WARNING!!! BIJAKLAH MEMBACA!!! NOVEL 21+!!! JIKA TIDAK SUKA SKIP SAJA . MARI SALING MEMPERMUDAH URUSAN ORANG LAIN MAKA HIDUP ANDA PASTI JUGA AKAN DI MUDAHKAN OLEH TUHAN.
Laura Elsabeth Queen tidak menduga ia akan bertemu kembali dengan Zafran Volkofrich mantan kekasihnya, di acara ulang tahun teman sekelas mereka, 10 tahun yang lalu mereka berpisah dengan tidak damai, orang tua Laura menentang keras hubungan mereka karena Zafran pria miskin. Zafran masih sakit hati pada Laura dan ingin membalas dendam.
Di sisi lain Laura mengetahui rahasia kedua orang tuanya setelah mereka meninggal, dan kini beban berat berada di pundak Laura.
Sedangkan Zafran pria miskin itu kini telah berubah menjadi penguasa dunia bisnis.
Bagaimana kisahnya yuk baca kelanjutannya..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lea, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
EPISODE 06
Semoga kalian semua di berikan kesehatan dan rejeki Lancar. Selalu patuhi protokol kesehatan dan pakai masker. TERIMA KASIH~
***
"Perlu kau tahu juga Zafran, aku pun sudah berusaha sekeras mungkin untuk mempertahankan hubungan kita, aku sudah sangat berusaha hingga kau pun tidak bisa membayangkan bagaimana keadaanku saat itu."
Bukan hanya Zafran yang merasakan imbas dari perpisahan tragis itu, Laura pun juga berjuang mati-matian agar tetap bisa bangkit dari keterpurukan.
"Dulu kita sangat bahagia, kita adalah pasangan yang membuat semua orang iri. Kau adalah gadis yang paling cantik di sekolah dan aku bersyukur karena merasa menjadi pria paling beruntung."
"Aku sangat menginginkan hubungan kita bisa berlanjut ke tingkat yang lebih resmi, dan kemudian merancang masa depan bersamamu, hanya dengan membayangkan melalui malam pertama denganmu saja aku sangat bersemangat."
"Aku juga memimpikan hidup denganmu hingga ajal menjemput kita. Ketika kita sepakat untuk kawin lari, kita melarikan diri dari orang tuamu aku berjanji akan selalu menjagamu. Tapi apa yang ku dapat? Aku justru mendekam di penjara sebelum pernikahan terjadi."
Seluruh tubuh Laura mengigil karena kedinginan dengan kalimat-kalimat Zafran. Tangannya mulai gemetar dan merambat ke seluruh tubuhnya.
Jika saja ia bisa meminta seseorang untuk mematikan Ac di ruangan itu, karena tubuhnya semakin terasa kedinginan, ditambah dengan Laura yang mengingat kenangan dimana ia melihat wajah kecewa dan penuh emosi kedua orangtuanya, serta keadaan yang kacau, penuh dengan teriakan dan amukan Zafran yang berusaha melepaskan diri dari para polisi.
"Aku bersumpah padamu Zafran, Aku tidak berbohong, saat mereka menyeretmu dengan paksa dan memenjarakanmu, aku menangis dan berteriak memohon pada orang tua ku agar mereka melepaskanmu."
"Tapi orang tuamu tetap mengurungku di dalam sel penjara, dengan tuduhan menculikmu untuk melakukan pernikahan paksa denganku."
Zafran mengetuk-ngetuk meja dengan ibu jarinya hingga menimbulkan bunyi "tuk tuk tuk". Seolah memberikan penekanan lebih pada kalimat itu.
"Mereka cemas Zafran dengan tindakan ku, kita berniat kawin lari, aku kabur dari rumah, dan aku adalah anak satu-satunya yang mereka miliki. Mereka terpaksa melakukan itu semua karena mereka mengkhawatirkanku."
Entah kenapa sekarang Laura melindungi orang tuanya, ia hanya tidak ingin Zafran membenci kedua orang tuanya.
"Yah, aku mendekam di dalam sel penjara, jadi mereka bisa membawamu pergi dan membatalkan pernikahan kita."
Segala tragedi perpisahan saat itu kembali mengelilingi otak dan pikiran Laura, kepalanya terasa begitu berat, dan pening, hati nya terasa sangat sesak dan kembali badannya seperti di tusuki oleh ribuan jarum, Laura memeluk dirinya sendiri, memeluk dengan menggunakan kedua tangannya, memeluk lengannya sendiri.
Selepas perpisahan itu Laura menangis sepanjang hari, tanpa makan tanpa minum, memohon, berlutut, ataupun berusaha kabur, tapi semua itu gagal, orang tua Laura tetap tidak mau menyetujui hubungan mereka.
Kata orang tua Laura, Zafran tidak cocok menikah dengan Laura, dia tidak akan mampu membuatnya bahagia, tidak akan bisa memberikan kehidupan yang mereka inginkan, standar hidup yang sudah biasa mereka dapatkan.
Ketika semua energi Laura telah habis dan ia sangat amat depresi dan dalam keadaan linglung hingga beberapa bulan lamanya, akhirnya yang terlintas dalam dirinya adalah mengakhiri hidupnya.
Pada saat itulah terjadi kesepakatan, bahwa Laura meminta pada kedua orangtuanya untuk
melepaskannya, namun Laura harus berjanji tidak akan menemui Zafran lagi, dan gadis itu menerimanya karena ia ingin hidup bebas, tanpa siapapun yang mengendalikannya.
"Saat itu aku terus mencarimu Laura, aku dibutakan oleh rasa cintaku yang dalam padamu, aku bertanya-tanya dimana orang tua mu menyembunyikanmu, hingga aku kehabisan uang, hingga lebih miskin dari seorang pemulung."
"Dan saat itu lah aku bertemu dengan orang tua mu, mereka bilang kau tidak menginginkan aku lagi, katanya kau sudah tidak mencintaiku lagi, kau membenciku karena aku miskin dan kau akan menikah dengan pria kaya yang akan membahagiakanmu."
Laura semakin bingung bagaimana ia harus menjelaskan, Laura merasa lelah tak ingin berdebat lagi. Tragedi itu pun membuatnya hidupnya hancur.
"Sekarang aku tidak perlu mencarimu, namun kini kau justru datang sendiri padaku, dan siapapun yang berada di dalam daerah kekuasaanku akan menjadi milikku." Kata Zafran mendekatkan wajahnya dan sedikit mendorong tubuhnya pada Laura, meja yang menjadi sekat mereka seakan tidak mempan memberi ruang, tubuh jangkung 190cm Zafran membuatnya sangat mudah menghilangkan jarak itu.
"Apa kau sedang mengancamku sebagai mantan kekasih mu atau kau sedang mengancamku sebagai seorang karyawanmu Zafran?" Sahut Laura.
"Terserah bagaimana kau melihatnya." Kata Zafran menyenderkan pungung lebarnya di kursinya lagi.
"Ancaman mu kosong aku tidak akan takut padamu, dan di sini aku hanya akan bekerja jadi jangan gunakan kewenangan dan otoritasmu dengan semena-mena kau bukanlah pria seperti itu bukan? Aku sebagai karyawan juga memiliki undang-undang perlindungan di sini, aku harus kembali bekerja terima kasih untuk sarapan paginya."
"Hm pergilah." Kata Zafran pelan dan singkat.
"Sampai ketemu besok." Katanya sambil menyeringai.
Pria itu melihat punggung Laura yang semakin pergi meninggalkannya, membuatnya mengingat bagaimana perpisahan nya yang begitu memilukan dengan Laura.
***
Laura merenggangkan tubuh kurus dan mungil nya di ranjang apartmen miliknya yang tak terlalu mewah, gadis itu pulang lebih awal, pekerjaan di kantor membuatnya cukup lelah, entah mengapa kali ini ia mengeluh lelah.
Mungkin karena perasaannya selama di kantor tidak nyaman dan tidak tenang karena banyak karyawan yang melihatnya selalu berbisik bisik dan menatap nya nanar, Laura tidak suka dengan tatapan yang seolah menghakiminya. Apalagi pandangan para wanita di kantornya yang seakan lebih buas dari binatang yang kelaparan.
Tak berapa lama ponselnya berdering dan itu panggilan dari nomor yang hampir kurang lebih 8 tahun lamanya nomor itu tak pernah menghubunginya, nomor yang tak asing namun begitu menyakitkan di benaknya, begitu horror dan penuh misteri, itu adalah nomor ponsel ayahnya, mesti tidak tersimpan di kontak namun gadis itu hafal betul.
Laura masih enggan dan takut mengangkat ponselnya, namun pada panggilan yang ke lima gadis itu akhirnya menekan tombol berwarna hijau. Laura hanya diam, namun suara di ponsel itu bukan kedua orangtuanya.
"Halo, akhirnya kau mengangkat panggilan ini, halo apakah kau masih disana?"
"Ya, aku masih disini, dengan siapa ini, bukankah ini ponsel ayahku?" Tanya Laura cemas.
"Sebaiknya kau datang sendiri ke Rumah Sakit Santa Maria secepatnya, aku tidak punya banyak waktu, cepatlah." Kata pria itu tidak sabar, pria yang Laura perkirakan berumur paruh baya seperti ayahnya. Kemudian mengakhiri panggilannya.
Laura dengan cepat menyambar mantel yang tergantung, dan keluar dari kamar dengan tergesa-gesa mencari kunci mobilnya.
"Kenapa kau sangat cemas, kau sedang mencari apa dan mau kemana?" Kata Kate yang sedang duduk di sofa bermain dengan ponselnya.
"Aku harus pergi ke rumah sakit, ada seseorang menghubungiku menggunakan ponsel ayahku, aku rasa ada sesuatu yang tidak beres."
Bersambung~