"Zivanna aku menikahimu karena ingin balas dendam kepada ibu mu. Bukan karena aku mencintaimu," Devan mencengkeram kuat dagu gadis itu, lalu dihempaskan kelantai kamar dengan kasar.
"Aa--aa--apa! Bukanya selama ini kakak mencintai ku?" tanya Zizi tergagap di sertai air matanya.
"Cih, cinta kata mu! Aku tidak pernah mencintaimu. Selama ini aku melakukannya agar bisa menjalankan misi balas dendam ku. Apa kamu sudah mengerti sekarang,"
Namun, ketika dia hamil mampukah Zizi mempertahankan anaknya? Sementara dia harus berjuang untuk hidupnya sendiri. Sedangkan Devan sudah mengancamnya. Apabila dia hamil, maka anak itu akan lelaki itu lenyap kan. Kira-kira Zizi akan tetap tinggal di rumah mewah Devan atau mengugurkan kandungan nya? Atau dia memilih pergi bersama bayi dan penyakit yang di deritanya?
Penasaran sama ceritanya? Yuk langsung ke bab selanjutnya.🤗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zaenab Usman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hari bahagia.
🌷🌷🌷🌷🌷
.
.
"Kamu cantik sekali sayang. Ibu sendiri saja, sampai tidak mengenalimu. Apalagi Devan, pasti dia akan semakin terpukau melihat kecantikan putri ibu." puji ibu Ellena melihat Zizi setelah dirias.
"Ibu juga sangat cantik, ketika menikah dengan Ayah Dion. Padahal ibu sudah punya anak. Apalagi ketika ibu menikah dengan Ayah Aron. Pasti jauh lebih cantik lagi." balas Zizi memuji ibunya juga.
Ibu Ellena pun ikut tersenyum mendengar perkataan zizi. Karna semua yang dikatakan putrinya itu memang benar. Dia memang sangat cantik. Hanya saja, ketika masih duduk di bangku SMA. Ibu Ellena belum pandai merias dirinya sendiri.
"Sayang...! besok pagi, kamu sudah ikut suamimu ke kota Y. Ibu harap, kamu bisa menjaga dirimu dan menjaga pernikahan kalian. Jadilah istri yang berbakti kepada suami." ibu Ellena memberikan nasihat.
"Iya Bu, Zizi pasti akan menjaga diri dan menjaga pernikahan kami. Zizi ingin seperti pernikahan Ibu dan Ayah Aron. Yang dipisahkan oleh maut." Zizi yang memang selalu mengingat sosok Ayahnya.
"Ibu akan selalu memberikan do'a terbaik untuk pernikahan mu Nak." Ibu Ellena menghentikan ucapannya, setelah mendengar pintun di ketuk.
"Sudah Ayo kita keluar, sepertinya acara sudah mau di mulai." Ibu Ellena berjalan lebih dulu, untuk membukakan pintu kamar hotel tempat acaranya berlangsung.
"Apakah acaranya sudah mau dimulai?" tanya ibu Ellena mempersilahkan sepupu Ayah Dion masuk. Yang seumuran dengannya.
"Sudah El, Aku kesini untuk membantu mu membawa Zizi ke tempat acaranya." seru Tante Alin, lalu dia mengikuti ibu Ellena ke tempat Zizi tadi di rias.
"Wah, keponakan Tante cantik sekali. Pasti Devan akan bertambah tergila-gila padamu sayang." puji nya terpukau.
"Tante terlalu memuji. Zizi jadi malu ini." ucap Zizi memberikan Tantenya itu pelukan. Meskipun Zizi bukan bagian dari keluarga Atmaja, tapi mereka semua menerima Zizi seperti menerima ibu nya juga.
"Kamu cantik seperti ibumu Nak. Makanya kakak Tante, sangat mencintai nya." tante Alin tertawa sambil menarik ujung hidung Zizi dengan gemas.
"Sudah Ayo kita ke luar. Jika mengobrol terus, kapan kita turunnya." Ibu Ellena mengandeng Zizi dari sebelah kanan. Sedangkan Tante Alin mengandeng tangan sebelah kiri Zizi.
Begitu mereka mulai berjalan di atas karpet merah, menuju ke tempat mengikrarkan janji pernikahan Devan dan Zizi. Semua para tamu terpukau, melihat kecantikan mempelai wanitanya.
Meskipun sangat terlihat jika Zizi masih belum cukup umur untuk menikah. Tapi tidak ada satu orangpun yang berani untuk membicarakannya.
Yang terdengar hanya suara pujian saja.
"Wah pantas saja Tuan muda Atmaja mau menikahi adik tirinya. Ternyata dia sangat cantik, sama seperti ibunya." puji si A.
"Benar, ternyata wanitanya sangat cantik." ada yang membenarkan lagi.
"Iya, mereka berdua adalah pasangan yang sangat serasi. Satu tampan dan satunya lagi sangat cantik." ucap si L membenarkan.
Tidak hanya para tamu undangan saja yang terpukau. Tapi pengantin prianya pun juga terpukau melihatnya.
Karna selama ini, Zizi memang tidak pernah memakai riasan wajah. Jika bukan pas ada acara-acara tertentu saja.
"Ternyata jika di dandan seperti ini, anak kecil ini sangat cantik. Jika saja ibunya tidak menghancurkan keluarga ku. Maka dia tidak akan pernah aku lepaskan."
Devan ikut memuji didalam hatinya, dengan jantung yang berdetak kencang. Semakin dekat Zizi melangkah kearahnya, maka semakin kencang pula detak jantung Devan.
"Kamu kenapa menjadi tegang seperti itu Dev? awas kamu jangan asal seruduk saja. Disini masih banyak orang." Ayah Dion menyenggol lengan Devan.
Karna dia tau, begitu melihat kedatangan Zizi, Devan seperti sedang terhipnotis.
"Agh, Ayah apa-apaan sih. Memangnya Devan ini apa, main seruduk-suruduk aja." sungut Devan kesal sudah di buat kaget oleh Ayahnya.
"Kan mana tau kamu sudah tidak sabar, ingat Dev, Zizi itu masih terlalu muda untuk mu. Jadi kamu harus memberi pemanasan dulu. Agar dia tidak takut kepada mu." imbuh Ayah Dion lagi, masih dengan cara berbisik.
Ketika Devan ingin kembali menjawab. MC pembawa acara, sudah menyebutkan namanya, karna mempelai wanitanya sudah hampir tiba di dekat Devan.
Begitu Zizi tiba di depannya. Devan langsung menyambut tangan Zizi yang tadi di tuntun oleh ibu Ellena. Dan di satukan dengan tangan Devan.
Lalu Devan dan Zizi berjalan kearah tempat yang akan menyatukan mereka, menjadi dua orang insan yang akan saling melengkapi. Saat susah maupun senang. Saat sehat maupun di saat sakit.
Setelah mereka resmi menjadi pasangan suami-istri. Mereka berdua langsung bertukar cincin perkawinan mereka.
Yang menandakan, jika mereka sudah ada yang memiliki. Baik itu Devan ataupun Zizi.
Lalu setelahnya, terdengar lah suara riauh dari para hadirin tamu undangan dan keluarga Atmaja.
"Cium...Cium...!" ucap mereka secara bersama. Menyuruh Devan mencium Zizi di depan mereka. Karna itu sudah menjadi tradisi di kota X.
Dan Devan pun menarik pinggul Zizi. Agar menempel pada tubuhnya, sebelum dia melakukan acara ritual yang terakhir.
Cup...
Devan bukannya mencium kening Zizi, seperti yang dikira oleh semua orang. Namun Devan langsung pada pusat intinya. Yaitu bibir ranum Zizi. Yang kemarin sore, sudah membuatnya bersolo di kamar mandi.
Tak tanggung-tanggung, Devan juga menarik tengkuk Zizi untuk memperdalam ciumannya. Menandakan jika dia sangat menikmati ciumannya.
"Waw....! Ternyata putra Atmaja ini sudah tidak sabar untuk bersilaturahmi." tawa MC dan semuanya yang menyaksikan.
"Anak ini, benar-benar. Padahal, tadi sudah aku peringatkan." Ayah Dion ikut merangkul mesra ibu Ellena.
Sedangkan ibu Ellena sangat merasa bahagia. Tindakan yang Devan lakukan itu. Seolah-olah menandakan, jika Devan sangat mencintai putrinya. Makanya Devan tidak malu melakukannya di depan semua orang.
"Biar kan saja kak, agar kalian cepat mendapatkan cucu. Bukanya Devan dan Zizi sama-sama anak tunggal." yang di jawab oleh Tante Alin.
"Iya, kamu benar Alin. Biar aku yang mengurus anak mereka." ibu Ellena membenarkan apa yang dikatakan oleh Tante Alin.
Dan tidak terasa, acara itu terus berlanjut dengan acara-acara lainnya.
Semakin siang, hotel mewah itu semakin di padati oleh para tamu-tamu penting. Dari kalangan kolega bisnis Ayah Dion saja, sudah hampir setengah dari kota X.
Sedangkan Devan sendiri, memang tidak mengundang para kolega bisnisnya. Devan hanya mengundang para raeder yang sangat penting saja. Tapi sayangnya, mereka tidak ada yang datang.
"Apa kamu letih?" Devan melihat kearah Zizi yang sudah seperti menahan sakit.
"Iya kak, Zizi sudah tidak kuat lagi berdiri disini." jawab Zizi jujur.
"Devan, kalau begitu kalian kembali saja ke kamar. Kasihan Zizi. Biar kami saja yang menyambut tamunya." titah Ayah Dion yang tidak sengaja mendengar percakapan anak dan menantunya.
BERSAMBUNG....🤗
.
.
.
.
Kira-kira setelah di kamar, Devan sama Zizi mau ngapain ya.🤔 Jadi kepoooooo.😂😂