Sekuel dari Anak Jenius Mom Sita. Disarankan untuk membaca novel tersebut dulu agar mengetahui tokoh tokohnya.
Kai Bhumi Abinawa memiliki identitas ganda. Ia dijuluki sebagai Mr Sun di dunia hacker yang ditakuti dunia internasional. Sedangkan di dunia nyata Kai dikenal sebagai pemilik sekaligus CEO dari A-DIS ( Abinawa Defense of Internet System) Company yang sukses. Namun kesuksesan yang dimiliki membawa ia dalam banyak masalah. Banyak wanita yang mengejarnya serta musuh yang ingin menjatuhkannya.
Merasa lelah dengan rutinitasnya, Kai memutuskan untuk menepi dan melakukan sebuah perjalanan. Ia meninggalkan semua kemewahannya dan berkelana layaknya pemuda biasa.
Di tengah perjalanannya Kai bertemu penjual jamu gendong yang cantik. Kirana Adzakia nama wanita berhijab tersebut. Kai jatuh hati terhadap Kiran dan Ia memutuskan untuk menetap di daerah tempat tinggal Kiran sebagai penjaga warnet. Namun siapa sangka Kiran adalah seorang janda muda di usianya yang baru 21 tahun.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MBH 06. Sudah Bukan Jamannya
Hendri mencoba untuk menghubungi Roni asisten pribadi Rama. Ia baru menyadari kebodohannya saat dirumah Rama mengapa ia tidak meminta nomor ponsel Rama.
Selama ini jika ada pembicaraan bisnis selalu melewati Roni sang asisten. Hendri tidak pernah mengetahui nomer pribadi Rama dan Rama juga bukan tipe tipe orang yang mudah memberikan nomor ponselnya kecuali kepada orang yang dia anggap akrab.
" Hallo asisten Roni, apakah saya bisa berbicara dengan Rama?"
" Ini dari…"
" Ini Hendri, dari Suryoprojo Grub."
" Oh tuan Hendri, maaf sekali saat ini Bos Rama sedang tidak berada ditempat. Apakah ada yang harus dibicarakan atau anda mau menitip pesan saja."
" Aah… begini saja, tolong sampaikan nanti malam saya ingin bertamu jika Rama tidak ada keperluan."
" Baik… akan saya sampaikan."
" Baik terimakasih asisten Roni."
Roni menutup panggilan telepon dari Hendri. Rama yang sebenarnya ada di ruangan bersama Roni mengacungkan jempolnya.
" Bagus Ron."
" Bos, gimana mau diterima kunjungannya?"
" Terima saja, aku mau lihat dia mau apa. Meskipun aku sudah tau sih apa yang dia mau."
" Apa memangnya bos?"
" Aku yakin dia mau menjodohkan anak perempuannya dengan Kai."
" Terus bos setuju?"
" Nggak lah, tahun 2023 gitu lho masih aja jodoh jodohan. Dan aku yakin Kai tidak menyukai tipe wanita seperti putrinya Hendri itu."
" Bagus Bos, biar abang memilih sendiri pendamping hidupnya."
" Kau benar Ron. Baiklah apa yang harus kita kerjakan."
Rama dan Roni kembali mengerjakan pekerjaan yang sudah menumpuk di mejanya karena absennya dia kemarin.
🍀🍀🍀
Luki dan Mira mau tidak mau harus mengurus seluruh pekerjaan yang berada di A-DIS Company. Mereka benar benar kewalahan dengan pekerjaan yang begitu banyak. Padahal belum ada beberapa jam saat Kai tidak ada.
" Ya Allaah kenapa kerjaan begitu banyak. Ini permintaan banyak banget. Apakah perlu kita acc semuanya."
" Huft… jangan mas. Kau selama ini kan tahu cara kerja Kai. Nah kamu seleksi saja seperti Kai. Pilih perusahaan yang memang paling membutuhkan A-DIS terlebih dahulu."
" Ya kau benar. Setelah kupikir pikir pantas saja anak itu ingin sejenak menepi dari riuhnya pekerjaan. Ternyata memang luar biasa melelahkan. Belum lagi dia kalau dikejar kejar wanita yang menggandrunginya. Haish jadi orang tampan dan kaya itu memang susah. Beruntung mukaku ini pas pas an. Dan sudah punya kamu tentunya."
" Halah… gombal kamu mas."
Luki meraih tubuh Mira dan mendekatkan ke tubuhnya. Ia menatap lekat mata sang istri.
" Terimakasih sudah mau menerimaku yang pas pas an ini."
Cup
Luki mencium bibir Mira sekilas, namun Mira menahannya. Ia menginginkan sebuah ciuman bukan hanya sekedar kecupan.
Mereka pun saling membelit lidah. Pasangan halal itu pun sedikit menyisipkan romantisme di tempat kerja mereka yang penuh dengan kesibukan.
" Astagfirullah Om Luki aunty Mira kalian menodai mata suci kami."
Mendengar teriakan dari orang yang tak asing bagi mereka membuat Luki dan Mira melepaskan pagutan mereka dan membuat jarak diantara keduanya.
" Hei bocah ngapain kalian kesini. Kantor bukan tempat buat main."
" kalian ada keperluan apa Akhza, Abra?"
" Kami disuruh abang buat bantu bantu di A-DIS selama abang pergi om, aunty."
Luki langsung terkulai lemas, Kai benar benar mengerjainya dengan membuatnya menjadi pengasuh untuk Akhza dan Abra.
" Ya Allaah Kai, dosa apa aku sama kamu sehingga dirimu dengan tega menyiksaku begini."
" Sudahlah mas, biarkan mereka belajar mengerjakan pekerjaan di A-DIS aku rasa mereka memiliki kemampuan untuk itu." Mira berucap bijak.
Luki akhirnya pasrah, ia meminta Akhza dan Abra mendekat.
"Baiklah mulai sekarang kalian akan bekerja di sini. Ingat untuk patuh disiplin bekerja. Kalian akan mulai bekerja sepulang dari kampus mengerti."
" Asiaaaap om."
Akhza dan Abra berteriak bersamaan. Sebenarnya pekerjaan di A-DIS ini tidaklah asing bagi mereka karena Kai jika di rumah sering mengajak keduanya untuk membantu mengerjakan.
Si kembar itu pun sudah berada di depan komputer dan mulai mengerjakan beberapa keamanan sistem di sebuah perusahaan. Luki melihat dengan kagum, pasalnya mereka sangat lincah.
" Woaah tak kusangka kalian begitu hebat."
" Makanya om Luki jangan suudzon dulu sama kita. Ya kan Kak."
" Yoi… abang tuh kalo di rumah suka minta kita yang ngerjain beberapa pekerjaan jadi kita sudah bisa mengerjakan hal seperti ini."
" Hahaha bagus, rupanya Kai bukannya mau ngerjain aku tapi mau mempermudahkan aku."
***
Ketiga pria beda usia itu sampai di rumah tepat pukul 5. Mereka bertiga melemparkan tubuh mereka di sofa ruang tamu.
" Lho… kalian baru pulang."
" Iya yah, kami diminta abang buat bantu om Luki di A-DIS." Jawab Akhza.
" Kenapa nggak ada yang bantu ayah Di JD Grub. Kalian benar benar ter...la...lu…."
" Hahaha ayah kayak pak Haji penyanyi dangdut itu." Seloroh Abra.
Ana yang sudah berada di rumah dari siang muncul membawakan minuman untuk ayah dan kedua kakaknya.
" Waah putri ayah pengertian sekali. Makasih sayang."
" Sama sama ayah ganteng. Di minum yah."
" Halah.. adek mah kalau nggak ada abang ayah dibilang ganteng kalau ada abang mana pernah muji muji ayah."
" Mas Abra diem deh, nanti airnya Ana ambil lagi."
Glek… glek...glek…
Abra langsung meminum air pemberian Ana hingga tandas. Begitu juga Akhza, mereka pun mengucap syukur bersamaan.
" Alhamdulillaah…."
" Kayaknya kalian capek banget."
" Iya sayang, mereka disuruh abang buat ke A-DIS. Terus aku, gara gara absen kemarin pekerjaan numpuk banyak banget. Oh iya mom nanti keluarga Hendri mau kesini."
" Mau ngapain???"
Bukannya Sita yang terkejut malah Ana yang protes.
" Ayah awas aja ya kalo sampe mau jodohin abang sama si piranha itu."
" Astagfirullah Adek nggak boleh ngatain orang kayak gitu."
" Habisnya mom, Ana tahu banget niatan mereka sering ke rumah. Si piranha itu kan suka sama abang. Idih amit amit deh punya ipar kayak dia. Mom, Safira Jasmin itu adalah wanita sosialita yang hidupnya super glamor. Dia itu sombong banget mentang mentang toko bajunya dan merek bajunya dia booming."
" Butik Ana."
" Sama aja ayah toko baju sama butik artinya sama. Sama sama menjual pakaian."
Melihat si bungsu begitu sewot semua orang hanya bisa tertawa. Ana memang sangat tidak menyukai Safira. Baginya Safira sangatlah tidak cocok dengan sang abang kesayangannya.
Tok….tok...tok…
" Nah loh… jangan jangan mereka udah datang. Nggak tau apa sebentar lagi mau magrib. Dasar nggak tahu waktu."
" Adek… sudah ya nggak boleh sewot sewot begitu ah, nggak baik."
" Iya Mom."
Ana pasrah mendapat teguran sang mommy. Dia sudah berjanji kepada Kai untuk patuh dengan mommy nya.
" Ayah, Akhza dan Abra bebersih tubuh dulu dan siap siap sholat magrib. Biar mommy sama Ana yang menyambut mereka."
Ketiga pria itu mengangguk patuh dan menuju ke kamar masing masing untuk membersihkan diri. Sedangkan Sita dan Ana membukakan pintu.
" Selamat sore Mbak Sita."
"Sore Mas Hendri Jeng Tyas dan Fira. Mari masuk dulu."
Sita membawa para tamu tersebut ke dalam rumah dan meminta Ana untuk menyiapkan minuman serta makanan ringan.
" Maaf ya kami datangnya kecepetan."
" Tidak apa apa jeng Tyas. Nah itu minumannya sudah datang. Ayo monggo lho dinikmati."
" Walah.. Malah ngrepotin. Jadi nggak enak."
Emang, kalian emang ngrepotin nggak sadar aja. Batin Ana.
" Mbak Sita, Rama nya kemana kok nggak kelihatan. Apa masih belum pulang?"
" Oh ada kok mas Hendri sudah pulang. Tapi sedang mandi."
Adzan maghrib berkumandang, matahari bergantian tugas dengan rembulan.
" Sebelumnya maaf kalau tidak sopan. Saya tinggal sebentar dulu ya mas, jeng, dan nak Fira. Kami terbiasa sholat berjamaah. Silahkan dinikmati dulu camilannya, atau mau ikut kami sekalian."
" Eh.. Anu… itu… kami nanti saja di rumah."
" Baik kalau begitu."
Sita tersenyum mendengar jawaban Hendri. Ia pun segera meninggalkan para tamu itu karena pastinya Rama dan anak anaknya sudah menunggu.
15 menit berlalu akhirnya Rama kembali. Rama pun masih mengenakan sarung, baju koko dan peci nya.
" Maaf lho Hen lama."
" Ooh nggak apa apa."
" Ini ada apa ya sepertinya ada sesuatu yang penting."
Safira yang mendengar pertanyaan Rama tiba tiba tersenyum. Ia sungguh tidak sabar dengan apa yang akan dibicarakan daddynya.
" Begini Ram, aku bermaksud menjodohkan Safira dengan putramu Kai. Mereka sudah sama sama dewasa dan siap menikah. Bagaimana menurutmu Ram?"
" Aku tidak bisa memutuskan Hen, aku ini orang tua. Yang mau menikah adalah anakku jadi keputusannya ada di anakku. Dan sekarang anak laki laki ku yang sulung itu sedang tidak ada di rumah. Dia sedang melakukan perjalanan dan belum tahu kapan akan kembali. Baru tadi pagi berangkat."
" Apa??? Memangnya Kai pergi kemana Om."
" Maafkan Om Fira, Om sendiri tidak tahu kemana Kai pergi. Dia sama sekali tidak mengatakan kemana tujuannya."
Hendri seketika terdiam. Ada rasa malu yang menjalar di dadanya. Secara tidak langsung Rama menolak perjodohan ini.
" Baiklah kalau begitu Ram. Kami pamit dulu."
" Dad…"
" Ayo pulang Fira, Kai tidak ada di rumah. Kita akan datang kalau Kai sudah pulang."
" Iya Hend, kau benar datanglah saat Kai pulang dan tanyakan padanya nanti. Maaf Hend jika mengecewakanmu."
" Tidak apa apa Ram yang kau ucapkan memang benar. Kami permisi dulu."
Hendri beserta anak dan istrinya buru buru keluar dari rumah Rama. Rama pun bernafas lega.
" Huft… pas banget Kai tidak ada di rumah. Bisa jadi ini pertanda bahwa kita tidak akan pernah berbesanan Hend."
TBC