Krystal, gadis berusia 22 tahun terpaksa menikah dengan kakak iparnya sendiri karena sebuah surat wasiat, yang kakak kandungnya tinggalkan satu hari sebelum dia meninggal.
Mau tidak mau, Krystal menerimanya meski sebenarnya hatinya menolak.
“Berpura-pura lah menjadi istriku. Dan tanda tangani surat perjanjian kontrak ini. Tapi, kamu harus ingat, jangan sampai jatuh cinta padaku.” Bara Alfredo.
“Seharusnya aku yang mengatakan itu padamu. Jangan sampai kamu tergoda dan jatuh cinta padaku, Kakak Ipar.” Krystal Alexander.
Akan seperti apa kehidupan rumah tangga mereka yang tidak di dasari dengan perasaan cinta?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Senja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 030
"Jadi dokter Daniel pamanmu?" Krystal menghentikan langkahnya, lalu berbalik menatap Nathan. "Kenapa baru mengatakannya sekarang?"
"Kamu tidak bertanya padaku. Jadi untuk apa aku memberitahumu." Nathan memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana. Kemudian, ia berjalan mendahului Krystal.
"Hei, tunggu." teriak Krystal mengejar Nathan.
Mereka sudah sampai di depan ruangan pribadi dokter Daniel. Keduanya saling menatap satu sama lain. "Lady first," ucap Nathan mempersilahkan Krystal masuk lebih dulu.
"Terima kasih." di dalam, semua orang sudah menunggu kedatangan Krystal.
Abian, Anaya dan juga Lio, mereka tersenyum menatap wanita berparas cantik itu.
"Mama..." Lio turun dari pangkuan Anaya dan berlari menghampiri Krystal.
"Sayang, jangan lari-lari," ucap Krystal, memeluk erat Lio. "Lio udah lama nunggu, ya?"
Bocah kecil itu mengangguk. Sepertinya Lio sudah mulai nyaman dengan kehadiran Krystal. Wanita itu memperlakukannya dengan amat sangat baik.
Bahkan, di sela-sela waktu istirahatnya, Krystal selalu mengajak Lio bermain di kamarnya hingga bocah itu tertidur.
"Lio angen Mama," ucap Lio dengan tersenyum. Pengucapan kalimatnya masih belum terdengar jelas. Namun, Krystal sedikit memahaminya.
"Mama juga kangen Lio, kok. Lio udah makan?" Lio mengangguk. Lalu menenggelamkan kepalanya di pundak Krystal. "Anak pintar," ucapnya mengusap kepala bocah itu.
Krystal berdiri, menggendong Lio dan menatap Abian lalu Anaya bergantian.
"Maaf, aku terlambat, Ma, Pa. Dijalan kejebak hujan terus macet," ucap Krystal.
"Tidak apa-apa." Abian menghela nafas, lalu kembali berbincang dengan dokter Daniel.
Krystal menghela nafas lega. Ia bersyukur mempunyai mertua yang begitu baik dan perhatian padanya. Berbeda dengan Bara, pria itu setiap.hari selalu membuat emosinya naik turun.
"Kemari lah, sayang." Anaya menepuk sofa yang ada di sampingnya.
Krystal menurut dan duduk di samping Anaya. "Dokter bilang, Lio masih bisa sembuh, asalkan dia mendapatkan penanganan yang tepat, juga–"
"Juga apa, Ma?" tanya Krystal penasaran melihat raut wajah penuh kesedihan di mata Anaya.
"Papanya. Dia harus ikut merawat Lio. Memberinya kasih sayang dan juga kehangatan. Lio membutuhkan itu. Dorongan dan semangat kuat untuk tetap bertahan," sahut dokter Daniel. "Meski Lio masih anak-anak, ikatan batin dan juga kontak fisik sangat perlu demi kesembuhannya. Terlebih lagi dari Bara, papanya."
Ya, Abian terpaksa menceritakan semuanya pada dokter Daniel. Pria paruh baya itu berharap, dokter Daniel punya solusi untuk masalah mereka.
"Tapi, Dok. Selama ini Bara–" kalimat Krystal terhenti saat tiba-tiba Nathan masuk dam menyela ucapannya.
"Kalau Bara menolak, saya bersedia menjadi papa pura-pura untuk Lio, Om, Tante," sahut Nathan mengambil Lio dari tangan Krystal dan menggendongnya.
Nathan tentu paham masalah yang terjadi pada keluarga mereka. Dokter Daniel selaku adik dari ayahnya sudah menceritakan semua padanya. Terlebih lagi, Nathan dan Bara dulu sahabat dekat.
"Maaf, saya tidak bermaksud ikut campur dalam urusan keluarga kalian. Hanya saja, saya sudah menganggap Lio seperti keponakan saya sendiri," ucap Nathan lagi, menatap wajah tampan Lio yang begitu mirip dengan Berlian.
"Terima kasih, Nathan. Karena sudah peduli pada Lio. Tapi aku tidak mah merepotkan mu," ucap Krystal merasa tidak enak hati.
Nathan adalah seorang Ceo di sebuah perusahaan besar. Bagaimana mungkin pria itu malah mengurusi urusan orang lain?
"Tante tahu maksud kamu baik, Nak. Tapi, ucapan menantuku juga ada benarnya. Kamu orang sibuk, Tante tidak mau mempersulit kehidupan kamu. Iya 'kan, Pa?" Anaya menatap Nathan kemudian beralih pada suaminya yang setuju dengan ucapan istri juga menantunya.
"Apa kalian keberatan?" tanya Nathan.
"Aku orang pertama yang keberatan dengan tawaran mu yang tidak penting itu!" sahut Bara yang entah sejak kapan sudah berdiri di ambang pintu, menatap Nathan dengan tatapan penuh kebencian.
Sedangkan Krystal, wanita itu memijat pelipisnya yang mula pusing. Setelah ini dipastikan akan terjadi perdebatan antara kedua pria itu. Terlebih lagi Bara.
Gara-gara memergoki dirinya di tolong oleh Nathan semalam, Bara murka dan berhasil merenggut mahkota yang ia jaga selama ini.