NovelToon NovelToon
Di Gilir Keluarga Suami

Di Gilir Keluarga Suami

Status: sedang berlangsung
Genre:nikahmuda / Cinta Paksa / Romansa / Pembantu / trauma masa lalu
Popularitas:8.1k
Nilai: 5
Nama Author: bryan.gibran

Namaku Refelin, Gadis 19 Tahun yang harus rela mengorbankan masa muda untuk menikah dengan anak majikan ibuku.

Tapi sayangnya, kisah kehidupan rumah tangga ku tak seindah yang ku bayangkan.
Semua pilu ku berawal dari pernikahan itu, Aku diperlakukan bagai piala bergilir, diperbuat seenaknya dan hanya dicari ketika sedang dibutuhkan saja. Aku tidak menyangka pernikahan ku dengan anak majikan ibuku itu akan menjadi momok menakutkan yang membuatku trauma seumur hidup.

Hancur sekali hidupku, Mampukah aku melewati semua beban ini?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon bryan.gibran, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 5 : - Cerita Aldi (Perjanjian 100 Juta)

"Bi Hanum gimana sih, cuci piring kok gak bersih, masih berminyak begini, mana bau sabun nya masih menyengat. Udah bosen kerja Bi?" Oceh Bu Jessica saat keluarga besar Abra Collin ingin sarapan.

"Masih pagi begini jangan bising dulu, bisa gak sih ma?" Sahut Rivano, baru tiba di meja makan dengan pakaian sekolah.

"Gimana mama gak bising, nih liat piring untuk tempat kita makan masih berminyak semua. Bi Hanum, tolong dicuci kembali" kata Bu Jessica.

"Sudah ma, mungkin Bi Hanum kecapean. Bi, ambilkan piring yang baru saja, piring di atas meja ini di cuci kembali sampai bersih ya" ujar Pak Abra, berkata dengan nada tenang.

Bi Hanum mengangguk, tanpa berkata apa-apa langsung membereskan semua piring diatas meja untuk dicuci kembali, baru saja ingin meletakkan piring baru seperti yang Pak Abra minta, tiba-tiba satu piring terlepas dari pegangan tangan Bi Hanum, piring itu terjatuh dan pecah berkeping-keping.

-- Hanum adalah seorang pembantu yang sudah bekerja selama enam tahun lamanya dirumah Keluarga besar Abra Collin, itu artinya Hanum tidak lain adalah ibu dari Refelin, gadis yang menikah dengan anak sulung Abra Collin, Rifaldi Collin --

"Bi Hanummmmmm!" Geram Bu Jessica.

"Maaf nyonya, aku gak sengaja. Sekali lagi maaf" Hanum menunduk ketakutan. Tapi karena terlalu emosi, Bu Jessica melayangkan satu tamparan tepat mengenai pipi kiri Hanum.

"Mama.." Pak Abra sontak berdiri, terkejut melihat aksi istrinya.

"Bi, tau gak berapa harga piring ini?, satu piring ini tidak cukup dibayar dengan gajimu selama satu bulan" ketus Bu Jessica.

"Justru itu nyonya, aku udah bekerja enam tahun dirumah ini, tapi gajiku gak pernah dinaikkan sedikitpun, nyonya sadar kalau gajiku kecil, tapi nyonya selalu menyuruhku untuk bekerja ini dan itu" Hanum melawan Jessica, diluar dugaan Pak Abra kalau Hanum akan melontarkan kata-kata itu.

"Oh ternyata memang betul, kamu udah bosen kerja dirumah ini. Yaudah, mulai hari ini Bi Hanum dipecat" Jessica tidak kalah tegang, merasa dirinya berkuasa dan tidak mau disalahkan.

"Bi, kenapa tiba-tiba begini. Sebelumnya Bi Hanum baik-baik saja bekerja dirumah ini, kalau bibi merasa gajinya kurang, kenapa tidak bilang ke saya?, sudah, tidak ada yang dipecat, bibi masih kerja dirumah ini. Bereskan ruang tamu saja Bi, setelah sarapan, saya ingin bicara pada Bi Hanum" ujar Pak Abra, mencoba meredakan ketegangan dua wanita itu. Bi hanum mengangguk dan langsung berlalu ke ruang tamu, sementara Jessica terus melotot kearah Hanum, sekaligus merasa jengkel dengan keputusan suaminya.

"Pah, orang yang gak tau diuntung kayak Hanum itu kok masih dibela sih, harusnya biarin aja tadi mama menampar dia sekali lagi" Jessica terus mengomel, geram pada Hanum.

"Sudah lah ma, ayo sarapan dulu. Dan untuk Aldi, hari ini kita tidak pergi kekantor, ada sesuatu yang perlu kita bicarakan" kata Pak Abra.

"Bicarakan apa pah?" Tanya Aldi.

"Nanti kamu akan tau" ucap Pak Abra.

Acara sarapan pagi yang penuh drama itupun berakhir, masing-masing anggota keluarga Pak Abra berlalu dari meja makan menuju kesibukannya sendiri. Rivano berangkat kesekolah dengan motor besar yang dibelikan Pak Abra, motor yang menjadi saksi atas liarnya kelakuan Vano, sering ugal-ugal an dijalan dan sudah banyak nama-nama wanita yang dibonceng menggunakan motor itu.

Sementara Rifaldo, saudara kembar Aldi, berangkat sendirian kekantor, dan Stefani istri Rifaldo, pergi kekamar untuk memberi asi kepada bayi mereka.

***

"Sudahlah pah, kita pecat aja Bi Hanum, mama gak bisa terima dengan perlawanan dia tadi. Papa liat sendiri kan tadi, dia udah gak punya sopan santun sama majikannya" Jessica terus menghasut suaminya untuk membuang Hanum. Jessica masih tidak terima atas perlawanan yang dilakukan Hanum tadi.

"Sebentar ma, yang mau papa bicarakan dengan Aldi ada hubungannya sama Bi Hanum" ucap Pak Abra, Aldi semakin penasaran dengan apa yang akan dibicarakan papanya.

PRANGGGG...

"Aduh mati aku, bagaimana ini" cemas Hanum.

"Hah, suara apa itu?" Jessica yang mendengarnya seketika risau. Dengan langkah tergesa, langsung menuju ke ruang tamu karena sumber suara itu berasal dari ruang tamu.

Ketika tiba diruang tamu, tampak Hanum sedang sibuk memungut serpihan kaca, sebuah bingkai besar yang memuat gambar Keluarga Besar Pak Abra, tidak sengaja terjatuh dan pecah, tersenggol tangan Hanum ketika sedang bersih-bersih.

"Ya Allah. Hanummmmmm!" Geram Bu Jessica.

"Astaga" kata Aldi, ikut terkejut melihat bingkai pecah itu, Pak Abra hanya bisa mengelus dada, memperdalam sabar karena ingin membicarakan hal penting dengan hanum, Pak Abra tidak mau menciptakan suasana keruh.

"Maaf, aku tidak sengaja" ucap Hanum.

"Tidak sengaja?, kalau aku melempar mu ke jurang sekarang juga, kemudian aku berkata tidak sengaja. Bagaimana perasaanmu?" hardik Bu Jessica, sudah habis kesabaran.

"Kamu tau nggak?, bingkai foto ini lebih berharga dibandingkan hidupmu" lanjut Bu Jessica menyudutkan Hanum.

"Aku sudah minta maaf, jangan merendahkan ku lagi" sahut Bi Hanum, sambil terus memungut serpihan kaca.

"Kamu pikir minta maaf saja sudah cukup?, Pah, mama udah gak bisa toleransi perbuatan nya lagi, Bi Hanum harus ganti rugi dan mulai detik ini Bi Hanum saya pec..."

"Ma.. mamah, tunggu dulu. Kita bicarakan dulu baik-baik. Bi Hanum, duduk sebentar, nanti teruskan membersihkan serpihannya" Pak Abra memotong perkataan ketus dari istrinya. Dengan perasaan penuh emosi, Jessica ikut duduk, mencoba mendengarkan apa yang akan dibicarakan suaminya, tapi tidak melihat kearah Hanum, itu hanya akan membuat nya semakin kesal.

"Jadi begini Hanum, untuk mengganti semua kerugian ini, saya bermaksud ingin mengawinkan anak gadis mu dengan Aldi" ujar Pak Abra.

"Apa?"

"Apa?"

"Apa?"

Serempak Jessica, Hanum dan Rifaldi tersentak kaget mendengar pernyataan Abra.

"Papa udah gila?, menjodohkan anak kita dengan anak pembantu?" Umpat Jessica.

"Iya Tuan, saya yang telah melakukan kesalahan, jadi biarkan saya yang menebusnya juga. Kenapa Tuan Aldi tidak dijodohkan dengan saya saja? Saya akan menerima segala kekurangan Tuan Aldi" Kata Hanum.

"Heh Hanum, kamu lebih gila. Dasar pembantu murahan, janda tua seperti kamu jangan bermimpi untuk jadi menantu ku, aku gak akan pernah sudi" Jessica tidak habis-habis mencibir Hanum, tapi umpatan itu terucap karena ulah Hanum sendiri yang tidak tau diri.

"Hanum, saya bicara serius. Kalau kamu tidak setuju, maka saya akan meminta ganti rugi seperti yang dikatakan istri saya tadi" kata Pak Abra.

"Hmm, kalau begitu saya punya permintaan. Saya akan menyerahkan anak gadis saya kepada keluarga ini, tapi kalian harus membayar sebesar 100 juta rupiah" kata Hanum.

"Setuju..." kata Pak Abra.

"Pah, 100 juta itu bukan uang yang sedikit. Saya gak sudi memberikan seribu rupiah pun untuk pembantu murahan ini" sahut Jessica.

"Kalau tidak mau yasudah. Kalian pikir, aku membesarkan anak ku dengan apa, dengan sampah?, kan pakai duit." ketus Hanum, sudah tidak ada rasa menghargai lagi dalam dirinya kepada keluarga Abra.

"Oke. Saya akan beri kamu 100 juta, tapi dipotong dengan kerugian yang sudah kamu lakukan hari ini. Dan kita buat surat 'Perjanjian 100 Juta', bahwa anak gadis yang akan menikah dengan Aldi nanti, sepenuhnya akan menjadi hak milik kami, tidak hanya sebagai istri untuk Aldi, tapi dia juga akan menjadi pembantu. Dan kamu Hanum, harus bersedia angkat kaki dari rumah ini" jelas Pak Abra. Tidak ada sedikitpun bantahan atau penolakan dari Hanum, dia langsung setuju dengan penawaran Pak Abra.

"Baiklah, beri saya waktu tiga hari untuk memberi penjelasan pada anak saya, namanya Refelin, dia baru berusia 19 tahun dan yang pasti masih perawan" ucap Hanum.

***

Atas penawaran yang Pak Abra buat, Jessica ikut setuju, karena setelah Aldi menikah nanti, Jessica tidak perlu lagi melihat wajah Hanum dirumah nya. Uang yang mereka sepakati pun diterima Hanum dengan potongan sebesar tiga puluh juta rupiah.

Aldi merasa senang, menikah dengan anak pembantu pun tidak masalah baginya. Karena diusia nya yang hampir memasuki tiga puluh tahun, belum ada satu wanita pun yang mau dia jadikan istri. Bukan karena kekurangan dari segi harta dan materi, tapi para wanita-wanita yang pernah didekati Aldi tidak mau menerima fisik Aldi, wajah yang seperti bekas luka terbakar itu membuat Aldi dijauhi banyak wanita. Bahkan karena keterbatasan fisiknya, Aldi sudah didahului saudara kembarnya menikah.

Tapi atas kesepakatan antara Pak Abra dan Hanum, sebentar lagi Rifaldi akan melepas masa lajangnya, menikah dengan anak gadis pembantu nya sendiri, yang mana Aldi dan Refelin belum saling mengenal.

1
bryan.gibran
Apa yang akan kalian lakukan jika berada di posisi Refelin?
Akbar Cahya Putra
Mantap banget, author! Jangan berhenti menulis ya!
Tōshirō Hitsugaya
cerita ini layak dijadikan best-seller, semangat terus!
bryan.gibran: thanks kak, ikuti terus update nya ya
total 1 replies
♞ ;3
Sama sekali tidak mengecewakan. Sebelumnya aku berpikir bakal biasa saja, ternyata sangat bagus!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!