Setelah Umayra meninggal dunia, Kaysar menjadi sangat dingin. Waktunya habis untuk bekerja dan menemani putri kecilnya yang terpaksa jadi piatu saat dia dilahirkan.
Lima tahun dia habiskan tanpa pernah terusik oleh satu perempuan pun.
Hingga dia bertemu lagi dengan seorang gadis yabg dulu pernah berniat merayu sahabatnya, Gista Aulia.
Semoga suka ya🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rahma AR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Info penting tentang Gista
Kaysar yang sedang menggendong Ziza yang masih tertidur di gendongannya, terpaku melihat siapa yang sedang dihampiri Gista.
Sepasang bule yang ditaksir Kaysar, usianya ngga jauh beda dengan dirinya. Laki laki bule itu bahkan dengan akrab mengambil alih Ruby dari gendongan Gista.
Setelahnya bule perempuan itu memeluk Gista dan menggandengnya pergi.
Kaysar tau para sepupu dan sahabatnya kini sedang menatapnya dengan tatapan yang membuat hatinya sebal.
"Pacarnya?" tanya Eriel yang berada ngga jauh darinya.
Kaysar seolah ngga mendengar. Tatapannya masih tertuju pada ketiga punggung itu yang sudah menjauh pergi
"Kay, kesempatanmu sudah berakhir...?" tambah Zayn prihatin.
"Kan, sudah aku bilang, jangan jual mahal," decak Eriel kesal karena sahabatnya sudah membuang buang kesempatan terbaiknya.
Padahal seharian ini keduanya berada di kapal yacht. Eriel ngga henti hentinya mengomel.
Kaysar mendengus mendengarnya.
Bahkan dia sudah menjual harga dirinya dengan sangat murah, tetap aja ngga dipedulikan, batinnya marah.
*
*
*
"Kamu ngga kelihatan stres," canda Nichola sambil merangkul bahunya saat melangkah pergi.
"Ketemu kamu bikin stres," balas Gista kesal campur senang juga. Setidaknya dia akan punya teman ngobrol beberapa hari ini.
Nichola makin terkekeh.
Andres tersenyum melihat keakraban keduanya.
"Ruby mau diantar ke rumah mas Harvey?" tanya Nichola yang membantu membukakan pintu mobil setelah Gista masuk duluan dan menerima Ruby dari gendongan Andres.
"Thank's, ya, Andres."
"You're welcome, sweety," sahut Andres lembut. Keduanya saling bertatapan.
"Sudah sudah. Nanti aja rindu rindunya," tawa Nichola memutus pandangan keduanya.
"Apaan, sih," cebik Gista kesal.
Nichola tergelak. Andres pun tersenyum.
"Antar ke apartemen aku aja," ucapnya lagi.
"Siap nona muda," senyum Andres membuat Kekesalan Gista sedikit mencair. Dia pun membalas senyum Andres sebelum laki laki itu menutup pintu mobil.
Tawa Nichola terdengar cukup kencang sambil berjalan ke arah bagian depan mobil. Dia akan duduk di samping Andres yang akan menjadi supir.
"Lukisan lukisan mu laku di galerynya Andres, Gis. Dia butuh lebih banyak lukisan lukisan mu lagi," cuwit Nichola setelah mobil melaju meninggalkan dermaga.
"Ngapain repot repot bawa lukisan amatir ke Paris." Gista masih ngga percaya.
"Aku akan ngadain pameran di sini," sahut Andres sambil menoleh sebentar pada Gista
"Serius?" Gista menatap ngga percaya sekaligus senang.
"Dia diundang seniman di sini,"info Nichola.
"Karena lukisanmu laku selama pameran di sana, si Andres mau jualin lagi lukisanmu. Lumayan, kan, dari pada numpuk di gudang," sambung Nichola lagi.
"Tapi beneran laku? Masa, sih?" tetap aja Gista ngga percaya. Walaupun dia lulusan sekolah art di Paris. Dia merasa lukisan lukisannya masih belum layak disandingkan dengan lukisan lukisan Andres, seorang seniman yang sudah ternama.
"Iya, Gista. Susah amat dikasih tau. Kamu ngga cek tranferan baru baru ini dari aku, ya?" Nichola melotot kesal campur gemas.
Mentang mentang udah kaya banget, jadi ngga butuh ngecek ada uang berapa di rekening, omel Nichola dalam hati.
"Aku ngga bawa banyak lukisan, Gis. Boleh, ya, lukisan lukisanmu mengisi galeryku," pinta Andres santun.
"Andres, kamu serius?"
"Serius, dia, Gis. Ngga percaya banget kalo aku yang ngomong," gerutu Nichola.
Heran dia, Gista ngga percaya diri banget. Padahal lukisan lukisannya sarat makna banget.
Nichola aja tersentuh kalo melihatnya.
"Bukan gitu, Nichola. Aku masih amatir."
"Tapi kamu berbakat, Gis," cetus Andres memuji.
"Tuh, masih ngga percaya juga Sekelas Andres loh yang ngomong," timpal Nichola tambah gemas.
Gista hanya tersenyum tipis. Dia tetap aja masih belum yakin.
"Aku akan lama di sini, mau bantu bantu kamu," senyum Nichola penuh makna
"Kantor kita di sana gimana? Tutup?" Gista menajamkan tatapannya.
"Sementara. Aku juga butuh liburan, kan." Kali ini Nichola memamerkan giginya saat melebarkan senyumnya.
"Hemm......"
Andres melirik dari kaca spion di depannya, melihat wajah merengut Gista. Bibirnya pun masih tetap mengekalkan senyumnya.
*
*
*
Kaysar dan Nathan saling tatap saat melihat siapa saja yang datang bersama Harvey. Gista ngga ada.
Hari ini mereka akan meeting dengan perusahaan Harvey. Bahkan Kaysar sudah berharap akan ketemu dengan Gista.
"Itu siapa?" bisik Nathan saat melihat seorang perempuan muda yang berada di samping Harvey.
Kaysar menggelengkan kepala. Tapi dia seperti pernah lihat.
Bukannya gadis itu yang mau memukul adiknya?
Meeting pun selesai sekitar dua jam.
Saat Kaysar dan Nathan akan pergi, Harvey menegurnya.
"Hai, Kay."
"Sudah sembuh?"
"Begitulah."
Perempuan muda itu pun berjalan di samping Harvey dengan terus mengembangkan senyumnya untuk Kaysar dan Nathan yang sayangnya ngga memperhatikannya.
Kaysar malah sibuk memperhatikan setiap staf yang dia temui saat melangkah di perusahaan Harvey. Dia masih berharap akan bertemu Gista. Tapi anehnya gadis itu beneran menghilang tanpa jejak.
"Ohya, kenalkan ini Lola. Dia nantinya yang akan bantu bantu aku di proyek kita ini," ucap Harvey lagi.
Kaysar dan Nathan hanya mengangguk dan tersenyum samar dengan hati penuh tanya
"Saya adiknya Mas Harvey," ucap Lola dengan senyum manisnya, memperkenalkan dirinya.
Kaysar dan Nathan sama sama melirik perubahan wajah Harvey yang tampak jelas kurang suka.
"Gista mana?" Nathan ngga bisa menahan rasa penasarannya.
"Oh, dia lagi sibuk ngurus persiapan pameran lukis dengan teman temannya," senyum Harvey sumringah. Dia senang karena adiknya punya kegiatan positif dan adiknya pun tampak sangat bahagia.
Pameran lukis? Bukannya dia ngga mau? Batin Kaysar. Dia ingat Gista menolak tawarannya yang ajan mengadakan pameran untuknya
"Dia memang pintar melukis. Lukisannya bagus bagus," puji Nathan.
"Ya, adikku yang satu itu memang spesial. Dia pintar pelajaran sekolah juga pintar seni. Tim SMAnya dulu bisa saja memenangkan juara internasional di Munich, kalo saja...." Harvey terdiam, dia keceplosan.
Kaysar dan Nathan menunggu kelanjutan ucapannya. Sementara Lola menatap masnya marah karena merasa dia ngga dianggap sama sekali kehadirannya.
Kenapa malah membicarakan gadis yang ngga ada itu Harusnya dia, kan, yang jdi topik utamanya, rutuk Lola dalam hati.
"Malah ngelantur," senyum Harvey kikuk.
"Sahabat sahabat Gista datang dari Paris. Yang laki laki itu Andres Ferdinand, dia mau mengadakan pameran lukisan di sini. Andres mau ngajak Gista mengisi galerynya saat pamerannya beberapa hari lagi."
"Andres Ferdinand?" Nathan cukup terkejut karena pernah mendengar nama seniman muda berbakat itu. Ngga nyangka Gista mengenalnya.
"Dulu pernah ditolak Gista. Tapi dia kayaknya masih berharap dan ngga nyerah," tawa Harvey membuat Nathan menatap wajah Kaysar yang membeku.
"Trus Andika gimana? Bukannya papa mau menjodohkannya dengannya?" nyinyir Lola degan nada ngga suka.
Harvey melirik Lola dengan kesal. Tapi Lola malah balas mendelik padanya.
"Ooo, Gista ternyata banyak yang ngincar, ya," kekeh Nathan sambil melirik penuh ejeken pada Kaysar yang masih bergeming.
"Begitulah," kekeh Harvey.
"Oke, semoga projek kita lancar," sambungnya lagi
"Oke, kita juga harus pergi," pamit Kaysar. Dia sudah merasa gerah mendengar nama beberapa laki laki yang disebut Harvey.
"Oke," senyum Harvey lagi.
Setelahnya Nathan dan Kaysar langsung ngeloyor pergi.
Lola yang akan membuka mulut untuk memberikan kata kata pentingnya di detik terakhir jadi melongo, melihat kedua laki laki tampan-terutama Kaysar- pergi begitu saja, tanpa pamit padanya.
Terimakasih boncap kk
quin lucu bngt sih...
aku juga heran lo quin, dulu kirain kamu tuh cewek..🤭
makasih kak Author 🤗🤗😘