NovelToon NovelToon
Universum Turrim

Universum Turrim

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi
Popularitas:2.5k
Nilai: 5
Nama Author: Hazmi M.R.

Di tengah hutan yang sunyi, seorang manusia bumi terbangun dalam kebingungan yang mendalam. Bersama ribuan orang lainnya, dia menemukan dirinya terperangkap di dalam dunia yang asing dan misterius. Tanpa penjelasan yang jelas, mereka diberitahu tentang keberadaan mereka di "Universum Turrim" dan evolusi yang akan mereka alami.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hazmi M.R., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

lantai 3 part 2 * The Fight With the Lava Swallowing Python

aku bertanya pada Aim sambil kelelahan, "Oh ya, aku lupa karna pertarungan dengan 'ice elemental' dan tangga itu, Aim apa saja bloodline yang kudapatkan kali ini?"

Aim menjawab, "lapor, Gold bloodline (ice element), gold bloodline (could resistant) silver bloodline (heat resistance) , silver bloodline (flame control). memenuhi persyaratan peleburan menjadi gold bloodline (fire manipulation). Injeksi selesai," jawab Aim setelah proses injeksi selesai.

"Oh, kau cepat juga kali ini" kataku

Saat kami menjelajahi lantai ketiga, kami menemui berbagai tantangan baru dan makhluk-makhluk yang belum pernah kami temui sebelumnya. Kami harus berhati-hati dan waspada terhadap segala sesuatu yang muncul di hadapan kami. Suhu yang panas dan lingkungan yang berapi-api menambah kesulitan dalam setiap langkah kami.

Kami terus bergerak maju, melintasi jurang lava dan melawan makhluk-makhluk berapi yang menghadang kami. Setiap langkah membawa tantangan baru, tetapi kami tidak menyerah. Kami belajar dari pengalaman kami dan terus bertambah kuat seiring waktu.

Di tengah perjalanan kami, kami menemukan beberapa 'fire elemental' yang berusaha menghalangi kami. Kami tidak gentar dan menghadapinya dengan tekad yang kuat. Dengan kerjasama yang baik antara kami, kami berhasil mengatasi rintangan ini dan terus maju menuju tujuan kami.

Kami melanjutkan eksplorasi kami dengan semangat yang baru, siap menghadapi segala sesuatu yang mungkin muncul di hadapan kami. Meskipun tantangan semakin besar, kami yakin bahwa dengan kekuatan dan keterampilan yang kami miliki, kami dapat mengatasi semua halangan yang kami hadapi di lantai ketiga ini.

Di tengah perjalanan kami, kami menemukan sebuah gua yang tersembunyi di balik tebing batu. Gua itu tampak menjanjikan sebagai tempat berlindung sementara dari suhu yang terik di luar. Tanpa ragu, kami memutuskan untuk memasuki gua tersebut untuk beristirahat sejenak dan mengevaluasi situasi.

Ketika masuk ke dalam gua, kami merasakan angin yang lebih sejuk dan segar. Udara yang berangin membuat kami merasa sedikit lega setelah berhadapan dengan panasnya lantai ketiga. Kami menyalakan beberapa sumber cahaya untuk menerangi gua yang gelap.

Setelah gua terang benderang, kami menjelajahi sekelilingnya untuk mencari tahu apakah ada bahaya yang mengintai di dalamnya. Namun, tampaknya gua ini aman dan tidak berpenghuni. Kami memutuskan untuk menggunakan kesempatan ini untuk beristirahat sejenak, mengisi tenaga, dan merencanakan langkah selanjutnya.

Duduk di dalam gua yang sejuk, kami membagi pengalaman kami selama petualangan ini dan merencanakan strategi untuk menghadapi tantangan selanjutnya. Meskipun kami masih di lantai ketiga, kami yakin bahwa dengan kerja sama dan keberanian, kami dapat melewati setiap rintangan yang akan kami temui di perjalanan kami menuju puncak menara ini.

Kami memutuskan untuk menjelajahi gua yang terus meluas ke dalam. Langit-langit gua itu rendah, dan dinding-dindingnya terasa dingin dan lembab. Cahaya sumber cahaya yang kami bawa hanya menerangi sebagian kecil dari gua yang gelap.

Namun, semakin dalam kami menjelajah, semakin gelap dan sunyi gua itu. Suara langkah kami terdengar bergema di lorong-lorong yang sempit. Terkadang, kami merasakan angin dingin yang melintas, membuat kami bergidik dan mengingatkan kami pada bahaya yang mungkin mengintai di dalam gua yang gelap ini.

Tetapi, keberanian kami tidak surut. Dengan perlahan dan hati-hati, kami terus melangkah, menelusuri setiap tikungan dan bercabang yang kami temui. Meskipun kami tidak tahu apa yang mungkin kami temui di dalam gua ini, kami tetap bersiap menghadapi segala kemungkinan yang muncul.

Setelah beberapa saat menjelajah, kami tiba di sebuah ruangan yang lebih besar di dalam gua. Ruangan itu tampak kosong, kecuali untuk beberapa stalaktit dan stalagmit yang menjulang di atas dan bawah. Kami berhenti sejenak untuk menilai situasi dan memutuskan langkah selanjutnya.

Di ujung gua yang gelap, kami tiba-tiba mendapati diri kami dihadapkan pada sebuah makhluk yang mengejutkan: seekor ular raksasa yang diselimuti oleh api. Ular itu melingkarkan tubuhnya di sekitar sebuah jari batu besar, dengan kepala yang mengintimidasi kami dari kejauhan.

Kami berdua saling bertatapan, menyadari bahwa kami harus bersiap untuk pertarungan yang berat. Ular api itu terlihat siap untuk menyerang, dan kami tidak punya pilihan selain menghadapinya.

Aku menggenggam pedangku dengan erat, sedangkan si abu menyiapkan sihir esnya. Kami berdua tahu bahwa ini akan menjadi pertarungan yang sulit, mengingat kekuatan dan ukuran ular api itu.

Dengan hati-hati, kami mulai mendekati ular itu, siap untuk menghadapi serangan pertamanya. Ular itu menggeramkan suaranya yang menggetarkan, memenuhi gua dengan suara mendesis yang mengancam. Namun, kami tidak mundur. Kami bertekad untuk mengalahkan makhluk ini dan melanjutkan perjalanan kami melalui gua yang gelap ini.

Pertarungan sengit pun dimulai. Ular api itu melontarkan serangan-serangan mematikan, api memercik dari mulutnya yang menganga lebar. Kami berdua bergantian menghindari serangannya sambil mencoba mencari celah untuk menyerang.

Pedangku berdenting saat bertemu dengan sisik keras ular itu, sedangkan si abu melemparkan serangan esnya dengan cermat, berusaha memadamkan api yang membara. Namun, ular itu terlalu tangguh, dan serangan kami nampaknya hanya membuatnya semakin marah.

Tiba-tiba, terdengar suara gemuruh yang mengerikan. Kami berdua menoleh ke atas dan dengan terkejut menyadari bahwa gua tempat kami berada mulai runtuh. Bebatuan besar jatuh dari langit-langit gua, menciptakan hujan batu yang mengerikan.

Dalam kekacauan itu, kami terpaksa berhenti bertarung dan berusaha bertahan hidup. Kami berusaha menghindari bebatuan yang jatuh sambil tetap waspada terhadap serangan ular api yang ganas.

Kami berdua bekerja sama dengan cepat, berusaha keluar dari gua yang runtuh. Kami melompat dan menggeliat di antara batu-batu yang jatuh, berharap bisa mencapai pintu keluar sebelum terlambat.

Meskipun pertarungan dengan ular api belum selesai, keselamatan kami sekarang menjadi prioritas utama. Kami berdua berusaha keras untuk meloloskan diri dari gua yang runtuh, berharap bisa bertahan hidup untuk bertarung lain hari.

Setelah berhasil keluar dari gua yang runtuh, kami menemukan diri kami kembali berhadapan dengan ular api yang marah. Tanpa waktu untuk istirahat, pertarungan pun dimulai kembali di luar gua yang hancur.

Kali ini, kami berdua lebih berhati-hati. Kami menggunakan setiap kesempatan untuk menyerang sambil tetap waspada terhadap serangan balasan dari ular itu. Aku mempergunakan pedangku dengan gesit, mencoba mencari titik lemah di antara sisik kerasnya, sementara si abu terus melemparkan serangan esnya dengan presisi yang mematikan.

Namun, ular itu tak menunjukkan tanda-tanda kelemahan. Setiap kali kami berhasil melukainya, ia dengan cepat pulih dan melancarkan serangan balasan yang lebih ganas. Api yang memercik dari mulutnya semakin membesar, mengancam untuk memakan habis kami berdua.

Kami terus bertarung dengan gigih, tidak menyerah meskipun kelelahan mulai melanda. Kami tahu bahwa kami tidak bisa mundur sekarang. Kemenangan harus menjadi milik kami, tidak peduli seberapa sulit pertarungannya.

Dengan tekad yang kuat, kami terus melawan. Setiap serangan yang kami lancarkan menjadi semakin berani, dan setiap hindaran yang kami lakukan menjadi semakin lincah. Kami berdua saling memberi dukungan, mengetahui bahwa hanya dengan bekerja sama kami bisa mengalahkan musuh yang begitu kuat ini.

Dengan upaya terakhir yang sangat besar, kami berhasil mengalahkan ular api tersebut. Tubuhnya mulai melemah, dan akhirnya, dengan hembusan napas terakhir, ia jatuh ke tanah dalam keadaan tak berdaya. Kami berdua menatap penuh kemenangan, namun tidak bisa menyembunyikan rasa lega dan kelelahan yang menyelubungi tubuh kami.

Meskipun kami meraih kemenangan, pertarungan itu meninggalkan luka-luka yang dalam pada tubuh kami. Luka-luka itu menjadi saksi dari keberanian dan ketahanan kami dalam menghadapi bahaya yang begitu besar. Namun, meskipun fisik kami terluka, semangat kami tetap kuat.

Dengan langkah yang berat dan perasaan lega, kami melanjutkan perjalanan kami. Kami tahu bahwa masih banyak bahaya yang menanti di lantai berikutnya, tetapi kami siap menghadapinya dengan tekad yang bulat dan semangat yang tak tergoyahkan. Karena bagi kami, petualangan ini bukan hanya tentang bertahan hidup, tetapi juga tentang menemukan kekuatan dan keberanian di dalam diri kami yang terdalam.

Setelah pertempuran yang melelahkan, ketika kami berdua sedang memulihkan diri dari luka-luka kami, aku menyadari sesuatu. Di tengah reruntuhan gua, tergeletak sebuah objek yang bersinar terang. Aku mendekatinya dengan hati-hati, dan ketika aku menyentuhnya, aku merasakan kehangatan yang menyenangkan.

"Si abu, lihat ini," seruku, sambil mengangkat objek tersebut ke atas.

Si abu mendekat, dan matanya berbinar-binar ketika ia melihat objek tersebut. "Itu... itu adalah 'momentous'!" serunya, suaranya penuh kekaguman.

Kami berdua menatap objek tersebut dengan penuh kekaguman. 'Momentous' itu memancarkan cahaya yang begitu terang, dan kami merasakan energi yang kuat memancar darinya. Kami tidak bisa menahan rasa bahagia kami. Setelah begitu banyak perjuangan dan pengorbanan, kami akhirnya menemukan hadiah yang begitu berharga.

Dengan hati yang penuh harapan, kami menyimpan 'momentous' itu dengan baik. Kami tahu bahwa kekuatan yang terkandung di dalamnya akan menjadi modal penting dalam perjalanan kami ke depan. Dan dengan semangat yang baru ditemukan, kami melanjutkan petualangan kami, siap menghadapi segala rintangan yang mungkin menunggu di lantai berikutnya.

Kaget mendengar suara yang datang dari Si Abu, aku menatapnya dengan heran. "Si abu, kau bisa berbicara?" tanyaku dengan nada tak percaya.

"Ya, aku bisa berbicara," jawab Si Abu dengan suara yang tenang namun penuh kepastian. "Tapi sebelumnya aku tidak ingin membuatmu khawatir."

Aku terdiam sejenak, mencerna informasi yang baru saja kudengar. Kemampuan Si Abu untuk berbicara membuatku semakin yakin bahwa petualangan kami tidak biasa. "Aku tidak tahu kalau kau memiliki kemampuan seperti ini," ujarku, masih tercengang.

Si Abu mengangguk. "Aku memiliki banyak rahasia yang belum kubagikan padamu. Tapi sekarang, saatnya untuk kita menjadi lebih terbuka satu sama lain. Bersama-sama, kita akan menghadapi segala rintangan yang ada di depan kita."

Dengan semangat baru dan kepercayaan yang lebih kuat satu sama lain, kami melanjutkan petualangan kami ke dalam labirin yang tak terduga di lantai berikutnya, siap menghadapi apa pun yang menunggu di depan kami.

Dengan hati-hati, aku mengambil 'momentous' yang terletak di dekat tubuh ular api yang kalah. Saat aku meraihnya, aku merasakan energi yang kuat memancar dari kristal tersebut, memberiku sensasi yang tidak bisa kudeskripsikan.

Ketika aku memandang lebih dekat 'momentous' itu, sebuah ruang kosong muncul di hadapanku. Entah bagaimana, kehadiran ruang itu terasa akrab, seolah-olah aku pernah melihatnya sebelumnya. Namun, ingatanku begitu kabur, seperti mimpi yang perlahan-lahan memudar.

Dengan perasaan waspada, aku melangkah maju ke dalam ruang kosong tersebut. Namun, begitu aku masuk, ruang itu tidak seperti yang kuduga. Sebuah gelombang energi misterius melanda tubuhku, dan tiba-tiba, ruang itu mulai merobek seperti kertas yang dihempas angin kencang.

Aku terkejut saat menyadari bahwa sobekan di ruang itu membuka jalan menuju lantai berikutnya. Aku melihat ke arah si abu, yang tampaknya juga kagum dengan peristiwa yang terjadi di depan mata kami.

Tanpa ragu, aku memutuskan untuk melangkah ke dalam sobekan tersebut, siap menghadapi apa pun yang menunggu di lantai berikutnya. Perasaan campur aduk antara kegembiraan dan kekhawatiran melanda hatiku, tetapi tekadku untuk terus maju tidak tergoyahkan. Dengan langkah mantap, kami berdua melangkah ke dalam sobekan ruang itu, siap menghadapi petualangan baru yang menantang di lantai berikutnya.

1
Muhammad Raja Hazmi
tolong beri judul! /Pray/
Muhammad Raja Hazmi
oh lupa bilang ada satu lagi yang sci-fi
Santoso
ceritanya bikin baper abis, thor! Gak sabar nunggu karya selanjutnya! 😍
Talklesswinmore
aku membutuhkan kepastian untuk dapat menyelesaikan cerita, tolong update lagi thor! 😊
Muhammad Raja Hazmi
semoga kalian suka
Muhammad Raja Hazmi
semoga banyak yang suka
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!