Menikah adalah cita-cita setiap wanita. Apalagi, ketika menikah dengan laki-laki yang begitu didamba dan dicintai.
Namun apa jadinya, ketika dihari pernikahan itu di gelar, justru mendapat kabar dari pihak mempelai laki-laki. Tentang pembatalan pernikahan?
Hal itulah yang tengah dialami oleh Tsamara Asyifa. Gadis yang berusia 25 tahun, dan sudah ingin sekali menikah.
Apakah alasan yang membuat pihak laki-laki memutuskan pernikahan tersebut?
Lalu, apakah yang Syifa lakukan ketika mendengar kabar buruk itu?
Akankah ia mengemis cinta pada laki-laki yang sangat ia cintai itu? Atau justru menerima takdirnya dengan lapang dada.
Hari pernikahan adalah hari yang begitu istimewa.
Tapi apa jadinya, jika di hari itu justru pihak laki-laki membatalkan pernikahan? Tanpa diketahui apa sebabnya.
Hal itulah yang di alami oleh Tsamara Asyifa.
Akankah ia akan mengemis cinta pada laki-laki yang sangat ia cintai itu, untuk tidak membatalkan pernikahannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ipah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
10. Terjatuh
"Apa? Beli sepeda onthel?" gumam pak Abas ketika membaca sederet pesan yang diinginkan anak sulungnya.
"Apa yang akan dilakukannya dengan sepeda onthel? Hem, baiklah. Aku turuti saja. Toh harganya juga tidak mahal."
Pak Abas, segera menghubungi asistennya untuk mencarikan sepeda onthel yang paling bagus untuk anak-anaknya.
Setelahnya, ia kembali mengerjakan satu persatu tugasnya.
**
Sore itu, sebuah mobil pick up datang ke rumah pak Abas. Bibi segera memanggilkan majikannya. Berhubung pak Abas belum pulang kerja, maka bibi memanggil Tsamara.
Gadis itu mengulas senyum ketika mendengar kabar yang dibawa asisten rumah tangganya. Ia pun memanggil Soffin yang baru saja masuk kamar. Karena memang keduanya baru pulang dari tempat les.
Farah yang mendengar suara keributan, akhirnya keluar kamar. Untuk mengetahui apa yang terjadi.
"Ada apa sih, kak? Kok ribut-ribut?" Farah mengernyitkan dahi ke arah kakak dan adiknya.
"Tidak usah banyak tanya. Ayo, kita ke depan." Tsamara menggandeng tangan kedua adiknya.
Mereka berjalan beriringan menuju teras rumah. Ketiganya melihat mobil pick up yang mengangkut 4 sepeda. Tsamara dan Soffin yakin, kalau itu adalah sepeda yang dibelikan papanya untuk mereka.
Dan benar saja, ketika karyawan toko sepeda menjelaskan tentang maksud kedatangannya. Mereka pun semakin berbinar.
Setelah menandatangani surat serah terima. Tsamara segera mengabari papanya. Ia melakukan panggilan video call. Mereka melambaikan tangan ketika panggilan sudah tersambung.
"Papa!" seru mereka bersamaan, dengan wajah yang berbinar.
Pak Abas yang berada di seberang sana juga melambaikan tangan sambil menyunggingkan senyum. Ia bahagia melihat tawa ketiga anaknya.
"Bagaimana, apakah sepedanya sudah datang?"
"Sudah, pa. Kami sangat menyukai sepedanya. Terima ya, pa." Tsamara bahagia karena keinginan recehnya dikabulkan papanya.
"Soffin, juga suka pa." teriak Soffin kegirangan. Bahkan ia menaiki sepeda itu.
"Farah juga suka, pa. Walaupun tidak tahu untuk apa kegunaannya." Farah berakting menangis, sehingga membuat mereka terkekeh geli.
"Kita bisa memanfaatkan hari libur, untuk naik sepeda bersama." usul pak Abas yang disambut anggukan kepala antusias oleh ketiga anaknya.
Setelah sejenak bercakap-cakap, panggilan pun terputus. Mereka bertiga mencoba sepedanya masing-masing.
Soffin, dibantu oleh Tsamara belajar menaiki sepeda. Tak lama kemudian, gantian Tsamara yang belajar menaiki sepedanya sendiri.
Sementara Farah, ia sudah mengayuh sepedanya sejak tadi, mengelilingi pelataran rumahnya yang luas.
Mereka bertiga benar-benar merasa senang memiliki sepeda itu.
**
Pagi harinya, Tsamara harus bangun lebih pagi. Karena menempuh perjalanan ke sekolah dengan mengayuh sepeda, tentulah membutuhkan waktu yang lebih lama.
Setelah bangun, ia mengerjakan aktivitas seperti kemarin. Perenggangan otot, membersihkan debu rumah, lalu membangunkan adiknya.
Ini kali pertama, Soffin bangun lebih pagi. Meskipun sedikit malas, Tsamara terus menyemangatinya. Setelah adiknya menuju kamar mandi, barulah Tsamara ke kamarnya untuk mandi juga.
Tak berselang lama, keduanya sudah siap. Lalu sarapan lebih awal. Kali ini Tsamara mencoba sarapan dengan menu salad sayur dan segelas jus jambu. Biasanya ia makan makanan yang mengandung banyak lemak. Hingga adiknya menatap aneh padanya.
"Kak, tumben sih makannya daun-daunan macam kambing." celetuk Soffin.
"Ini tuh, baik untuk kesehatan." ucap Tsamara, sambil menyuap kombinasi daun selada, bawang bombai, dan tomat ke mulutnya.
"Ayo, cepat habiskan makanan mu dan minum susunya. Sebentar lagi kita akan berangkat."
Setelah keduanya menyelesaikan sarapan paginya, keduanya bersiap di atas sepeda. Tsamara mulai mengayuh sepedanya pelan, meninggalkan pelataran rumah megahnya.
Keduanya begitu menikmati suasana pagi dengan riang gembira. Wajah keduanya terus tersenyum. Apalagi udara di pagi itu masih terasa cukup sejuk.
Mereka mulai melewati jalan raya. Tsamara mulai mengayuh sepeda lebih cepat. Meskipun banyak kendaraan roda empat yang lalu lalang. Tapi tidak membuatnya merasa malu. Padahal ia anak orang kaya.
Tapi karena ia belum terbiasa naik sepeda di jalan raya, dan dengan segala keriuhan suasana pagi, Tsamara kehilangan keseimbangan dan akhirnya jatuh. Keduanya meringis kesakitan.
Sebuah mobil berhenti di belakang mereka. Lalu turun seorang laki-laki yang turun dari mobil. Bergegas ia mendekati keduanya.
"Kak Thoriq." ucap Soffin dengan wajah yang berbinar.
"Soffin." ujar laki-laki itu, lalu membantunya berdiri.
Melihat Tsamara yang meringis kesakitan, Thoriq juga membantunya berdiri dengan menarik tangannya.
Namun karena badannya yang lebih kecil. Akhirnya ia terjatuh, terlentang. Dan bahkan badan Tsamara menimpa dirinya. Kedua mata mereka saling beradu pandang.
Thoriq baru menyadari, jika Tsamara memiliki bola mata yang indah. Dan gadis itu baru menyadari, jika laki-laki dihadapannya memiliki lesung pipi yang membuat hatinya berkedut-kedut.
'Arghhh... Bahkan dia memiliki ketampanan yang pari purna.' batin Tsamara senang berlama-lama menatap laki-laki yang sangat teduh pandangannya.
'Meskipun dia gendut, tapi cantik.' batin Thoriq.
yg jelas dong halunya jgn malu maluin gini
dasar Anwar tdk beretika
tapi bebanmu masih ada Thor eh Thoriq maksutku
yaitu mengajari Tsa ilmu agama
coba bayangin kalo seprenya berubah jadi angsa... telanjang dong kasurnya😀😀