My Startling Destiny

Lany, dengan segala pikirannya yang berkecamuk membuat ia benar-benar tak bisa konsen. Rasa was-was dan takut dengan konsekuensi atas apa yang telah menimpanya membuat hati dan pikirannya blank. Ia baru saja keluar dari bar setelah mencari keberadaan Celin.

Bahkan ia sudah menjelajahi berbagai tempat yang biasa mereka tempati nongkrong namun hasilnya masih sama, tetap tidak ada.

Kenapa harus susah-susah? Bukankah ada hp untuk mengetahui dimana keberadaannya. Namun pikiran Lany yang buntu membuat ia sama sekali tak kepikiran untuk menghubungi Celin menggunakan Hp. Dengan begitu, tentu ia tak perlu menyiksa diri berkeliling seperti ini bukan? Hmmnt.

Rasa penat membuat Lany menyerah, ia tak mau lagi mencari Celin. Biarkan saja, toh mereka akan tetap bertemu lagi nanti.

Lany termenung sambil menunggu lift di depannya terbuka. Matanya tertuju pada pintu lift disebelahnya yang lebih dulu terbuka dan menyuguhkan pemandangan yang mencemarkan mata bagi sebagian orang yang belum terbiasa.

Dua orang berlawanan jenis baru saja mengakhiri ciuman panas mereka. Bahkan baju dan rok si wanita sudah berbentuk tak karuan. Tentu kita semua tahu apa yang barusan terjadi di dalam tadi.

Ya, demikianlah. Tidak ada yang tahu apakah dua orang itu adalah sepasang kekasih atau mungkin hanya orang asing yang baru bertemu di atas kapal.

Semua bebas melakukan apa saja asal jangan buat keributan dan jangan terlibat hubungan antar passenger-Kru/staff. Big No, Jangan sekali-sekali mencobanya!

Mata Lany sudah sering melihat pemandangan seperti itu. Setelah pasangan tadi berlalu, pintu liftnya pun terbuka. Ia langsung masuk dan memencet angka dimana lantai cabinnya berada.

Tak butuh waktu lama, pintu lift pun kembali terbuka. Ia keluar dan kembali melewati beberapa tangga lagi untuk sampai di kamarnya. Lany berniat untuk beristirahat sejenak sebelum melanjutkan pekerjaannya jam 6 nanti.

Setibanya di depan kamar, Lany mengeluarkan key card yang masing-masing dipegang oleh ia dan Celin.

Pintu pun terbuka, dan...

“Oughhh...”

Lany langsung mebalik tubuhnya ketika melihat sesuatu yang terjadi di dalam sana. Ya, dia baru saja memergoki Celin sedang melakukan hal yang mengasyikkan (If you know, what i mean) dengan kekasihnya yang juga seorang crew member.

Begitu menyadari pintu terbuka, pria itu langsung melepas dirinya yang menancap pada tubuh Celin, lalu membuang helemnya di tempat sampah. Iya helem, bukankah dalam berkendara kita harus menggunakan helem untuk melindungi diri dari kecelakaan. Begitupun dalam hal -mengasyikkan-, sebagian orang harus menggunakan helem juga untuk menghindari kecelakaan dalam tanda kutip.

Jangan heran kenapa Celin melakukan hal seperti itu, tentu dia juga sudah terkontaminasi dengan pergaulan yang ada. Dan ini sudah yang kesekian kalinya Lany menyaksikan something like that, entah itu orang lain ataupun kru. Tapi tidak semuanya juga seperti itu.

Poor, Lany!!

Bukankah dia termasuk gadis yang kuat? Di tengah kehidupan dan pergaulan yang seperti ini, ia masih mampu mempertahankan kesuciannya hingga malam itu tiba, dimana Alandra si-cowok aneh- berhasil mendapatkannya. Tentu, ia sudah tak penasaran lagi bukan? Andra sudah membuatnya mencicipi hal tersebut bahkan telah membuatnya meledak berkali-kali.

Ahhh, ****.. Kenapa harus Andra? Sekelebat adegan mengasyikkan itu kembali terputar di memory otak Lany, membuat ia menggeleng sambil mengerjap-ngerjapkan mata berusaha mengusir ingatan tentang ia, Alandra dan hal mengasyikkan.

“Sorry, Lany! we didn't mean anything.” dengan suara berat kekasih Celin meminta maaf sambil merapikan pakaiannya yang sedikit berantakan.

Sementara Celin ia langsung merapikan rambutnya setelah kembali mengenakan hotpants miliknya. Oh No, Cel! Mencerminkan budaya barat yang nyata.

“It's nothing, Not bad!! I'm well..!” Lany melambaikan tangan dengan posisi masih membelakangi.

“Balik lah Lan, kami sudah selesai!” seru kekasih Celin. Namanya Louis, ia berasal dari prancis dan bekerja sebagai staf Oficer yang tentunya memiliki jabatan lebih tinggi dan mendapat hak spesial, salah satunya seperti fasilitas kamar yang lebih luas.

Lany pun menoleh dengan napas lega.

“Sorri, Lan! tadi aku duluan karena Louis..”

“I mean! Santai saja!” sela Lany dengan santainya

Celin terdengar bernapas lega. Sejujurnya tadi ia sempat menunggu Lany datang, namun tiba-tiba Louis menghampirinya dan mengajak ia untuk bersenang-senang, tentunya.

“Kita tunggu Lany dulu, tadi kami datang bersama!” begitu kata Celin saat berusaha menolak. Namun, Louis yang kelihatannya sudah tak mampu menahan rindu, terus berusaha mengajak Celin dengan berbagai macam bujukan.

“Come on, Babe! Aku sangat merindukanmu, belakangan ini kita jarang bertemu..” Louis terus saja melayangkan bujukannya

“Toh kalian masih bisa bertemu lagi nanti..”

Hingga akhirnya Celin pun mengiyakan. Ia yang juga merindukan belaian sang kekasih mau tak mau harus pergi dan melakukan hal menyenangkan seperti tadi.

...____...

“Hati-hati Lan, jangan terlalu dekat dengan pasengger! You knowlah what i mean.. Resikonya besar!” peringat Celin setelah tahu jika pria yang menemui Lany tadi adalah seorang pasengger.

“Iya lah, siapa juga yang mau ambil resiko begitu! mengorbankan karir hanya karena dia, enggak banget deh..” Lany yang sudah siap dengan seragamnya pun hanya menggerutu sebal. Membahas Andra benar-benar membuatnya berasap.

Tentu Lany tidak akan memberi tahu Celin soal hal mengasyikkan yang pernah mereka lakukan. Yah, walaupun dalam keadaan terpaksa, namun tetap saja. Lany juga menikmatinya bukan? Tentunya, bahkan saat itu ia sempat mengagumi wajah Andra yang mirip idolanya, Hero or lebih dikenal dengan Hardin Scoot dalam film After. Hanya saja, status Andra sebagai Pasengger tentu menjadi momok mengerikan baginya dan membuat ia kesal setengah mati pada Andra yang malah menariknya melakukan “ITU”

“Tapi, dia lumayan lah, boleh! kategori diatas rata-rata tuh mukanya..” sambil menyisir rambutnya, Celin senyum-senyum sendiri.

“Hah?” desis Lany heran

“Iya, cowok yang tadi emang di atas rata-rata loh, Lan. Perfecto!!” Celin menarik tangannya membentuk sebuah garis yang berakhir pada jentikan dan jempol dua, sebagai tanda ia mengagumi wajah Andra.

“Dih..!” Lany mencibir tak suka “Pinter banget kamu nilai plus-minusnya cowok! Ku laporin Louis juga nih.." ancam Lany

“Dih, bercanda kali!” Celin yang juga sudah siap untuk bekerja segera berdiri “Tapi dia emang ganteng kok, Lan! Andai dia bukan tamu aku bakalan dukung 100 persen biar kalian jadian, hmmmnt”

“Dih, ngaco. Makin nggak jelas ni anak!" sunggut Lany yang kini ikut berdiri.

“Ya kan andai Lan, ANDAI!” Celin mulai ngegas “Aku juga tahu kali kalau kalian itu berada di belahan bumi yang bereda, jika dilihat dari sudut pandang kasta kehidupan di kapal..”

Lany yang cuek bebek mulai menyemprotkan parfum dengan wangi baby rose ke tubuhnya, Ia sama sekali tak menghiraukan celetukan Celin.

“Status kalian itu terlarang, nggak akan bisa bersatu kalau di sini!”

“Ih makin ngelantur deh, ni bocah!! Udah ah, Ayo!!” Lany yang kesal dengan pembahasan Celin langsung menariknya ke luar.

Para kru mulai ke luar dari kamar, mereka yang ada shift malam pun segera pergi untuk menjalankan tugas masing-masing.

...______...

Pukul 21.30 waktu setempat (Negara tempat berlayar) Lany baru saja menyimpan peralatan kerjanya bersama dengan Cabin Steward yang lain. Kemudian pergi mencuci tangan bersama dan akan pergi ke Crew Resto untuk makan malam bersama, bagi mereka yang belum makan malam.

“where is Lexi? kenapa dia tidak kelihatan?” tanya Lany pada salah satu rekannya yang bernama Zao Liu, berasal dari Cina.

“Katanya dia izin, perutnya sakit!”

“Sakit lagi?” tanya Lany heran sebab dari semalam Lexi memang mengatakan jika ia sempat sakit perut dan malam ini kembali terjadi.

Zao hanya mengangguk.

“Mungkin dia akan segera prieod, bukankah dia selalu seperti itu jika menjelang period.?"

Kini mereka semua sudah berada di Resto. Setelah mengambil makanan para crew member lalu mengambil tempat duduk masing-masing. Lany duduk dengan Zao Liu.

“Sepertinya begitu, pihak medis juga sudah menangani” tutur Zao.

Makanan Lany belum habis sempurna saat Hp nya berdering. Tertera panggilan dari ‘Duplikat Penyihir'. Haha. Ya, itulah nama kontak untuk adik dari anak Ayahnya dengan penyihir.

Dia menelepon malam-malam begini, itu artinya di sana mungkin sekitar pukul 2 siang.

Lany menghembuskan napas kasar kemudian menggeser tanda hijau pada layar gadget nya

“Mamak minta uang, mau bayar cicilan motor barunya! Bapak juga, dia ada beli ayam paliping (sebutan ayam jantan ras dari philifina) harganya mahal, 2 jutaan!”

Telinga Lany langsung dibuat panas, belum sempat menempelkan hp di telinga, suara si 'duplikat penyihir' sudah membuat gendang telinganya bertalu-talu.

Dasar tidak tahu sopan satun! Mau minta uang pun caranya seperti itu.

“Hmmnt"

“Hmmnt, hmmnt apa itu?, mau kirim apa tidak?” suara nyaring sang adik kembali menggema.

“Kalau tidak mau, biar ku lapor bapak saja!”

Dih, maksa! Lany memutar mata malas.

“Iya cerewet! nanti ku kirimkan.."

Tut..

Lany memutuskan panggilan secara sepihak. Demikianlah hidupnya, ia selalu disetir oleh keluarganya yang sudah seperti bergantung hidup padanya. Apalagi semenjak bekerja di kapal pesiar, tahu gaji Lany besar, membuat mereka meminta Lany untuk merenovasi rumah dengan alasan balas budi! Cih, basi!!

Walaupun enggan, namun Lany tetap melakukannya, ia tak menolak! Meskipun Ayah tak pernah bersikap adil padanya, Namun ia selalu berusaha mengutamakanya, memberikan yang terbaik. Bahkan, demi meringankan beban Ayah untuk mencari nafkah. Ia rela memberi uang belanja pada nenek sihir setiap bulannya.

Seperti saat ini, Si penyihir kembali berulah. Membeli motor lagi padahal dia sudah punya motor, dan cicilannya tentu dibebankan kepada Lany.

“Kenapa buru-buru, Melany?” tanya Zao saat Lany tergesa-gesa meraih gelas

“Aku buru-buru! Ada urusan!"

“Aku duluan ya, bye!” teriak Lany sambil melambaikan tangan pada semua teman-temannya.