Nayla mendapatkan kabar dari Tante Ida agar pulang ke Indonesia dimana ia harus menghadiri pernikahan Anita.
Tepat sebelum acara pernikahan berlangsung ia mendapatkan kabar kalau Anita meninggal dunia karena kecelakaan.
Setelah kepergian Anita, orang tua Anita meminta Nayla untuk menikah dengan calon suami Anita yang bernama Rangga.
Apakah pernikahan Rangga dan Nayla akan langgeng atau mereka memutuskan untuk berpisah?
Dan masih banyak lagi kejutan yang disembunyikan oleh Anita dan keluarganya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon my name si phoo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 3
Keesokan harinya mereka telah sampai di apartemen milik Nayla.
Nayla mempersilahkan Rangga untuk masuk ke dalam Apartemennya.
"Sempit sekali apartemen kamu," ucap Rangga sambil melihat-lihat foto Nayla bersama dengan kekasihnya Jati.
Nayla sedang berada dikamarnya untuk membersihkan tempat tidur yang akan digunakan oleh suaminya dan ia juga lekas mengganti pakaiannya dengan pakaian kerja.
Ia tidak mempunyai kursi sofa jadi tidak mungkin jika Rangga nanti akan tidur di lantai.
Setelah membersihkan kamarnya, Nayla meminta Rangga untuk beristirahat.
"Kamu mau kemana?" tanya Rangga.
"Aku harus ke kantor untuk mengurus surat pengunduran diriku," jawab Nayla.
Rangga meminta Nayla untuk mengurus semuanya karena ia tidak mau jika harus berlama-lama di sini.
"Aku berangkat dulu Mas," ucap Nayla yang langsung keluar dari apartemennya untuk menuju ke tempatnya bekerja.
Rangga masuk kedalam kamar Nayla yang tadi sudah dibersihkan.
Ia pun langsung merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur dan mencoba untuk tidur sebentar.
Sementara itu Nayla masih fokus menyetir agar lekas sampai di tempat kerjanya.
Dua puluh menit kemudian Nayla telah sampai di tempat kerjanya dan ia pun segera menemui Tuan Maxim di ruang kerjanya.
"Nayla? Bukankah kamu sedang cuti?" tanya Tuan Maxim yang terkejut dengan kedatangan Nayla.
Kemudian Tuan Maxim meminta Nayla untuk duduk dulu.
Nayla memberikan surat pengunduran dirinya kepada Tuan Maxim.
"Apa ini Nayla?" Tuan Maxim membuka dan membacanya.
Tuan Maxim langsung membelalakkan matanya saat melihat surat pengunduran diri Nayla.
"Apa maksud kamu? Apakah gaji yang aku berikan kurang sampai kamu mengundurkan diri?" tanya Tuan Maxim.
Nayla meminta agar Tuan Maxim untuk tidak salah paham kepadanya dan ia menjelaskan alasannya kenapa ia mengundurkan diri dari perusahaan.
Pertama Tuan Maxim tidak mau menerima penjelasan dari Nayla dan ia tetap mempertahankan Nayla agar tidak mengundurkan diri dari perusahaannya.
"Baiklah kalau kamu inginnya begitu, tetapi jika kamu ingin kembali lagi bekerja di sini. Saya akan selalu menerimamu," ucap Tuan Maxim yang langsung memeluk erat tubuh Nayla yang sudah ia anggap sebagai putrinya sendiri.
Nayla menganggukkan kepalanya dan setelah itu ia berpamitan kepada teman-temannya yang ada disana.
Kini, satu urusan telah selesai. Saatnya Nayla menemui Jati.
Ia belum memberi tahu Jati bahwa ia sudah di Jerman.
Hatinya berdegup kencang saat mobilnya berhenti di depan apartemen Jati.
Nayla naik ke lantai tujuh. Dengan tangan gemetar, ia mengetuk pintu.
Tok. Tok. Tok.
Jati terbangun. Ia membuka pintu dan terkejut melihat siapa yang berdiri di hadapannya
Ceklek.
"Sayang. Kapan kamu datang? Bukankah kamu ada acara di Indonesia?" tanya Jati yang kemudian mengajak Nayla masuk ke dalam.
Jati langsung memeluk erat tubuh kekasihnya yang sangat ia rindukan.
"Sayang, aku sangat mencintaimu," ucap Jati sambil mencium kening Nayla.
Nayla mencium tangan Jati dan ia memintanya untuk duduk.
"Ada apa sayang? Kenapa wajahmu sedih seperti itu?" tanya Jati.
Nayla menatapnya penuh duka. “Mas Jati, duduk sebentar. Aku mau bicara,”
“Ada apa? Kenapa kamu seperti ini?”
"Mas Jati, aku minta maaf karena sudah mengingkari janji kita," jawab Nayla.
Jati mengernyitkan keningnya saat mendengar perkataan dari Nayla.
"Maksud kamu apa sayang?" tanya Jati dengan wajah yang masih kebingungan.
"A-aku sudah menikah dengan Mas Rangga," Nayla langsung duduk bersimpuh di hadapan Jati.
Ia meminta maaf karena tidak bisa menolak permintaan kedua orang tua Anita yang sudah banyak membantunya selama ini.
"Sayang, jangan bercanda seperti ini. Apakah ini April mob? Atau aku sedang ulang tahun sekarang?" Jati masih belum percaya dengan apa yang dikatakan oleh Nayla.
Nayla menangis sesenggukan dan ia kembali meminta maaf kepada Jati
Jati baru menyadari saat ia melihat cincin yang digunakan oleh Nayla.
"K-kamu sudah menikah?" tanya Jati.
Nayla menganggukkan kepalanya dan ia mengatakan kalau sudah menikah dengan Rangga.
Jati yang mendengarnya langsung tertawa terbahak-bahak.
Ia tidak menyangka sama sekali jika kekasih yang sudah bersamanya selama lima tahun akan mengkhianatinya.
"Tega kamu menghancurkan hubungan yang sudah kita jalani selama lima tahun ini. Apa rasa cintaku selama ini hanya kamu anggap lelucon? Iya Nay?"
"Mas Jati, tolong jangan bicara seperti itu. Andai saja aku bisa memilih pasti aku tidak mau diposisi ini. Aku terpaksa melakukannya," ucap Nayla.
Jati dan Nayla saling terdiam sejenak sambil memikirkan tentang hubungan yang sudah mereka jalani selama lima tahun.
Baru pertama kalinya Nayla melihat Jati meneteskan air matanya.
Jati bangkit dari duduknya dan berjalan menuju ke dapur.
“Bunuh aku, Nayla. Aku gak sanggup hidup tanpamu,” ucap Jati dengan suara gemetar.
Nayla menjerit pelan dan merebut pisau itu, membuangnya ke lantai. Ia menangis semakin kencang.
“Jangan pernah bilang begitu! Aku juga terluka, Mas. Aku juga hancur,”
Jati memeluknya erat. “Tolong... jangan pergi. Aku mohon, Nayla,"
“Mas... tolong lepaskan. Aku harus pulang,”
“Temani aku sebentar saja,"
"Aku sangat mencintaimu Nayla. Aku mohon jangan tinggalkan aku. Aku tidak bisa melihatmu bersama lelaki lain," Jati memeluk tubuh Nayla sampai mereka berdua sama-sama menangis sesenggukan.
Nayla melihat Jati yang masih memeluk tubuhnya sampai ia tidak bisa bergerak sama sekali.
"Mas Jati, lepaskan tanganmu. Aku harus pulang ke apartemen," ucap Nayla.
"Nayla, tolong temani aku sebentar," Jati masih tidak rela jika ada Nayla bersama dengan lelaki lain.
Nayla membalikkan tubuhnya dan menatap wajah yang dari dulu selalu menemaninya.
Ia kembali menangis dan meminta maaf kepada Jati yang sudah menyakiti hatinya.
Jati melepaskan tangannya dan meminta Nayla untuk pulang.
"Pulanglah ..." ucap Jati dengan suara datar.
Nayla menghapus air matanya dan ia langsung keluar dari apartemen Jati.
Ia kembali mendengar tangisan Jati yang begitu kencang.
"Maafkan aku Mas," Nayla menutup telinganya dan setelah itu ia segera pulang ke rumah.
Sesampainya di rumah ia melihat Rangga yang masih berada di dalam kamarnya.
Rangga langsung bangkit dari tempat tidur ketika melihat Nayla yang sudah pulang.
"Apakah urusanmu sudah selesai?" tanya Rangga
"S-sudah Mas," jawab Nayla sambil berjalan menuju ke kamar mandi.
Nayla menghidupkan shower sambil duduk termenung.
Ia sudah tidak menghiraukan dinginnya air yang jatuh ke tubuhnya.
Air matanya kembali mengalir deras saat ia mengingat suara tangisan Jati.
"Maafkan aku Mas, aku sudah menyakiti hati kamu,"
Setelah hampir satu jam puas menangis Nayla keluar dari kamar mandi.
"Istirahatlah dulu karena nanti malam kita pulang ke Indonesia," ucap Rangga.
Nayla menganggukkan kepalanya tanpa melihat wajah Rangga.
Rangga yang begitu dingin tidak memperdulikan Nayla yang baru saja menangis.
"Makanlah dulu, aku tidak mau kamu sakit," Rangga menyodorkan piring yang berisikan Spaghetti.
"Nanti saja aku makannya, aku mau tidur dulu," Nayla kembali masuk ke dalam kamar.
Ia naik ke atas tempat tidur dan mencoba untuk memejamkan matanya.