NovelToon NovelToon
Aku Yang Tak Di Anggap (Kisah Empat Bersaudara Yatim Piatu)

Aku Yang Tak Di Anggap (Kisah Empat Bersaudara Yatim Piatu)

Status: sedang berlangsung
Genre:Duda / Ibu Pengganti / Mengubah Takdir / Keluarga / Fantasi Wanita / Pembantu
Popularitas:5.8k
Nilai: 5
Nama Author: Hitado S

Terlahir dari Keluarga Miskin, Aku terpaksa harus putus sekolah dan mencari nafkah untuk Adik adik adik ku dan agar bisa menyekolahkan mereka.

Nama ku Anisa, seorang Wanita Yang Cacat sejak kelahiran ku. Sebagai Anak yang paling besar, Aku harus bertanggung jawab terhadap ke Tiga Adik ku, karna memang Kami Anak Yatim Piatu.

Berkat ketekunan dan Kegigihan ku, Adik adik ku dapat ku sekolahkan dan menjadi orang yang berhasil. Tapi bagi mereka, Aku ibarat Aib! apalagi setelah mereka sudah berkeluarga. Aku sama sekali bagaikan orang asing yang hina bagi Adik adik ku yang ku perjuangkan dengan penuh pengorbanan.

Tapi Semua itu akan berlalu, Sebab Anak Tiri ku kelak akan mengangkat Drazat ku, Membahagiakan Ku.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hitado S, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Menjadi Dewasa Sebelum Waktunya Part 3

  Setelah Adik Adik ku sudah berangkat ke sekolah Aku kemudian langsung mandi, Sehabis mandi langsung ku angkat keluar Keranjang bambu tempat kue jualan ku, Pintu rumah kemudian ku kunci dan ku simpan Kunci di bawah pot bunga yang berada tepat di samping pintu rumah seperti yang sudah ku katakan ke Adik ku Bagas.

Keranjang bambu yang berisi kue kue ku itu kemudian ku gendong dengan mengikatnya dengan kain panjang di tubuh ku. Kemudian ku langkahkan kaki ku dengan di bantu oleh Tongkat kayu yang menjadi pengganti Kaki kanan ku untuk melangkah, tongkat kayu ini adalah buatan alm Ayah ku sendiri.

Aku kemudian berjalan menuju jalan raya. Jujur ada rasa kurang percaya diri ku rasakan sekarang ini karna memang ini adalah pertama kalinya Aku berjualan kue menggantikan alm Ibu ku.

Akhirnya ku coba untuk sedikit berani dengan menawarkan Kue jualan ku sambil berjalan menuju jalan raya.

"Kue, Kue"

Dengan Suara sedikit lebih kencang Aku menawarkan Kue jualan ku, berharap warga Dusun ku ada yang beli.

"Kue Bu, Masih hangat, Kue, Kue"

Kemudian Ada yang menyapaku yaitu Bu Ratna, dia kebetulan sedang menjemur pakaian di depan rumahnya.

"Eh Dek Nisa, jualan Dek?

"Hehehe... Iya Bu, gantiin alm Ibu"

"Oh... Emang Dek Nisa kuat entar jalan kaki keliling keliling kampung?

"Insyaallah Kuat Bu"

"Ya udah bawa sini Kue-nya, Ibu mau beli"

"Iya Bu" (Sambil Senyum terhadap Bu Ratna, orang yang pertama membeli Kue Ku)

Keranjang bambu tempat kue itu pun ku lepas dari gendongan ku, lalu ku buka penutupnya agar Bu Ratna bisa memilihnya.

"Harganya masih sama kan Dek Nisa seperti waktu alm Ibu mu jualan"

"Iya masih Bu"

"Ya udah, Ibu beli Lima aja ya Dek"

"Iya Bu, makasih"

Kue itu pun diambil oleh Bu Ratna Lima biji, setelah itu Aku kemudian melanjutkan perjalanan ku, Aku tentu saja merasa sangat bersyukur karna sudah ada yang beli Kue jualan ku.

Kembali ku jajakan kue ku jualan ku yang sekarang kembali ku gendong di badan ku.

"Kue, Kue"

"Kue-nya Bu"

Tak terasa akhirnya Aku sampai di pinggir jalan raya. Keringat juga sudah mulai membasahi wajah ku, Aku kemudian beristirahat sebentar di Gapura, karna Kaki kiri ku juga sedikit pegal dan juga tepat di ketiak kanan ku tempat tumpuan tubuh ku pada tongkat kayu ku juga terasa sedikit pegal. Sekitar beberapa menit Aku beristirahat di Gapura, kemudian kembali ku gendong Bakul Kue ku dan ku lanjutkan perjalanan ku menyusuri pinggiran jalan raya ke arah Kota sambil ku jajakan kembali Kue jualan ku.

"Kue Bu, Kue, Kue"

"Kue Bu mumpung masih hangat, Seribu Satu, Kue, Kue"

Kue jualan ku memang masih hangat dan akan cukup lama tetap hangat, Karna di bawahnya sengaja ku taro daun pisang yang sebelumnya ku kukus lalu ku lapisi dengan kain agar panasnya bertahan cukup lama, Aku tentu mengetahui hal ini dari alm Ibu ku.

"Kue, Kue"

"Eh Dek, bawa sini Kue-nya"

Seorang Ibu Ibu yang sedang duduk di teras rumahnya memanggil ku, Aku pun langsung semangat melangkah ke sana dan ku letakkan kembali bakul tempat kue jualan ku.

"Berapaan Dek?

"Satunya Seribu Bu"

"Oh.. Ibu beli Sepuluh ya"

"Iya Bu"

Si Ibu kemudian memilih milih kue yang dia mau dan memasukkannya ke dalam plasti kecil yang ku pegangi.

"Adek baru ya jualan Kue? Ibu belum pernah lihat"

"Iya Bu, baru hari ini"

"Oh pantesan, Sering sering lah lewat sini"

"Hehehe... Iya Bu"

"Oh iya enak gak Kue jualannya"

"Insyaallah enak Bu, boleh kok Bu di coba satu, gratis kok"

"Ah kamu ini, rugi dong nanti Adek, ya udah deh Ibu juga yakin pasti enak"

Si Ibu kemudian membayarnya dengan Uang Pas Sepuluh ribu.

"Makasih bayak ya Bu"

"Iya iya, hati hati"

"Iya Bu"

Aku kemudian kembali melangkahkan kaki ku, dan menawarkan Kue jualan ku dengan suara sedikit kencang, berharap ada yang beli seperti Ibu tadi.

"Kuenya Bu"

Sudah cukup jauh Kaki ku melangkat tapi tak ada lagi yang membeli kue ku, Aku kemudian beristirahat di sisi jalan raya karna memang keringat telah membasahi wajah ku bahkan badan ku. Tiba tina sebuah Mobil Truk berhenti tepat di samping ku.

"Jualan apa itu Dek?

"Kue Pak"

"Berapaan?

"Satunya Seribu Pak"

"Ya udah bungkusi Sepuluh, cepat ya"

"Iya Pak"

Aku secepat mungkin langsung memasukkan Kue sebanyak Sepuluh biji ke dalam plastik lalu ku berikan ke Si Bapak itu, dia pun membayarnya dan langsung tancap gas. Tak ku sangka di saat Aku beristirahat seperti ini ternyata justru ada yang membeli Kue jualan ku.

Kue Jualan ku pun sudah terjual Dua puluh lima biji, sekarang tinggal Lima puluh lagi, memang sih Aku membuatnya tadi sebanyak itu, karna memang alm Ibu ku juga membawa Kue untuk di jualnya sebanyak itu biasanya.

Merasa sudah cukup untuk beristirahat, kembali ku langkahkan kaki ku. Aku kembali menyusuri jalan raya sambil menjajakan jualan ku. Sudah sekitar setengah jam Aku berjalan setelah Si Bapak Sopir tadi membeli kue ku tapi sekarang tak ada satu pun yang beli.

"Kue,Kue"

"Dek sini"

Seorang Bapak bapak memanggil ku, dan mereka cukup banyak, mereka sedang membangun rumah. Aku kemudian ke sana.

"Iya Pak"

"Jualan kue ya?

"Iya Pak, mau beli Pak?

"Berapaan Dek?

"Satunya seribu Pak"

"Ya udah bungkus Dua puluh"

"Alhamdulillah ya Allah, Iya Pak"

Dengan semangat Aku langsung membungkusnya, lalu menyerahkannya ke tangan si Bapak itu, dia pun membayarnya

"Makasih bayak ya Pak sudah beli Kue jualan saya"

"Iya iya, oh iya Dek, tiap hari lewat sini gak?

"Iya Pak, besok juga lewat sini"

"Oh ya udah, tiap hari kasih tukang saya kuenya dua puluh ya, buat teman ngopi mereka"

"Iya Pak Iya Pak, makasih Pak"

"Oh iya, nih uangnya Seratus ribu, berarti untuk lima hari ke depan ya"

"Nanti saja Pak"

"Udah pegang saja, Bapak gak setiap hari soalnya di sini"

"Oh gitu, iya Pak, sekali lagi makasih banyak ya Pak"

"Iya iya"

Ini benar benar tak ku sangka, benar benar sebuah Rejeki dari Allah untuk ku dan Adik Adik ku. Kembali ku langkah kan kaki ku menyusuri jalan raya sambil menawarkan jualan ku.

Sekarang sisa jualan ku hanya tiga puluh lagi, Aku sangat berharap ada yang membelinya kembali. Tak terasa sekarang sudah sekitar jam dua belasan siang, Matahari sudah tepat berada di atas ku. Karna memang matahari juga cukup terik, Aku kemudian beristirahat di bawah pohon rindang dan sekalian memakan bekal ku yang memang sengaja ku bawa, Ku santap Nasi dengan Ikan Asin yang tadi pagi ku masak.

Sehabis makan Aku pun beristirahat sejenak, karna memang kaki kiri ku terasa sangat pegal dan tangan kanan ku yang memegang tongkat ku untuk melangkah juga terasa pegal. Aku sendiri sudah tidak tau berapa kilo meter yang sudah ku lalui sejak tadi pagi.

Merasa sudah cukup beristirahat, kembali ku langkahkan kaki ku untuk menjual Kue yang sekarang sudah mulai terasa ringan ku gendong di pundak ku.

"Kue, Kue, Kue nya Bu"

Mata ku kemudian melihat ada Ibu Ibu sedang ngumpul di teras rumah, Ku beranikan diri ku melangkah ke sana.

"Bu, Kue Bu"

"Coba sini Dek"

Salah seorang dari mereka pun meminta ku mengasih lihat Kue jualan ku, segera ku letakkan kembali bakul yang terbuat dari ayaman bambu itu dan membuka penutupnya.

"Enak gak?

"Insyaallah enak Bu, boleh kok di coba satu"

"Benaran? Ya udah Ibu coba dulu ya"

"Iya Bu"

Si Ibu tersebut kemudian mengambil satu dan langsung memakannya.

"Ya enak, sebentar ya Ibu ambil piring dulu"

"Iya Bu"

Si Ibu itu kemudian masuk ke dalam rumahnya dan mengambil piring plastik, lalu dia memilih Kue jualan ku, lalu bertanya harganya. Aku memang tadi lupa mengatakan harganya.

"Satunya Seribu Bu"

"Oh ya udah, Ibu ambil sepuluh ya"

"Iya Bu"

Dia pun mengambil kue ku Sembilan biji lalu membayarnya dengan uang Sepuluh ribu

"Satu lagi Bu biar pas Sepuluh"

"Gak dong Dek, kan tadi satu sudah Ibu makan buat nyoba rasanya"

"Gak apa apa kok Bu, itu gratis"

"Ah gak bisa gitu, yang ada Adek rugi nanti, coba kalau semunya nyoba satu satu, jual apa lagi Adek?

"Aku pun hanya senyum mendengar yang di katakan si Ibu, teman temannya yang lain juga mengatakan hal yang sama terhadap ku. Setelah itu kembali ku lanjutkan perjalanan ku, bakul yang ku gendong juga semakin ringan, karna sekarang sisa jualan ku hanya Dua puluh saja.

Tak terasa sudah sekitar jam dua siang, Aku sangat berharap kue jualan ku cepat habis agar Aku langsung pulang ke rumah, karna memang ada sedikit rasa kawatir juga dengan Adik Aduk ku, apakah mereka sudah makan? Apakah yang ku masak tadi pagi mereka makan? Terutama dengan Adik bungsu ku Bagas, soalnya ini untuk pertama kali Aku tak berada di rumah di saat mereka pulang sekolah.

Rasa lelah tak lagi ku hiraukan, keinginan ku sekarang hanyalah secepat mungkin kue jualan ku habis terjual. Ku langkah kan kaki ku sambil menawarkan jualan ku.

"Kue Kue"

"Kue Kue"

Kue jualan ku kembali ada yang beli, ada yang beli hanya dua biji, ada yang cuman satu, dan sekitar jam empat sore akhirnya ludes juga Kue jualan ku tak tersisa satu pun.

Rasa Capek seakan tak ada kurasakan setelah semua kue jualan ku habis, Aku pun langsung melangkah kan kaki ku untuk pulang. Aku memang harus berjalan kaki pulang ke rumah ku, karna jika naik Angkot ke persimpangan apalagi naik Ojek tentu untung jualan ku hanya akan sedikit.

1
vi
kk yang kuat dan ulet.... jadi nangis baca nya
Maulida Hayati
ceritanya dari part ke part seperti itu itu saja.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!