harus melalui jalan kecamatan Teluk Simpang.
Dan anehnya, kok bisa-bisanya Damar 'dibuang' di tempat ini oleh pak Hamdani.
"Kalau mas Damar sudah mau memulai penyuluhan nanti kami kumpulkan para petani-petani. Biar mas Damar berkenalan dulu dengan mereka." kata Pak Sapto.
"Iya pak, bapak atur saja. Saya juga sebenarnya baru pertama kali turun ke lapangan seperti ini. Biasanya saya duduk di kantor saja. Jadi, saya mohon bantuan bapak untuk nanti baiknya bagaimana." kata Damar.
"Mas Damar bisa aja, justru kami yang sangat terbantu dengan kedatangan bapak. Semoga saja nanti para petani di desa Timur bisa lebih maju. Lumayan banyak mas petani kita." kata Pak Sapto.
Ternyata benar ucapan Mas Sean, sebenarnya daerah ini potensial jika dikembangkan dengan baik. Sayangnya tak didukung infrastruktur yang memadai.
Damar pernah menanyakan pada Pak Sapto mengenai pembangunan di desa itu. Menurut Pak Sapto dia sering mengajukan dana untuk pembangunan desa tetapi entah kenapa sepertinya bantuan pembangunan itu tak pernah sampai di desa Timur ini.
Damar hanya menggelengkan kepalanya saja, daerah ini jauh dari akses dan banyak oknum yang bisa berbuat curang dengan leluasa.
Saat Damar dan pak Sapto ingin kembali melalui jalan tadi, kami bertemu dengan gadis yang bernama Kasih.
Gadis itu menggunakan sepeda motor bebek dan berkendara dengan arah berlawanan.
"Kasih, kamu mau berangkat ke sekolah?" tanya Pak Sapto
"Iya, Wak. Tuti sudah datang jadi bisa ditinggal. Kasih duluan ya, Wak." kata Kasih.
"Iya hati-hati ya kamu bawa motornya." kata pak Sapto
"Iya Wak, Assalamualaikum." kata Kasih
"Waalaikumsalam." jawabku dan Pak Sapto.
"Guru pak?" tanya Damar padahal dia sudah tau karena Ridwan sudah menceritakannya.
"Iya mas, guru SMP di kecamatan." kata Pak Sapto.
"Berarti setiap hari melewati jalan ini pak?" tanya Damar
Pak Sapto hanya mengangguk saja.
"Kan sepi, pak. Gak bahaya perempuan melewati jalan ini sendirian?" tanya Damar heran.
"Sudah biasa, mas. Kadang-kadang kasih pergi bersama beberapa orang muridnya yang tinggal di desa Timur yang sekolah di sana, karena satu-satunya SMP ya di kecamatan." kata pak Sapto.
Damar menggelengkan kepalanya. Dia kira kampungnya Mas Adi, suami Mbak Las sudah yang paling terpencil. Ternyata masih ada yang lebih parah.
"Kalau sakit gimana, pak?" tanya Damar.
"Kalau masih bisa ditangani mas Khadafi sih aman, mas. Kalau sudah parah harus ke kecamatan atau ke kabupaten." kata Pak Sapto.
"Pakai motor??"
"Iya mas, kalau yang sakit udah nggak sanggup lagi ya pakai gerobak yang kemarin." kata Pak Sapto lalu terkekeh saat Damar mengucapkan kata istighfar sebagai reaksi kekagetannya dan juga rasa tak percayanya dengan kehidupan di desa ini.
Entah kenapa, perasaan Damar terasa berbeda dengan saat dia baru pertama datang.
Perasaan kagum pada orang-orang yang terlihat receh namun sebenarnya merekalah pejuang tangguh sesungguhnya.
🍀🍀🍀
Author mohon dukungannya ya, jangan lupa likenya ya
kerennnnnn..
❤❤❤❤❤
Hamdan dan bu Endang kalian belum tahu siapa damar sekarang??
dia tidak akan terkecoh meskipun hanif dijadikan alibi / korban supaya Damar mengeluarkan uangnya.
yang ada kalian akan dijebloskan ke penjara./Panic//Hunger/
lanjutttt..
❤❤❤❤❤
Sugiyono dan.Guntoro nikmati kebebasan anda, karena kejahatan anda di masa lalu sudah dalam tahap penyidikan, mungkin sebentar keberadaan kalian akan segera ditemukan
❤❤❤❤❤❤
akankah Carlos jga jadi dekat fgn Bu Nur....
😀😀😀❤❤❤❤
Ayo mbak Malika segera temui 2 orang tenan pak hardi , biar tahu kalau mereka sedang meninggalkan desa timur alias melarikan diri, biar segera tertangkap /Ok/
selamat hari raya idul adha tor..mohon maaf lahir dan batin...🙏 semangat tor..💪😘
ataykah ajan melarikan diri...
l anjuttttt..
❤❤❤❤❤
blm nikah...
wahhhh...
obsesi pada nur sangat besarrrr..
❤❤❤❤