NovelToon NovelToon
The Prisoner

The Prisoner

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / cintamanis / CEO / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:6.5k
Nilai: 5
Nama Author: Miss Loxodonta

Kembali ke Kota kelahirannya di Hamburg—Jerman menjadi awal penderitaan Lenka Lainovacka. Dia disekap di ruangan bawah tanah oleh Steven Gershon—pria yang sangat membencinya karena mengira ia adalah orang suruhan Piero—musuh bebuyutannya Stevan dan turut terlibat dalam kecelakaan yang menewaskan kekasih pria itu.


"Kau ingin mati, bukan?" menautkan kedua tangan di bawah dada, Steven bersandar pada dinding ruangan itu. "Tapi aku belum rela, Len—ka," dia menekan nama perempuan itu sampai suara gemeratuk giginya terdengar. "Aku harus menyiksamu setengah mati dulu."

***

Ig : @missloxodonta

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miss Loxodonta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Dalang Kecelakaan

Berdiri di depan sebuah gerbang yang menjulang tinggi, sudah satu jam lebih lamanya Lenka menekan bel yang ada disana namun tidak ada tanda-tanda gerbang akan dibuka. Sial baginya, dia kehilangan ponsel saat kecelakaan itu terjadi, dia tidak bisa menghubungi nomor Airen. Ingin menemui Valir, Lenka tidak tahu alamat pria itu.

Merasa frustasi, Lenka memutuskan untuk pulang dan akan kembali lagi besok pagi. Tapi tanpa ia sadari, sepasang mata sedari tadi mengawasi pergerakan perempuan itu.

“Sepertinya dia akan pulang, Tuan. Apa aku perlu mengikutinya lagi?” Tanya seorang pria melalui sambungan telepon kepada seseorang yang memberi perintah untuk memata-matai Lenka.

“Tidak perlu, kau bisa pergi. Temui aku sekarang.”

“Baik, Tuan.” Pria itu memutuskan sambungan telepon dan segera melajukan mobil meninggalkan Lenka yang masih berjalan menuju halte bus.

***

[Malibu, Amerika Serikat]

“Apa kau sudah selesai mengemasi semua barang-barang kita?” Tanya Steven, setelah menyelesaikan urusan bisnisnya selama seminggu di Malibu, tiba saatnya ia akan kembali ke Hamburg.

“Sudah, Tuan.” Jawab Kendry, wajah pria itu tampak berbeda beberapa hari ini. Terlihat murung, seperti sedang memendam sesuatu.

“Bagus, aku sudah tidak sabar bertemu Airen. Bagaimana dengan cincin pernikahan kami? Apa kau sudah menyimpannya di tempat yang aman?” Tanya Steven lagi, dia tidak mau kehilangan cincin pernikahannya untuk yang kedua kalinya.

Kendry mengangguk.

Setelah tidak berhasil menemukan cincin tersebut meski sudah mencarinya di seluruh toko perhiasan yang ada di LA, Steven memutuskan membeli ulang cincin pernikahan mereka. Walaupun cincin yang akan ia berikan pada Airen kali ini tidak semewah cincin yang hilang, sebab jika ingin memesan cincin yang sama, Steven harus melakukan pemesanan sebulan sebelumnya.

“Kau kelelahan Kendry? Kau terlihat tidak bersemangat beberapa hari ini.” Steven yang menyadari perubahan sikap dan raut Kendry sedikit khawatir dengan sang asisten. Dia menyadari bahwa dirinya cukup banyak melibatkan Kendry dalam tugas dan tanggung jawab yang ia emban.

“Aku baik-baik saja, Tuan.” Jawab Kendry cepat.

“Baguslah, kalau begitu kita berangkat sekarang.” Menyambar jas yang terletak di sisi sofa, Steven dengan tidak sabaran mengenakannya. Dia ingin segera sampai ke Bandara.

“Tu—an, a—aku ingin mengata—kan sesuatu padamu.” Kendry tak kuasa lagi untuk memendam banyak hal yang ia sembunyikan beberapa hari ini dari Tuannya. Sebab ia tahu, tidak akan pernah ada waktu yang tepat untuk mengungkapkannya.

Steven memicingkan matanya. Jika tidak sedang terjadi suatu masalah yang sangat besar, Kendry tidak pernah tergugu saat berbicara dengannya.

“Bicara dengan benar, Kendry.” Menghentikan pergerakan tangannya, Steven enggan mengancing jas yang baru saja membalut tubuhnya.

Sempat membisu, Kendry berusaha mengeluarkan suaranya yang hampir tercekat.

“Nyo—nya Airen—“ Kendry menelan ludah dengan kasar. Sungguh, dia tidak pernah siap dengan situasi seperti ini.

“Lanjutkan, Kendry!!” Mendengar nama sang kekasih keluar dari mulut Kendry, rasa takut tiba-tiba menjalar memenuhi diri Steven.

“Nyonya Airen mengalami kecelakaan enam hari yang lalu di hutan Frieden. Mobil beliau meledak disebabkan hujan lebat yang terjadi malam itu. Bangkai mobil terjatuh ke jurang bersama dengan Nyonya Airen di dalamnya. Nyo—nyo—nya Airen mening—“

“Hentikan, Kendry!!” Mencoba menyangkal apa yang dikatakan Kendry, Steven justru menarik kerah kemeja sang asisten. “Kau berbohongkan, kau berbohong ‘kan Kendry? Semua yang kau katakan tidak benar ‘kan?”

Kendry hanya diam menunduk. Inilah yang menjadi kekhawatirannya, Tuannya pasti tidak akan pernah sanggup menerima kenyataan.

“Lalu, kenapa kau baru memberitahunya sekarang, hah?!” Steven menghempaskan tubuh sang asisten, dia menyurai rambutnya dengan kasar.

“Tuan Valir yang memintaku, beliau tidak mau kabar ini sampai mengganggu pekerjaan, Tuan. Maafkan saya.”

“Airen jauh lebih penting di hidupku Kendry!! Tidak dengan pekerjaan ini, tidak juga dengan uang yang aku miliki!!!” Melampiaskan kekecewaan dan kemarahan pada sang kakak yang memilih merahasiakan kematian Airen darinya, Steven meninju dinding kamar hingga membuat punggung tangannya berdarah—setidaknya rasa sakit itu kini terbagi.

“Maafkan saya, Tuan.” Hanya kata itu yang sanggup Kendry ucapkan.

“Apa yang harus kulakukan, Kendry. Apa lagi yang harus kulakukan? Kenapa mereka begitu tega meninggalkan aku? Haruskah aku ikut menyusul mereka.” Steven terduduk lemah. Menyandarkan tubuhnya di dinding kamar, pria itu menunduk bersama air mata yang menganak sungai di kedua pipinya. Kejadian yang dialami Airen membuat dia mengingat kematian orangtuanya lagi—kembali, luka itu menganga lebar—mengoyak jiwa dan juga raganya.

Kendry tahu, tidak ada jalan keluar dari masalah pelik yang sedang dialami Steven. Tapi pria itu akan berusaha semampu yang ia bisa, memberikan yang terbaik pada tuannnya—majikan yang sudah ia anggap seperti keluarga.

“Tapi, sepertinya ada dalang dibalik kecelakaan yang dialami Nyonya Airen, Tuan.” Menghela nafas cukup dalam, Kendry harus mengungkapkan kejanggalan yang sudah ia cari tahu beberapa hari ini.

“Maksudmu?” Steven menegakkan kepala. Menatap tajam pada sang asisten, pria itu menuntut penjelasan.

“Saya mencari informasi dari kepala pelayan yang bekerja di rumah Nyonya Airen, beliau mengatakan jika malam itu Nyonya Airen tidak pergi seorang diri.”

“Siapa orang itu?!” Tanya Steven tak sabaran.

“Nyonya Airen keluar bersama seorang pelayan yang baru saja bekerja disana. Untuk mengetahui wajah pelayan itu, saya menyadap semua rekaman CCTV yang ada di rumah Nyonya Airen. Pelayan itu—dia yang menabrak Tuan di bandara seminggu yang lalu.”

“Lalu?” Meski cukup terkejut, tapi Steven mencoba sedikit tenang.

“Di pagi hari sebelum kecelakaan itu terjadi, saya melihat pelayan itu bercengkrama dengan Piero melalui rekaman CCTV yang berada di gerbang luar dan barusan—“ Kendry terdiam. Dia meragu—benarkah asumsinya bahwa Lenka terlibat dengan kematian Airen?

“Katakan, Kendry!!!” Suara Steven yang sempat melemah tadi kini meninggi saat ia mendengar nama Piero. Pria bernama lengkap Piero Ackerley itu adalah musuh bebuyutan Steven Gershon, tidak hanya dalam hal bisnis namun juga asmara. Piero sangat mencintai Airen, begitupun dengan Steven. Namun Airen lebih memilih Steven sebagai tambatan hatinya. Hal tersebut menimbulkan perang dingin di antara kedua pria itu. Ditambah, Piero pernah mengancam Steven akan merebut Airen dari sisinya.

Kembali tergugu, Kendry melanjutkan perkataannya.

“Dan ba—rusan, sa—ya melihat pelayan itu berdiri cukup lama di depan gerbang milik Nyonya Airen. Dia selamat dari kecelakaan itu, Tuan.”

Brukkk!!!

Kembali Steven meninju dinding kamar.

“Shiitt!! Si brengsek itu bermain cantik kali ini. Dia lihai sekali, memanfaatkan wajah polos perempuan sialan itu untuk menarik perhatian kekasihku. Dan sepertinya perempuan itu memang sengaja menabrak tubuhku untuk mengambil cincin pernikahan kami dengan Airen.” Geram Steven merasa ditipu Lenka.

“Aku Steven Gershon, tidak akan pernah memberi ampun pada siapapun yang berani mengusik milikku,” dengan nafas memburu—wajah memerah hingga urat lehernya pun terlihat jelas, Steven mengepal kedua tangannya. “Kendry, kau sudah tahu apa yang harus kau lakukan untuk perempuan sialan itu ‘kan?"

1
Ivonovi
thor lanjutin dong 🙏🙏
narrehSha
love in strugell gmn kak kok ga ada kelanjutannya
F.T Zira
sudah mampir thor..
salam kenal yaa...
kalo berkenan mampir juga di karyaku Silver Bullet
muna aprilia
lnjut
marrydianaa26
mampir thor, semangat updatenya🔥
mampir juga di karya aku ya😄
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!