Dinikahi Rentenir

Ailyn sibuk membaca buku sampai tidak sadar kalau hari bertambah gelap.

"Ya ampun, aku belum mandi!" serunya.

Gadis kecil itu berlari ke kamarnya untuk segera mandi, sebentar lagi jam makan malam tiba yang artinya waktu biasanya untuk bertemu dengan Derick.

Ailyn kebingungan memilih baju karena semua bajunya baru. Baju lamanya sudah dibuang atas perintah Derick karena semua sudah tampak lusuh.

"Pakai ini saja," ucap Ailyn seraya mengambil sebuah dress yang panjangnya selutut. Dia segera memakai dress itu dan merapikan rambutnya.

Setelah selesai, Ailyn langsung menuju meja makan. Dia yakin jika Derick sudah menunggunya.

Namun, malam ini berbeda karena suami rentenirnya tidak ada di meja makan.

"Nona..." panggil Bibi Ain.

"Cepatlah makan!"

Ailyn terus melangkah menuju meja makan dan duduk di sana, wajahnya masih bingung.

"Di mana tuan Derick? Apa dia belum pulang untuk menagih hutang pada orang-orang?" tanya Ailyn kemudian.

Mendengar pertanyaan itu, Bibi Ain tertawa pelan.

"Tidak mungkin tuan Derick menagih hutang, sudah ada bodyguard yang mengurusnya," jawab Bibi Ain.

"Lantas ke mana tuan Derick?" tanya Ailyn lagi.

"Mungkin nona akan senang mendengarnya, tuan Derick pergi ke luar negeri untuk mengunjungi ibu dan adiknya," jelas Bibi Ain.

Tidak sesuai dugaan, Ailyn tampak murung bahkan makan hanya sedikit sekali. Biasanya Ailyn makan dengan porsi banyak dan lahap karena memanfaatkan keadaan.

Mungkin Ailyn kecewa dengan Derick yang tidak berpamitan dengannya.

"Aku akan menunggunya," gumam Ailyn malam itu.

Dia pikir Derick akan cepat kembali tapi seminggu berlalu, lelaki itu tidak juga muncul.

Ailyn terus menunggu sambil belajar, sesekali Marco datang bolak-balik untuk mengecek pekerjaan di kota itu.

"Anu..." Ailyn memberanikan diri untuk mendekat pada Marco saat lelaki itu tengah sibuk menertibkan para bodyguard.

Atensi Marco kini tertuju pada gadis kecil itu.

"Ada apa?" tanya Marco.

"Kapan tuan Derick kembali?" Ailyn akhirnya mengutarakan pertanyaannya.

"Kenapa?" tanggap Marco. "Apa itu penting? Bukankah seharusnya kau senang karena bisa bebas bertindak sesuka hatimu?"

"Bukan begitu, tetap saja tuan Derick itu suami saya," balas Ailyn. Dia merasa kecewa karena merasa tidak dianggap.

"Jadi, kau merasa menjadi istri sungguhan?" Marco rasanya geli mendengarnya. "Tuan Derick sedang sibuk, dia tidak ada waktu bermain denganmu!"

Entah kenapa Ailyn merasa sakit hati, seharusnya memang dia bisa bertindak sesuka hatinya sesuai dengan perkataan Marco.

"Baiklah kalau begitu," ucap Ailyn segera pergi.

Dia berjanji tidak akan bertanya lagi, di mana keberadaan Derick. Fokus pada tujuan awalnya saja.

Ailyn mencoba tidak memperdulikan suaminya itu, toh dia juga tidak dianggap ada.

Sampai tidak terasa waktu terus berlalu, Ailyn menghadapi ujian dan terus naik kelas dengan nilai terbaik di kelasnya.

"Ailyn..." panggil seorang pemuda seraya berlari mendekati Ailyn.

"Ian..." Ailyn memanggil nama pemuda itu. "Apa kau akan mentraktirku es krim lagi?"

"Tentu saja, kali ini sebagai hadiah karena kau menjadi juara umum lagi," balas Ian.

"Ayo!"

Ian menggandeng tangan Ailyn untuk pergi ke kedai es krim langganan mereka. Kedai yang dekat dari sekolah.

Mereka berdua masih memakai seragam sekolah dan memesan es krim di kedai itu. Lalu keduanya duduk di meja favorit mereka.

"Apa kau tahu?" tanya Ian seraya memberikan es krim untuk Ailyn.

"Tahu apa?" Ailyn mengambil es krim pemberian Ian dan langsung memakannya.

"Hari ini tepat 5 tahun kita berteman," jawab Ian.

Ailyn terdiam lalu menundukkan wajahnya, ternyata sudah 5 tahun dia berpisah dengan Derick.

"Awas kau, tuan suami!" umpatnya dalam hati.