Menginjak usia 32 tahun, Zayyan Alexander belum juga memiliki keinginan untuk menikah. Berbagai cara sudah dilakukan kedua orang tuanya, namun hasilnya tetap saja nihil. Tanpa mereka ketahui jika pria itu justru mencintai adiknya sendiri, Azoya Roseva. Sejak Azoya masuk ke dalam keluarga besar Alexander, Zayyan adalah kakak paling peduli meski caranya menunjukkan kasih sayang sedikit berbeda.
Hingga ketika menjelang dewasa, Azoya menyadari jika ada yang berbeda dari cara Zayyan memperlakukannya. Over posesif bahkan melebihi sang papa, usianya sudah genap 21 tahun tapi masih terkekang kekuasaan Zayyan dengan alasan kasih sayang sebagai kakak. Dia menuntut kebebasan dan menginginkan hidup sebagaimana manusia normal lainnya, sayangnya yang Azoya dapat justru sebaliknya.
“Kebebasan apa yang ingin kamu rasakan? Lakukan bersamaku karena kamu hanya milikku, Azoya.” – Zayyan Alexander
“Kita saudara, Kakak jangan lupakan itu … atau Kakak mau orangtua kita murka?” - Azoya Roseva.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desy Puspita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 06 - Tidak Bisa Dimaafkan
Demi Azoya, Zayyan bahkan rela pekerjaannya kacau begini. Dia sendiri yang berniat untuk meninggalkan wanita itu, namun dia juga yang panik luar biasa kala sudah tiba dikantor. Siang ini, Amran yang mengetahui jika ada yang tidak beres dengan Zayyan dari asistennya sontak mendatangi ruangan kerja pria itu.
"Nikahi saja apa salahnya, semakin dia dewasa kau akan semakin khawatir dan dibuat sakit kepala karena ulahnya," ungkap pria itu menatap jauh ke luar sana, udara pagi ini begitu menenangkan namun tidak dengan wajah Zayyan.
"Tidak semudah itu, dia adikku, Amran."
"Adik tiri lebih tepatnya."
Zayyan tampak terdiam, pria itu menghela napas kasar lantaran dirinya memang benar-benar gusar. Ucapan Amran sejak lama dia pertimbangkan, akan tetapi keadaan membuatnya sangat sulit untuk mengambil keputusan.
"Zayyan, aku penasaran apa yang membuatmu tidak pernah rela dia berhubungan dengan pria lain. Padahal, wanita lain juga banyak yang berusaha mendekatimu," ujar Amran tidak habis pikir kenapa pria itu benar-benar membatasi kehidupan Azoya.
"Karena aku tahu isi otak mereka," jawab Zayyan kemudian bersandar di kursi kebesarannya, benar-benar bencana bagi Zayyan kala adiknya mulai membuka hati untuk lawan jenis.
"Ya, kurang lebih sama seperti isi otakmu jika melihat adik tirimu yang cantik itu. Iya, kan?"
Pertanyaan yang sukses membuat Zayyan melemparkan pulpen tepat di kepala Amran. Bisa-bisanya benar tepat hingga menembus dadanya, Amran terkekeh dan merasa dirinya tidak salah sekali.
Sementara Zayyan kini memilih diam dan merogoh ponsel Azoya yang sempat dia sita. Pria itu memeriksa riwayat percakapan antara Azoya dan Mahendra, hatinya panas dan kepalanya seakan hendak meledak kala membaca panggilan "Sayang" dari Azoya untuk pria itu.
"Siallan, dia bahkan tidak pernah khawatir aku sakit tiga hari berturut-turut ... dan kunyuk ini hanya sakit perut Azoya sampai tidak tidur? Dasar boddoh!!"
Zayyan membatin, jiwanya sudah cukup panas hanya dengan panggilan itu. Kini, pria itu justru kembali dibuat gila dengan cara Azoya mempelakukan kekasihnya, pria itu mengepalkan tangan bersamaan dengan matanya yang kini menatap tajam layar ponsel itu.
BRAK
"Astaga!! Kau kenapa?!!"
Pada akhinya Zayyan tidak bisa menahannya. Pria itu menggebrak meja hingga Amran terperanjat kaget, jantungnya yang memang sedikit lemah jelas saja panik usai mendapati Zayyan bertindak di luar dugaan begini.
"Tidak ada, keluarlah ... aku ingin sendiri," ujar Zayyan mengusap wajahnya kasar, pria itu benar-benar dibuat gusar padahal sudah sewajarnya pasangan kekasih akan semesra itu.
"Ya sudah, jika butuh sesuatu telpon saja."
Zayyan mengangguk pasrah, dia tidak ingin terlalu lama disaksikan oleh Amran. Satu-satunya sahabat yang masih peduli padanya meski sudah berkeluarga, di antara mereka memang hanya Zayyan yang belum memiliki pasangan hidup.
"Lewat pesan saja dia semesra itu, kalau sedang berdua bagaimana?"
Dia gusar sendiri bahkan lupa makan siang, pasangan kekasih jika sudah berdua pasti tidak akan ada baiknya. Mustahil mereka akan membahas pasar modal, pikir Zayyan sama sekali tidak bersih lagi.
Matanya memerah, ingin sekali dia menghajar wajah Mahen saat ini juga. Pria itu sontak menghubungi seseorang yang mungkin bisa dia gunakan untuk membuat Mahen jera, tampaknya sebuah kalimat yang dia kirim pada Mahen tadi pagi tidak akan mempan apalagi jika mereka berdua sudah bicara empat mata sebagaimana yang Mahen katakan di sana.
"Apapun, asal dia tidak berani mengusik adikku lagi."
.
.
.
Zayyan melakukan apapun demi bisa membuat pria lain mejauh dari adiknya. Tanpa dia ketahui saat ini Azoya berpikir keras bagaimana caranya membuat Mahendra percaya jika yang membalas pesannya adalah Zayyan, bukan dia.
"Sumpah, aku tidak mungkin mengatakan hal konyol semacam itu, Mahen."
"Lalu siapa? Aku sengaja menemuimu di sini karena terkejut dengan keputusan sepihakmu, bisa-bisanya mengakhiri hubungan padahal aku hanya mengucapkan selamat pagi," ucap Mahendra tidak habis pikir dengan kekasihnya, padahal tadi malam hubungan mereka juga baik-baik saja.
"Kakakku."
"Zayyan?"
"Ehm, ponselku dia sita dan aku saja tidak tahu apa yang dia kirimkan," ujar Azoya tegas karena memang dia sama sekali tidak mengetahui apa yang Zayyan ketik untuk Mahen.
"Lihat, yakin bukan kamu?"
Mata Azoya membulat sempurna kala membaca pesan yang Zayyan kirim untuk Mahen pagi tadi, artinya kemungkinan awal dia menyita ponsel Azoya, pikirnya.
Aku membencimu, selama ini aku berbohong ... Kita akhiri saja, kamu bukan tipeku sama sekali.
"Zayyan!!!" pekik Azoya dalam hati, ingin sekali dia meraung dan mengacak-ngacak otak Zayyan kalau perlu dia keluarkan dari tempurung kepala sang kakak.
- To Be Continue -
perjuangkan kebahagiaan memang perlu jika Zoya janda ,tapi ini masih istri orang
begoni.....ok lah gas ken