Karena hidup dalam kesederhanaan dan nyaris tak punya apa-apa. Alena dan Keluarganya selalu di hina dan tak henti-hentinya di rendahkan oleh keluarga sepupunya yang termasuk orang berada.
Alena semakin di kucilkan ketika gadis itu di ketahui telah menjalin hubungan dengan pria yang bernama Pradipta Devano Syahputra. Pria yang berprofesi sebagai seorang montir di salah satu bengkel di kota itu.
Namun siapa sangka, Di balik pakaian kotornya sebagai montir, Alena di buat terkejut setelah mengetahui bahwa Devano ternyata seorang Ceo yang kaya raya..
•••••
"Terserah mereka ingin merendahkan mu seperti apa. Yang penting cintaku padamu tulus. Aku janji akan membahagiakanmu serta membungkam mulut mereka yang telah menghina mu dan keluarga mu.." Pradipta Devano Syahputra.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon El Viena2106, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Gara-gara Mati Lampu
Dilla berangkat bekerja dengan perasaan kesal yang luar biasa. Sepertinya sekarang dia tidak bisa menindas Alena begitu saja karena semakin lama gadis itu semakin berani saja. Alena yang dulu hanya diam kini sudah berani melawan. Bahkan tadi gadis itu berani mengancam ayahnya. Sungguh keterlaluan!
"Tapi kalo di pikir-pikir pacar Alena ganteng juga ya? Tapi kalo cuma kerjanya montir mana cukup untuk kebutuhanku..." Batin Dilla. Wanita itu melirik sang suami yang kini fokus menyetir mobil sedan..
"Kamu kenapa? Kok ngelamun?" Tanya Bagas kepada Dilla. Dia heran saja, Biasanya istrinya ini cerewet tapi kenapa sekarang malah jadi pendiam.
"Mas..
"Hm..
"Mas sudah sembuh total kan?" Bagas menoleh ke sebelah kiri dimana Dilla duduk.
"Memangnya kenapa sayang? Kamu mau minta?" Dengan malu Dilla mengangguk.
"Iya dong Mas.. Kita ini kan udah nikah. Selama ini kan kita belum gitu-gituan.." Bagas tersenyum. Sebagai seorang suami dan pria yang normal, Tentu saja Bagas ingin melakukan malam pertama. Semuanya harus tertunda gara-gara Alena malam itu. Andai saja Alena akan menendangnya, Mana mungkin Bagas akan memfitnah Alena malam itu. Sudah di tendang di hujat pula sama para netizen.
"Kamu tenang saja, Nanti malam kita akan melakukan malam pertama kita. Tapi sekarang yang paling penting adalah bagaimana caranya kita minta maaf sama Alena. Gara-gara video sialan itu, Kita jadi kayak gini.." Dilla menghela nafas panjang.
"Tapi itu juga gara-gara kamu mas..
"Ya, Maaf sayang.. Aku kira Alena itu kamu. Makanya aku peluk, Eh gak taunya dia.." Ucap Bagas dengan alasannya. Pria itu memang mengatakan kalau dia salah peluk. Dilla pun percaya saja karena wanita itu memang sangat tidak suka dengan Alena.
"Ohya Mas... Katanya pak Andika itu bukan pemilik perusahaan yang asli ya?"
"Katanya sih begitu.. Pak Andika itu adakah asisten nya yang sekarang merangkap jadi direktur. Kabarnya sih direktur yang asli bekerja di balik layar.. " Dilla langsung menoleh.
"Kalau direktur yang asli bekerja di balik layar apa dia akan tahu tentang uang yang diam-diam kamu pakai Mas? " Bagas tertawa renyah.
"Kamu tenang saja sayang.. Semua aman kok. Mas itu udah mahir sama yang begituan.. Lagipula uangnya yang di pakai gak banyak kok. Semua ini aku lakukan demi kamu. Aku ingin kamu hidup bahagia..." Dilla tersenyum bahagia. Wanita itu semakin manja saja.
Mobil sedan yang di tumpangi oleh sepasang pengantin itu mulai memasuki area perusahaan. Kendaraan roda empat tersebut di parkirkan di tempat yang khusus mobil.
Begitu masuk ke dalam. Semua mata tertuju kepada Dilla dan Bagas. Setelah beredarnya video itu, Mereka jadi kurang respek terhadap Bagas yang seorang manager di perusahaan itu.
"Aku masuk dulu.." Dilla mengangguk. Ruang manager dan ruang staf biasa memang berbeda. Tapi Dilla merasa sudah hebat karena bisa menikah dengan seorang manager di perusahaan besar ini.
"Hay Dilla.. Gimana kabarnya? "Tanya salah satu dari mereka. Dengan sombongnya Dilla melengos.
"Wah.. Ada pengantin baru ini.. Gimana? Udah malam pertama belum? Senjata pak Bagas gak mati kan?" Ucapnya meledek. Dilla langsung menatap tajam temannya itu.
"Kenapa? Marah? Apa yang aku bilang bener kan? Secara kan senjata pak Bagas dapat dua tendangan maut dari Bu Alena.. Hahaha.." Mereka tertawa. Dilla semakin berang dan hendak memberikan tamparan kepada temannya itu namun..
"Gak usah sok arogan deh! Jangan mentang-mentang di nikahi sama manager lo bisa seenaknya ya? Ingat, Lo masih punya hutang minta maaf sama Bu Alena di hadapan kita semua" Dilla akhirnya terdiam. Duduk di kursinya dengan kesal bukan main.
Baru saja duduk dan mulai bekerja, Andika datang dengan Bagas dan Alena di belakangnya. Semua yang ada di sana berdiri memberikan hormat terhadap Andika.
"Seperti ucapan saya beberapa waktu yang lalu. Kalau video perseteruan antara Alena, Bagas dan Dilla yang tersebar dan viral sangat memengaruhi perusahaan ini. Beberapa dari pengusaha mengomentari sikap Bagas yang kurang sopan dan lancang. Maka dari itu, Saya ingin Bagas dan Dilla meminta maaf terhadap Alena. Bagas sebagai seorang pria yang punya sikap lancang dan kurang ajar, Dan Dilla yang menuduh Alena tanpa adanya bukti.. " Dilla semakin kesal. Ingin rasanya dia berteriak demi bisa melampiaskan kekesalannya.
"Tapi pak, Saya ..
"Minta maaf sekarang juga atau saya pecat kalian!" Titah Andika dengan tegas. Bagas dan Dilla pun akhirnya berdiri di hadapan Alena. Beberapa dari karyawan sudah sedia dengan camera mereka guna merekam.
"Alena.. Untuk malam itu, Saya sungguh minta maaf. Saya tidak berniat bersikap lancang. Saya hanya mengira kalau kamu adalah Dilla..
"Ini minta maaf apa cari pembenaran pak?" Celetuk salah satu dari mereka. Bagas tak peduli yang penting sekarang dia sudah minta maaf dan urusan selesai.
"Saya juga minta maaf Bu Alena karena saya sudah menampar anda malam itu.."
"Saya maafkan kalian.. Tapi ingat, Jangan di ulangi lagi.." Bagas dan Dilla sama-sama mengangguk.
"Awas aja kamu Alena! Akan aku balas kamu..
.
.
.
"Bang!! " Alena berlari kecil, Dia menghampiri sang kekasih yang benar-benar menjemputnya pulang.
"Yuk sekarang kita pulang. Tapi ikut abang dulu ya..
"Kemana? Kita jalan-jalan bentar. Abang tadi udah ijin kok sama Ayah dan Bunda.." Alena meraih helm dari tangan Devano lalu memakaikannya. Pria itu juga ikut membantu memasang kancing helm tersebut.
"Ya gapapa kalau udah ijin sama Bunda dan Ayah.. Yuk kita pergi sekarang.." Devano pun mengajak Alena pergi jalan-jalan sore itu.
Devano mengajak Alena ke pusat perbelanjaan. Pria itu membelikan pakaian untuk sang kekasih agar di pakai besok saat dia dan orang tuanya berkunjung. Devano membelikan pakaian untuk Alena dan kedua orang tuanya juga.
"Sekarang kita pulang ya? Ini udah malem kayaknya.." Alena mengangguk. Jam sudah menunjukkan pukul hampir tujuh malam. Selama belanja, Alena tidak sadar kalau pakaian yang beli Devano adalah pakaian yang harganya mahal.
Begitu sampai di daerah tempat tinggal Alena. Semuanya gelap. Tak ada satu pun lampu yang menyala.
"Kayaknya mati lampu deh Bang.."
"Kayaknya iya.. " Begitu sampai, Devano menghentikan motornya. Tempat yang gelap kini semakin gelap karena sorot lampu dari motor milik Devano ikut mati.
"Sekarang turun, Tapi hati-hati ya.. Gelap soalnya?"
"Iya Bang.." Alena turun dari motornya. Karena gelap Alena tidak melihat ada batu. Karena batu itulah Alena terjatuh..
"Aawwss...
"Alena!" Devano dengan segera membantu sang kekasih. Devano membungkukan tubuhnya memegang kedua bahu Alena agar berdiri.
"Ayo hati-hati..
Tiba-tiba saja sebuah lampu senter mengarah ke mereka.
"HEY! SEDANG APA KALIAN!!
.
.
.
Tbc
gantung LG