11
Anggi Putri Nugroho, wanita cantik yang baru menyelesaikan pendidikan kedokterannya di usia 23 tahun. Memiliki kepercayaan diri tingkat tinggi membuat Dokter Anggi tanpa segan menerima tantangan dari kedua sahabatnya untuk menakhlukan seorang laki-laki asing yang mereka temui di club. Hingga akhirnya kisah rumit percintaannya 'pun dimulai.
Ig : Ratu_Jagad_02
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ratu jagad 02, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6
Tampil cantik, sexy dan menarik adalah suatu kebiasaan yang tidak akan pernah Anggi lewatkan. Ya, penampilan adalah yang utama baginya. Oleh karena itulah, untuk sekedar keluar jalan-jalan 'pun ia mematut diri cukup lama di depan cermin. Begitu merasa benar-benar siap, ia lekas keluar dari kamar dan berangkat.
Lima belas menit perjalanan, akhirnya mobil Anggi berhenti di depan cafe tempat janjiannya bersama kedua sahabatnya. Ia lantas masuk ke cafe dan duduk di meja yang sudah ditempati oleh Bela dan Kia. Anggi melepas kaca mata hitamnya, tapi belum sampai terlepas sempurna, matanya justru menangkap keberadaan seseorang yang ia incar. Ya, itu adalah Morgan. Tanpa pikir panjang, Anggi bangkit kembali dari duduknya.
"Nggi, mau ke mana?" tanya Kia.
"Hm," Anggi menunjuk ke arah Morgan dengan dagunya.
"Oh, good luck kalau begitu." Bela dan Kia mengepalkan tangan sebagai tanda semangat untuk sang sahabat.
Anggi benar-benar melepas kaca mata hitamnya dan menggantungnya di crop top yang ia kenakan. Lalu tanpa dipersilahkan, ia duduk di kursi depan Morgan seraya mengulurkan tangannya.
"Senang bertemu denganmu lagi, tampan." ucap Anggi genit.
Morgan menatap Anggi malas. Bagaimana tidak, kemarin malam mood Morgan sampai benar-benar hancur gara-gara wanita di depannya ini. Lalu sekarang, wanita ini datang kepadanya seolah tidak pernah membuat masalah sebelumnya.
"Hai, aku menyapamu tadi." ucap Anggi saat Morgan sama sekali tidak menjawab sapaannya.
"Kau cantik, tapi sayang, aku tidak tertarik." Morgan kembali menatap buku menu, seolah buku tersebut jauh lebih menarik daripada menatap wajah Anggi.
Dari pintu masuk cafe, seorang wanita terlihat mengernyitkan dahinya saat melihat laki-laki yang akan ia temui duduk bersama wanita lain. Ia lekas mempercepat langkahnya dan mendekati meja yang ditempati Morgan dan wanita yang tidak ia kenali itu, lalu tanpa aba-aba ia menggebrak meja dengan keras.
"Apa maksudmu, Morgan. Siapa dia?" tanya-nya berapi-api.
Anggi yang sempat terkejut langsung berdiri dari duduknya setelah keterkejutannya mereda. Ia tersenyum pada wanita yang baru saja membuatnya hampir jantungan itu dan tanpa sungkan mengulurkan tangannya, membuat wanita yang baru saja datang itu menatap sinis.
"Perkenalkan, aku Anggi. Kekasih dari laki-laki yang baru saja kau marahi."
"What?"
Tidak hanya wanita itu yang terkejut, tapi Morgan juga, bahkan Bela dan Kia yang melihat keberanian Anggi dalam berucap juga ikut terkejut. Namun mengingat seperti apa seorang Anggi, kedua sahabatnya itu hanya geleng-geleng kepala.
"Dia sahabat gilamu," cibir Kia.
"Dia juga sahabatmu, bodoh." ucap Bela, membuat keduanya akhirnya tertawa bersama.
Sedangkan di meja yang ditempati Morgan, Anggi dan wanita tadi justru terjadi perang dingin. Ya, wanita yang baru datang itu menatap tajam pada Anggi dan Morgan secara bergantian. Ia lantas mengacungkan jari telunjuknya di depan wajah Anggi, tapi langsung Anggi turunkan dengan begitu santai.
"Jangan pernah berani menunjuk wajahku, atau jarimu aku buat patah!"
Mendengar ucapan Anggi, wanita itu jelas merasa sedikit takut. Namun kemarahannya karena mendengar ucapan Anggi yang mengatakan kekasih dari Morgan tadi benar-benar telah mencapai ubun-ubun. Ia kembali mengangkat tangannya dan menunjuk wajah Morgan.
"Kau bajingan, Morgan. Kita hampir bertunangan tapi kau berani bermain api bersama wanita lain—"
"Nongkrong di cafe, bukan main api." timpal Anggi memotong ucapan wanita di depannya.
"Diam!" wanita itu jelas merasa geram, tapi ia mencoba untuk tidak begitu terpancing, sebab tatapan santai Anggi saja sudah mampu membuatnya tak berkutik. Pandangannya kembali terarah pada Morgan. "Lihat saja, aku akan adukan perbuatanmu ini pada kedua orang tuamu."
"Adukan saja, sekalian kabarkan pada mereka bahwa kekasih putra mereka seribu kali lebih cantik dari mantan calon tunangannya ini." timpal Anggi lagi, membuat wanita itu benar-benar geram hingga memutuskan pergi dengan segala kemarahannya.